Liputan6.com, Mariupol - Beberapa penduduk kota Mariupol yang terkepung di Ukraina terpaksa melarikan diri dari blokade dengan berjalan kaki karena upaya evakuasi resmi sebagian besar gagal karena penembakan yang sedang berlangsung oleh pasukan Rusia, kata gubernur wilayah itu pada Jumat (18 Maret).
Sekitar 400.000 orang telah terperangkap di kota pelabuhan strategis selama lebih dari dua minggu, berlindung dari pemboman berat yang telah memutuskan pasokan listrik, pemanas, dan air pusat, menurut pihak berwenang setempat. Demikian seperti dilansir dari laman Channel News Asia, Sabtu (19/3/2022).
Baca Juga
Rusia membantah membom daerah pemukiman atau menargetkan warga sipil.
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Upaya Menyelamatkan Diri
Berbicara di televisi nasional, gubernur wilayah Donetsk Pavlo Kyrylenko mengatakan sekitar 35.000 telah berhasil meninggalkan kota dalam beberapa hari terakhir, banyak yang pergi dengan berjalan kaki atau dengan konvoi mobil pribadi.
"Jalan keluar dari Mariupol yang diblokade dimulai dengan warga keluar dengan berjalan kaki atau dengan kendaraan mereka sendiri," kata Kyrylenko, menambahkan bahwa beberapa mobil pergi tanpa bahan bakar yang cukup untuk mencapai desa atau kota terdekat.
Dia mengatakan penembakan yang hampir terus-menerus mencegah pihak berwenang membuka koridor kemanusiaan untuk memasok bantuan dan makanan ke kota dan untuk mengevakuasi wanita, anak-anak dan mereka yang paling membutuhkan.
Rusia dan Ukraina saling menyalahkan atas kegagalan tersebut.
Advertisement