Liputan6.com, Jakarta - Kasus hepatitis akut misterius sedang menyita perhatian dunia. Para orang tua harus waspada apabila anak-anaknya masih kecil, pasalnya penyakit hepatitis misterius ini menyerang mereka berusia muda.
"Kasus-kasusnya ada di usia 1 bulan hingga 16 tahun," tulis laporan WHO pada akhir April lalu, dikutip Selasa (10/5/2022).
Advertisement
Baca Juga
Hingga April lalu, WHO menyebut ada 17 anak-anak yang harus melakukan transplan liver. Hepatitis akut ini memang menyerang liver. Ada pula gejala seperti sakit di bagian perut, diare, dan muntah-muntah.
Selain itu, virus-virus yang biasa ditemukan di hepatitis A, B, C, D, E juga tidak dideteksi pada kasus-kasus hepatitis akut anak tersebut.
Inggris sangat terdampak oleh kasus hepatitis misterius ini. Belanda juga mencatat penambahan kasus.
Sementara, CNN melaporkan bahwa CDC masih menginvestigasi kasus-kasus hepatitis misterius ini. Ada 109 kasus yang dalam investigasi. Hingga pekan lalu, kasus telah muncul di 25 negara bagian.
"Hepatitis bukanlah hal biasa bagi anak-anak, terutama hepatitis yang tak terkait kepada salah satu virus hepatitis. Inilah alasannya kenapa kasus-kasus hepatitis yang tak bisa dijelaskan ini sedang ditandai hingga kini," ujar pakar kesehatan Dr. Leana Wen dari George Washington University Milken Institute School of Public Health.
Kasus disebut muncul paling banyak di Alabama. CDC lantas meminta agar klinik-klinik untuk melakukan pemantauan kasus-kasus hepatitis anak, dan segera melaporkannya kepada CDC dan otoritas kesehatan negara bagian.
Dr. Wen juga menegaskan tak ada hubungan antara hepatitis dan vaksin COVID-19. Ini terlihat dari kasus di Britania Raya.
"Tidak ada kaitan antara menerima vaksin COVID-19. United Kingdom Health Security Agency sebelumnya melaporkan tak ada dari kasusnya yang melebihi 100 kasus yang telah mendapatkan vaksin," kata Dr. Wen.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
DPR Minta Kemenkes Lebih Serius
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad meminta pemerintah serius menangani dan mencegah penyebaran kasus hepatitis misterius di Indonesia. Dasco berkaca pada kasus COVID-19 dan meminta supaya hepatitis akut tidak separah pandemi corona.
"Kita minta Kemenkes untuk lebih serius menangani masa ini," kata Dasco kepada wartawan, dikutip Selasa (10/5).
Dasco berharap kasus hepatitis tidak meluas dan menjadi pandemi seperti COVID-19. "Mudah-mudahan hepatitis ini tidak seperti COVID-19 yang kemudian menjalar menjadi pandemi," ujarnya.
Politikus Gerindra itu mengingatkan agar pemerintah fokus melakukan antisipasi dan deteksi dini. Sebab, berkaca dari virus COVID-19, apabila lengah maka virus itu akan menjadi bencana.
"Kita pengalaman hal seperti ini, yang tidak dideteksi dini dan diantisipasi bisa membuat hal-hal yang tidak diinginkan," ujarnya.
Untuk itu, DPR usai masa reses akana segera memanggil Kemenkes membahas perkembangan dan antisipasi penyebaran hepatitis misterius tersebut.
"DPR akan segera masuk masa sidang, kita akan segera minta Komisi IX DPR koordinasi dengan mitranya itu Kemenkes untuk mencari tahu sebab-sebab hal yang menimbulkan hepatitis ini,"
Advertisement
Sudah Ada 15 Kasus di Indonesia
Indonesia sejauh ini telah mencatat 15 kasus hepatitis akut yang tidak diketahui asalnya atau disebut pula hepatitis akut misterius.
Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dua minggu lalu pemerintah telah mendeteksi tiga kasus pertama.
Dalam konferensi pers virtual pada Senin, 9 Mei 2022, Budi mengatakan, ketika kasus dilaporkan pada 27 April, Indonesia mengeluarkan surat edaran yang meminta semua rumah sakit dan dinas kesehatan untuk melakukan pengawasan dan pemantauan kasus tersebut.
Dia mengatakan Singapura mengumumkan kasus pertamanya tiga hari kemudian.
“Pada 30 April, Singapura mengumumkan kasus pertamanya dan sejauh ini sudah ada 15 kasus di Indonesia,” katanya.
Ia menambahkan, sebagian besar kasus hepatitis akut dengan penyebab yang tidak diketahui telah dilaporkan di Inggris, yang telah menemukan lebih dari 100 kasus. Ini diikuti oleh kasus di Italia, Spanyol dan Amerika Serikat.
Pemerintah Indonesia telah berkoordinasi dengan pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Inggris dan AS, sehari setelah liburan Idul Fitri pada 2 Mei, lanjutnya.
Meski telah menerima banyak informasi tentang virus dari pusat-pusat ini, Budi mengatakan kesimpulannya masih belum final tentang apa yang sebenarnya menyebabkan kasus hepatitis akut ini.
“Penelitian saat ini sedang dilakukan oleh Indonesia bekerja sama dengan WHO (World Health Organization) dan kami juga bekerja sama dengan Amerika dan Inggris untuk dapat mendeteksi dengan cepat apa penyebab hepatitis akut,” kata Budi.
Dugaan Kematian Akibat Hepatitis Akut di Tulungagung
Menanggapi dugaan kematian hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya di Tulungagung, Jawa Timur, investigasi masih dilakukan oleh dinas kesehatan (dinkes) setempat. Investigasi ini dilakukan oleh Dinkes Kabupaten Tulungagung dan Dinkes Provinsi Jawa Timur.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, salah satu proses investigasi berupa pengiriman sampel dikirim ke Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta. Kemudian investigasi lanjutan tetap dilakukan dinkes setempat.
"Investigasi dilakukan dinkes kabupaten dan provinsi ya. Sampelnya memang dikirim ke RSPI Sulianti Saroso, tapi kontak investigasi dilakukan dinkes setempat," terang Nadia saat dikonfirmasi Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Senin, 9 Mei 2022.
Pemeriksaan sampel dari kasus dugaan kematian hepatitis akut di Tulungagung, lanjut Nadia, membutuhkan waktu 10 sampai 14 hari.
"Pemeriksaan (sampel) sendiri mebutuhkan wkatu 10 sampai 14 hari," katanya.
Sebelumnya, Dinkes Kabupaten Tulungagung membenarkan adanya laporan seorang anak perempuan berusia 7 tahun meninggal dunia diduga terkena hepatitis akut misterius.
Pasien anak yang tidak disebut identitasnya ini sebenarnya sempat mendapat perawatan intensif di RSUD dr. Iskak Tulungagung. Sayangnya, kondisi terus memburuk dan akhirnya meninggal dunia.
"Ya, sudah konfirmasi (hepatitis of uknown)," kata Kepala Dinkes Kabupaten Tulungagung, Kasil Rokhmat, Minggu (8/5/2022).
Advertisement