Liputan6.com, Kerala - Kasus mingguan COVID-19 di India dilaporkan naik di beberapa distrik. Ada 17 distrik di India, termasuk tujuh di antaranya di Kerala, yang mengalami laju kenaikan lebih dari 10 persen.
Pakar kesehatan di India meminta agar masyarakat tidak panik karena kenaikan kasus ini. Varian baru juga tidak ditemukan untuk saat ini.
Advertisement
Baca Juga
"Kami belum menemukan adanya variant of concern baru. India sekarang memiliki BA.4 dan BA.5, selain BA.2, yang penularannya sedikit lebih tinggi dibandingkan sub-lineage Omicron lainnya," ujar DR N K Arora, kepala National Technical Advisory Group on Immunisation (NTAGI), dilansir India Times, Senin (13/6/2022).
Hal lain yang menjadi sorotan adalah peningkatan mobilitas karena liburan musim panas, serta adanya pelonggaran pembatasan travel secara nasional dan internasional, serta pembukaan aktivitas ekonomi. Alhasil, ada penyebaran infeksi di kalangan individu-individu yang rentan.
Dr Arora berkata orang-orang yang tertular saat ini terbatas di daerah kota-kota besar. Para pasien juga sudah mendapatkan vaksin, sehingga gejalanya seperti demam biasa dan mirip influenza ringan.
Meski demikian, pakar kesehatan meminta agar masyarakat tetap menjaga prokes, seperti memakai masker.
"Tidak perlu panik, tetapi harus diingat bahwa COVID-19 masih ada di sekitar kita, dan kita perlu mengikuti perilaku yang appropriate dan terutama menghindari tempat-tempat ramai dan menjadikan masker sebagia bagian integral dari kehidupan sehari-hari," ujar Dr. Arora.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
BA.4 dan BA.5 Juga Menyebar di Indonesia
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengungkapan, adanya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang sudah terdeteksi di Indonesia menjadi penyebab kasus COVID-19 naik dalam beberapa pekan terakhir. Walau begitu, kenaikan kasus tidak melonjak.
Dalam hal ini, kenaikan kasus COVID-19 yang terjadi bukan dampak langsung dari libur panjang Lebaran 2022, melainkan penyebaran virus Corona baru. Kenaikan pasca libur tetap ada, tapi lebih disebabkan varian baru.
"Secara historis, kalau kita lihat kenaikan kasus itu bukan tiga hari sesudah Hari Raya, tapi kenaikan terjadi antara 27 hari sampai 35 hari sesudah Hari Raya besar, seperti Natal dan Lebaran. Kenaikan itu normal setiap kali ada perayaan hari besar, ya pasti ada kenaikan," ungkap Budi Gunadi usai Kick Off Integrasi Layanan Kesehatan Primer di Gedung Kementerian Kesehatan Jakarta pada Jumat, 10 Juni 2022.
"Kemudian, karena adanya varian baru Omicron BA.4 dan BA.5 yang kami kita identifikasi tadi malam, tapi kejadiannya (laporan masuk) bulan Mei 2022. Dari dua fakta tadi (dampak libur dan varian baru) ya memang ada kenaikan."
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), ada 4 kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 pertama yang dilaporkan di Indonesia pada 6 Juni 2022. Keempat kasus terdiri dari satu orang positif BA.4 seorang Warga Negara Indonesia (WNI) dengan kondisi klinis tidak bergejala serta vaksinasi COVID-19 sudah dua kali.
Sisanya, 3 orang kasus positif BA.5. Mereka merupakan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) delegasi yang menghadiri pertemuan 'The Global Platform for Disaster Risk Reduction' di Nusa Dua Bali, Bali pada 23 sampai 28 Mei 2022.
Advertisement
Belum Khawatir
Adanya kemunculan Omicron BA.4 dan BA.5, Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat tidak perlu khawatir. Laju kenaikan kasus nasional masih lebih rendah dibanding Lebaran dan libur panjang tahun 2021.
"Yang saya ingin sampaian ke masyarakat ya enggak usah khawatir amat, kan kenaikannnya dari 100 ke 500 kasus. Kecepatannya kita lihat, dibanding Lebaran dan liburan tahun lalu, laju kenaikan masih jauh lebih rendah," terangnya.
"Kita ngukurnya pakai dua indikator tadi, yakni positivity rate-nya berapa, apakah sudah dekat pada angka 5 persen dan kita masih di angka 1 persen (secara nasional). Kalau DKI memang 3 persen-an, nah kita jaga yang DKI biar enggak naik."
Positivity rate merupakan proporsi orang positif dari keseluruhan orang yang dites. Indikator selanjutnya adalah transmisi komunitas -- level penularan COVID-19 yang terjadi dalam suatu lingkungan tertentu.
Transmisi komunitas nasional berada di Level 1 dengan perhitungan 20 per kasus per minggu dari 10.000 penduduk.
"Yang penting waspada, tapi jangan berlebihan panik. Yang harus kita lakukan ya booster. Kedua, yang penting adalah protokol kesehatan tetap masker," pesan Menkes Budi Gunadi.
"Kalau udah di luar enggak apa-apa lepas masker, kalau lagi di dalam ruangan atau di luar ada kerumunan ya tetap pakai masker."
Potensi Vaksin Dosis 4
Sebelumnya turut dilaporkan, jika kriteria vaksinasi COVID-19 lengkap menjadi 3 dosis, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Mohammad Syahril mengatakan, pemberian booster termasuk dosis keempat. Hal ini menanggapi usulan pakar agar definisi vaksinasi lengkap 3 dosis.
"Ada usulan epidemiolog agar vaksinasi COVID-19 jadi lengkap, yakni suntikan dosis 1, 2, dan 3. Ini masih pertimbangan ya. Kalau ini disetujui, maka booster-nya (dosis) yang keempat," kata Syahril saat konferensi pers Update Perkembangan COVID-19 di Indonesia di Gedung Kementerian Kesehatan Jakarta pada Jumat, 10 Juni 2022.
Usulan kriteria vaksinasi COVID-19 lengkap sebanyak tiga dosis mencuat disampaikan Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono dalam Rapat Pengendalian Pandemi COVID-19 yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan pada Minggu (29/5/2022).
Ia juga merekomendasikan vaksin booster sebagai syarat kelengkapan vaksinasi COVID-19 yang harus digunakan dalam berbagai aktivitas. Tujuannya, agar terwujud situasi pandemi terkendali sehingga penghapusan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dapat dilakukan.
Walau begitu, Syahril menegaskan, sampai saat ini vaksinasi lengkap adalah dua dosis. Terkait pembahasan vaksinasi dosis keempat akan didiskusikan.
"Kita tunggu aja perkembangan. Tunggu keputusan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dengan melihat perkembangan situasi saat ini yang sedang menerapkan PPKM Level 1," ujarnya.
"Untuk vaksinasi (dosis) keempat nanti didiskusikan."
Advertisement