AS Akan Luncurkan Dialog Strategis dengan Kepulauan Solomon, Antisipasi Pengaruh China?

Upaya diplomatik terbaru AS ini muncul setelah negara pulau di Pasifik ini menandatangani perjanjian keamanan dengan China.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Apr 2022, 07:30 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2022, 07:30 WIB
Uromys vika (2)
Uromys vika (2)

Liputan6.com, Honiara - AS akan meluncurkan dialog strategis tingkat tinggi dengan Kepulauan Solomon pada bulan September untuk menangani masalah keamanan bersama dan meningkatkan kerja sama dalam bidang kesehatan masyarakat, keuangan dan berbagai isu lainnya.

Upaya diplomatik terbaru AS ini muncul setelah negara pulau di Pasifik ini menandatangani perjanjian keamanan dengan China yang oleh para pejabat AS disebut sebagai "sama sekali kurang transparan."

"Saya pikir jelas bahwa hanya segelintir orang dalam lingkaran yang sangat kecil yang telah melihat kesepakatan ini," kata Asisten Menteri Luar Negeri AS urusan Asia Timur dan Pasifik, Daniel Kritenbrink, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Rabu (26/4/2022).

PM Kepulauan Solomon Manasseh Sogavare "telah dikutip secara terbuka mengatakan ia hanya akan berbagi rinciannya dengan seizin China, yang menurut saya merupakan sumber keprihatinan juga," kata Kritenbrink kepada wartawan dalam keterangan pers Senin malam.

Kritenbrink dan koordinator Indo-Pasifik Gedung Putih Kurt Campbell memimpin delegasi AS yang terdiri dari para pejabat Pentagon ke Fiji, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon pekan depan.

Dalam pertemuan 90 menit antara para pejabat Amerika, Sogavare dan 24 anggota kabinetnya pada 22 April, AS menyatakan "sangat jelas" bahwa negara ini akan "menanggapi dengan sesuai" setiap upaya untuk mendirikan pangkalan militer di Kepulauan Solomon berdasarkan perjanjiannya baru-baru ini dengan China.

Para pejabat Amerika Serikat menolak merinci sewaktu ditanya apakah tindakan militer AS dapat dikesampingkan jika China berupaya mendirikan pangkalan militer di negara di kawasan selatan Pasifik itu.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Spekulasi China

Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Seraya menyebut "perilaku bermasalah" China yang berkisar dari "memajukan klaim maritim yang melanggar hukum hingga memiliterisasi tempat-tempat yang disengketakan, sampai terlibat dalam penangkapan ikan ilegal yang tidak dilaporkan dan tidak diatur," Kritenbrink mengatakan bahwa tujuan AS adalah untuk berkomunikasi dengan "cara yang sangat jujur" mengenai keprihatinan terkait perjanjian keamanan antara Kepulauan Solomon dan China.

Hari Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan "spekulasi bahwa China akan membangun pangkalan militer di Kepulauan Solomon adalah benar-benar disinformasi." Wang menegaskan bahwa perjanjian keamanan antara China dan Kepulauan Solomon "terbuka, transparan, sah, sesuai hukum dan tidak tercela."

Para pakar kawasan, termasuk Richard Herr, profesor hukum di University of Tasmania, mengatakan, ada alasan mengenai kekhawatiran terkait perjanjian keamanan mengingat isi rancangannya.

"Ini memberi China mungkin hak untuk mendukung setiap intervensi" jika terjadi gejolak di dalam negeri, kata Herr kepada VOA.

"Jadi jika Sogavare mengetahui ia kalah dalam pemilu, mungkin ia menginginkan kudeta atau seperti yang ia sarankan, tunda pemilu agar tetap berkuasa. Dan itu sebabnya perjanjian dalam banyak hal penuh dengan bahaya bagi China, serta bagi Australia, dan teman-teman Kepulauan Solomon di Pasifik," kata Herr yang menjadi penasihat beberapa negara di Pasifik, termasuk mengenai demokrasi dan tata kelola pemerintahan.

AS Kembali Buka Kedutaan di Kepulauan Solomon

Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)
Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)

Amerika Serikat mengatakan akan membangun kembali kedutaan Kepulauan Solomon karena berusaha untuk mengekang pengaruh China di negara Kepulauan Pasifik itu.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengumumkan keputusan itu saat berada di Fiji dalam tur ke wilayah tersebut.

Seorang pejabat AS mengatakan China "secara agresif berusaha untuk melibatkan" para pemimpin politik dan bisnis di Solomon, dengan tindakannya "menyebabkan kekhawatiran nyata," demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (13/2/2022).

Kedutaan Besar AS di Kep. Solomon ditutup pada tahun 1993.

Langkah ini dilakukan beberapa bulan setelah ibu kota Honiara diguncang oleh kerusuhan yang dipicu oleh masalah ekonomi dan sentimen anti-China.

Negara kepulauan - yang terdiri dari beberapa pulau vulkanik besar di tenggara Papua Nugini - mengalihkan kesetiaan diplomatik ke China dari Taiwan pada 2019.

Perdana Menteri Kepulauan Solomon Manasseh Sogavare selamat dari mosi tidak percaya pada bulan Desember, seminggu setelah para pemrotes berusaha menyerbu parlemen dan menggulingkannya.

China kemudian mengirim penasihat polisi untuk membantu melatih polisi Solomon, dan peralatan termasuk perisai, helm dan pentungan.

Tur Menlu AS ke Negara Kepulauan Pasifik

Ilustrasi bendera Amerika Serikat (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Amerika Serikat (AFP Photo)

Kunjungan Blinken ke Fiji adalah yang pertama oleh seorang menteri luar negeri AS dalam empat dekade.

Itu terjadi setelah pemerintahan Biden mengeluarkan gambaran strategi untuk Pasifik - termasuk mengirim lebih banyak sumber daya diplomatik dan keamanan ke kawasan itu untuk mendorong kembali pengaruh China.

"Ini sama sekali bukan kasus kami berada di sini, datang ke sini, difokuskan di sini karena alasan keamanan. Ini jauh lebih mendasar dari itu," kata Blinken.

"Ketika kita melihat wilayah yang kita bagi ini, kita melihatnya sebagai wilayah untuk masa depan."

Infografis Amerika Serikat dan China Terancam Perang Dingin? (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Amerika Serikat dan China Terancam Perang Dingin? (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya