Liputan6.com, Washington, DC - Puluhan ribu orang terpaksa batal terbang akibat lonjakan kasus COVID-19. Salah satu pemicunya adalah banyak pegawai yang terinfeksi virus corona.
Dilaporkan BBC, Senin (27/12/2021), ada lebih dari 7.500 penerbangan yang dibatalkan sejak Jumat lalu dan akhir pekan Natal 2021. Hal itu berdasarkan data FlightAware.
Advertisement
Baca Juga
Maskapai yang paling terdampak berada di Amerika Serikat dan China. Tak hanya akhir pekan kemarin, delay dan pembatalan terus terjadi pada Senin ini.
Pada Minggu kemarin (26/12), ada 2.400 penerbangan yang dibatalkan. Sebanyak 800 penerbangan ada di AS.
Perusahaan-perusahaan mengaku pembatalan terjadi karena staf yang positif, sementara staf lain yang menjadi kontak dekat pegawai tersebut harus menjalani isolasi mandiri.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
AS, China, dan Omicron
Di Amerika Serikat, tiga maskapai yang terdampak paling parah dari gelombang pembatalan ini adalah Delta, United, dan JetBlue.
Sebelumnya, United telah memperingatkan bahwa lonjakan varian Omicron berdampak pada kru penerbangan dan operasional.
Di China, maskapai yang paling terdampak adalah China Eastern. Pada Minggu kemarin, ada 390 penerbangan yang batal.
Kota Xi'an di provinsi Shaanxi membatalkan 120 penerbangan. Saat ini, Xi'an sedang mengalami pembatasan ketat akibat lonjakan COVID-19.
Advertisement