Liputan6.com, Moskow - Kemunculan varian baru COVID-19 dari Afrika Selatan yang disebut sebagai Omicron tengah memicu kekhawatiran globa. Sejumlah negara pun berlomba-lomba menutup pintu kedatangan dari negara asal virus tersebut, guna mengekang penyebarannya.
Beredar kabar Rusia tengah melakukan pengembangan vaksin untuk menghadapi varian baru COVID-19 tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip Xinhua, Selasa (30/11/2021), Pusat Penelitian Epidemiologi dan Mikrobiologi Nasional Gamaleya Rusia pada Senin 29 November mengungkapkan bahwa pihaknya telah mulai mengembangkan versi baru vaksin COVID-19 Sputnik yang disesuaikan untuk menargetkan varian baru COVID-19 Omicron.
Dalam sebuah pernyataan, pihak Gamaleya mengatakan tengah mempelajari apakah vaksin produksi Rusia Sputnik V dan Sputnik Light dapat menetralkan varian Omicron seperti yang diyakini.
"Jika modifikasi diperlukan, versi baru Sputnik Omicron itu dapat siap diproduksi secara massal dalam 45 hari," kata pusat tersebut.
Dalam pernyataan tersebut, pihak Gamaleya juga seraya berharap bahwa sejumlah besar suntikan penguat (booster) Sputnik Omicron dapat memasuki pasar internasional pada awal tahun depan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gambar Pertama COVID-19 Varian Omicron Versi 3D, Lebih Banyak Mutasi dari Delta
Beredar gambar perbedaan varian baru COVID-19 Omicron dengan varian Delta versi tiga dimensi (3D). Gambar itu memiliki lebih banyak mutasi daripada varian Delta.
Menurut gambar yang disebutkan pertama versi 3D dari varian baru Omicron ini --yang awalnya terdeteksi di Afrika Selatan, diproduksi dan diterbitkan oleh rumah sakit Bambino Gesu yang bergengsi di Roma.
Pada gambar tiga dimensi yang terlihat seperti peta, "kita dapat dengan jelas melihat bahwa varian Omicron menghadirkan lebih banyak mutasi daripada varian Delta, yang terkonsentrasi di satu area protein yang berinteraksi dengan sel manusia", tim peneliti mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Minggu seperti dikutip dari AFP, Selasa (30/11/2021).
"Ini tidak secara otomatis berarti bahwa variasi ini lebih berbahaya, hanya saja virus telah beradaptasi lebih jauh dengan spesies manusia dengan menghasilkan varian lain,” kata para peneliti.
“Studi lain akan memberi tahu kami apakah adaptasi ini netral, kurang berbahaya, atau lebih berbahaya," tambah mereka.
Tim peneliti fokus pada pencarian mutasi pada the three-dimensional structure of the spike protein (struktur tiga dimensi protein lonjakan), Claudia Alteri, profesor mikrobiologi klinis di Milan State University dan seorang peneliti di Bambino Gesu, mengatakan kepada AFP.
Gambar 3D dari varian baru COVID-19 Omicron yang dibandingkan dengan varian Delta itu dihasilkan "dari studi tentang urutan varian baru tersebut yang tersedia untuk komunitas ilmiah" yang sebagian besar berasal "dari Botswana, Afrika Selatan, dan Hong Kong."
"Gambar ini, yang mewakili peta semua variasi, menggambarkan mutasi Omicron tetapi tidak mendefinisikan perannya," kata Claudia Alteri.
“Sekarang penting untuk menentukan melalui eksperimen laboratorium apakah kombinasi mutasi ini dapat berdampak pada penularan atau efektivitas vaksin, misalnya,” tambah Claudia Alteri.
Advertisement