Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan angkat suara terkait potensi menjalin bisnis bersama pemerintahan Taliban di Afghanistan. Erdogan menyebut rakyat Turki dan Afghanistan memiliki hubungan yang panjang.
Tetapi, Erdogan memberikan syarat yang tegas. Taliban harus diakui dulu oleh dunia internasional bila ingin bekerja sama dengan Turki.Â
"Jika mereka akan diterima dan diakui, kita bisa melakukan bisnis, tapi jika tidak, kita tidak akan berbisnis dengan mereka," tegas Presiden Erdogan dalam wawancara dengan CBS News, dikutip Senin (27/9/2021).
Advertisement
Saat ini, Presiden Erdogan menegaskan bahwa Turki sedang tidak hadir di Afghanistan. Pada Agustus lalu, pasukan Turki turut mundur ketika Taliban mendadak menerobos masuk ke ibu kota Kabul.
Erdogan berkata "ada kesalahan di lapangan" sehingga pasukan Turki harus mundur.
Sebelumnya, Erdogan mengungkap Turki terlibat dalam investasi, seperti infrastruktur. Ia berkata berminat untuk kembali ke Afghanistan di masa depan.
"Kami terlibat dalam investasi-investasi besar yang akan kami lanjutkan di masa depan," ujarnya. "Dan sekarang, kami tidak hadir di Afghanistan."
Hak Perempuan
Presiden Erdogan juga menyentuh isu terkait nasib perempuan di pemerintahan Taliban.
Taliban mulai melanggar janjinya terkait inklusivitas. Wanita mulai tak dilibatkan di pemerintahan, serta karier mereka dijegal, dan akses pendidikan makin tidak jelas.
Erdogan lantas mencontohkan bahwa di Turki negaranya merangkul perempuandi berbagai aspek kehdupan, baik di bidang pendidikan, kesehatan, keadilan, dan hukum.
Ia pun mengimbau agar Taliban menerapkan hal serupa. Erdogan berkata siap memberikan support untuk menunjang keterlibatan wanita-wanita Afghanistan di berbagai aspek kehidupan.
"Pandangan-pandangan kami turut diterapkan ke Afghanistan juga sebagaimana kami berekspektasi agar semua perempuan terlibat di setiap aspek kehidupan Afghanistan dengan cara yang sangat aktif," ujarnya.
Advertisement