Liputan6.com, Kiev - Penduduk Ukraina timur dikejutkan oleh suara sirene yang memperingatkan akan adanya penyerbuan udara pada Sabtu (9/4). Gubernur wilayah itu memperingatkan warga sipil untuk segera melakukan evakuasi sementara Rusia meningkatkan gempuran ke kawasan itu.
Gubernur Serhiy Gaidai mengatakan kepada sebuah stasiun TV publik bahwa Rusia "meningkatkan ofensif" terhadap sepertiga populasi yang masih bertahan di wilayah Luhansk, Ukraina, demikian dikutip dari VOA Indonesia, Senin (10/4/2022).
Advertisement
Baca Juga
Para pengamat militer mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin mengarahkan invasi ke Ukraina timur, setelah pasukan Moskow menghadapi perlawanan kuat dan akhirnya mundur dari wilayah di sekitar Kiev di utara.
Kementerian Pertahanan Inggris memperkirakan gempuran akan meningkat dan berlanjut di sebelah selatan dan timur, sementara Rusia berusaha menciptakan rute antara wilayah Krimea dan Donbas. Rusia menganeksasi Semenanjung Krimea pada 2014.
Volodymyr Zelensky minta Dunia meresponsSedikitnya 52 orang, termasuk lima anak, tewas pada Jumat (8/4), ketika berusaha menyelamatkan diri saat dua rudal mengenai sebuah stasiun kereta di Kota Kramatorsk, di wilayah Donetsk, Ukraina.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Serangan yang Disengaja
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut serangan itu sebagai serangan disengaja terhadap warga sipil dan mengatakan ia mengharapkan "respons global yang keras" terhadap apa yang disebutnya "kejahatan perang."
"Tanpa kekuatan atau keberanian untuk mendukung kami di medan perang, pasukan Rusia dengan sinis menghancurkan populasi sipil," ujar Zelenskyy di media sosial.
Rusia membantah telah melancarkan serangan rudal itu dan malah menyalahkan Ukraina. Moskow mengatakan negaranya tidak menggunakan rudal jarak dekat Tochka-U — yang mengenai stasiun itu.
Namun, situs Defence Blog memperlihatkan foto konvoi kendaraan militer Rusia yang membawa rudal-rudal Tochka-U pada 31 Maret .
Advertisement
Imbas Perang Ukraina, Finlandia Akan Usir 2 Diplomat Rusia
Finlandia akan mengusir dua diplomat Rusia dan tidak meneruskan visa salah satu di antaranya karena invasi Rusia terhadap Ukraina, demikian diumumkan Pemerintah Finlandia, Jumat (8/4).
Pada Jumat pagi, Presiden Finlandia Sauli Niinisto meminta dukungan maksimal negara-negara Barat untuk Ukraina dalam pertempuran Kiev melawan yang Rusia sebut sebagai operasi khusus.
Sebelumnya, sejumlah negara juga melakukan langkah serupa, di antaranya Italia yang mengusir 30 diplomat Rusia lantaran masalah keamanan, Reuters mewartakan sebagaimana dikutip dari Antara, Minggu (10/4/2022).
Kemudian, Denmark mengusir 15 diplomat Rusia, Austria (4) dan Jepang (8) sebagai buntut dari konflik Rusia-Ukraina tersebut.
Aksi itu menyusul Belgia, Belanda, dan Irlandia yang lebih dulu mengusir puluhan diplomat Rusia.
Rusia pun menyatakan kepada Amerika Serikat bahwa pihaknya akan mengusir sejumlah diplomat Amerika sebagai pembalasan atas pengusiran yang dilakukan AS terhadap staf perutusan Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menurut laporan Interfax.
Kantor berita itu juga mengutip pernyataan kementerian luar negeri Rusia kepada Amerika Serikat bahwa tindakan-tindakan yang bermusuhan terhadap Moskow akan mendapat balasan.
Jepang Usir 8 Diplomat Rusia, Imbas Invasi Ukraina
Jepang mengusir delapan diplomat Rusia pada Jumat 8 April 2022, dalam sebuah langkah yang jarang sekali terjadi dan diambil untuk menanggapi aksi Rusia di Ukraina, termasuk pembunuhan warga sipil.
Pengusiran itu terjadi setelah negara-negara Uni Eropa, seperti Prancis dan Jerman, pekan ini mengatakan bahwa mereka akan mengusir diplomat Rusia, Reuters mewartakan sebagaimana dikutip dari Antara, Sabtu (9/4/2022).
Moskow membantah telah menargetkan warga sipil dalam konflik di Ukraina, negara tempat mereka meluncurkan "operasi khusus
Sejumlah pejabat sektor perdagangan termasuk yang diusir oleh pemerintah Jepang dan bukan duta besar Rusia Mikhail Galuzin, kata pejabat kementerian luar negeri, yang menolak memberikan informasi lebih lanjut.
Pengusiran semacam itu, meskipun jarang, tidak pernah terjadi di Jepang. Namun, tindakan itu pernah terjadi beberapa kali selama era Soviet, katanya.
Perdana Menteri Fumio Kishida akan mengumumkan sanksi tambahan untuk Rusia pada Jumat petang.
Pada Jumat pagi, menteri perindustrian menyebutkan bahwa Jepang berencana mengurangi impor batubara Rusia secara bertahap sambil mencari pemasok lain setelah menjatuhkan sanksi terhadap Moskow.
Advertisement