Liputan6.com, Riyadh - Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MbS), berencana akan berangkat untuk tur tiga negara pada Senin 20 Juni 2022. Tiga negara yang dikunjungi putra mahkota Arab Saudi itu adalah Turki, Yordania, dan Mesir.
Kunjungan Pangeran MbS akan turut membahas dampak konflik Ukraina dan Rusia.
Advertisement
Baca Juga
Dilaporkan Saudi Gazette, Minggu (19/6/2022), pertemuan Pangeran MbS dengan pemimpin tiga negara juga akan membahas penguatan hubungan bilateral dengan Arab Saudi, termasuk penandatanganan kesepakatan ekonomi.
Kunjungan Pangeran MbS ini digelar sebelum Gulf Cooperation Council Summit +3 (Mesir, Yordania, dan Irak) yang akan digelar di Arab Saudi pada tanggal 16 Juli 2022 mendatang. Rencananya Presiden AS Joe Biden juga hadir pertemuan tersebut.
Presiden Joe Biden memang sempat dilaporkan ingin bertemu Pangeran MbS di tengah melonjaknya harga minyak akibat situasi geopolitik. Akibatnya, inflasi di AS meningkat dan popularitas Joe Biden terdampak.
Pertemuan antara Presiden Biden dan Pangeran MbS akan menandakan babak baru antara AS-Arab Saudi. Pasalnya, Presiden Joe Biden sebelumnya pernah mengkritik keras Pangeran MbS yang diduga menjadi dalang pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi yang dibunuh secara sadis di Turki pada 2018.
Raja Salman dan Pangeran MbS telah bertemu putra dari Khashoggi, yakni Salah. Raja dan Pangeran Arab Saudi menyampaikan belasungkawa kepada Salah terhadap kematian ayahnya.
Gedung Putih telah mengkonfirmasi rincian perjalanan pertama Presiden AS Joe Biden ke Timur Tengah, termasuk pemberhentian kontroversial di Arab Saudi dan pertemuan yang diharapkan dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS).
Pemerintahan Joe Biden pada hari Selasa mengumumkan bahwa perjalanan tersebut, yang sebelumnya telah dilaporkan oleh media AS, akan berlangsung antara 13 dan 16 Juli. Biden juga akan mengunjungi Israel dan Tepi Barat yang diduduki, demikian seperti dikutip dari laman Al Jazeera, Rabu (15/6).
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Harga Minyak Dunia
Sebelumnya dilaporkan, di tengah tantangan harga minyak mentah yang terus melambung tinggi, PT Pertamina (Persero) memperkuat strategi keuangan dan upaya operasional guna meningkatkan efisiensi di seluruh lini bisnis, baik holding maupun subholding mulai dari hulu, pengolahan sampai hilir.
Dari strategis bisnis tersebut, selama tahun 2021 Pertamina berhasil melakukan optimalisasi biaya sebesar USD 2,21 Miliar, yang diperoleh dari program penghematan biaya (Cost Saving ) USD 1,36 miliar, penghindaran biaya (Cost Avoidance) sebesar USD 356 juta serta tambahan pendapatan (Revenue Growth) sekitar USD 495 juta.
Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini menjelaskan Pertamina mengembangkan berbagai kebijakan dan strategi bisnis dari sisi keuangan maupun operasional sebagai upaya menghadapi tantangan harga minyak dunia yang melonjak signifikan.
Dari sisi finansial, Pertamina menerapkan program optimalisasi biaya di seluruh Pertamina Group yang meliputi penghematan biaya (Cost Saving), penghindaran biaya (Cost Avoidance), dan peningkatan pendapatan.
Paralel dengan upaya penghematan, Pertamina juga menjalankan program lindung nilai (hegding) untuk manajemen risiko pasar. Selain itu, perseroan juga melakukan sentralisasi pengadaan, prioritas belanja modal dan manajemen aset dan liabilitas untuk menurunkan biaya atau beban bunga (cost of fund).
“Kami berupaya mengoptimalkan seluruh biaya serta mengelola aspek finansial perusahaan, agar dapat menekan biaya termasuk memprioritaskan proyek-proyek yang memiliki hasil cepat,”ungkapnya, Sabtu (19/6).
Advertisement
Strategi Operasional
Selain, memperketat finansial, menurut Emma, Pertamina juga menerapkan strategi operasional dalam rangka meningkatkan pendapatan yang sebagian besar dijalankan oleh anak usaha yakni enam subholding.
Di bisnis hulu, Pertamina terus meningkatkan produksi dan lifting Migas untuk memanfaatkan momentum naiknya harga minyak. Hasilnya, produksi naik 4 persen dan lifting 3 persen.
Kinerja positif dari operasional hulu tersebut, disumbangkan dari Blok Rokan dan aset luar negeri serta upaya konsisten menjaga tingkat produksi melalui pengeboran sumur dan penemuan sumber daya. Sepanjang tahun 2021, Pertamina telah melakukan pengeboran 12 sumur eksplorasi dan 350 sumur eksploitasi. Pada tahun yang sama, temuan cadangan (2C) telah mencapai 486,70 MMBOE, dan tambahan cadangan terbukti (P1) mencapai 623,47 MMBOE.
Di pengolahan dan petrokimia, pada tahun 2021 Pertamina menerapkan strategi optimasi crude and product. Hal ini telah berkontribusi pada peningkatan yield of value produk sekitar 3 persen.
Strategi tersebut terkait dengan pemilihan dan substitusi ekonomis minyak mentah, dan memaksimalkan high valuable products dengan high spreads. Di sisi lain, produksi kilang juga meningkat sebagai respons atas permintaan energi yang lebih tinggi akibat pemulihan ekonomi nasional.
Transportasi dan Logistik
Lebih lanjut, di lini transportasi dan logistik, Pertamina mengoptimalkan load factor untuk meraih pendapatan dan efisiensi biaya. Di sisi bisnis gas, Pertamina juga meningkatkan volume perdagangan dan transportasi gas serta volume transportasi minyak.
“Dan setelah legal end state, kami juga mengintensifkan resource sharing, seperti sharing fasilitas dan sharing development agreement, khususnya di upstream sub-holding,”imbuh Emma.
Emma menambahkan, kinerja positif di hilir juga didukung oleh pemerintah melalui pengakuan kompensasi selisih HJE JBT Solar dan JBKP Pertalite pada tahun 2021, mencapai sekitar USD 4 miliar Ekv. Rp58,6 triliun (di luar pajak) serta pembayaran atas kompensasi 2018 dan 2019 sekitar USD 1,7 miliar Ekv. Rp24,1 triliun (di luar pajak).
Menurut Emma, dukungan pemerintah berlanjut di tahun 2022 melalui revisi kebijakan yang menetapkan Pertalite (RON90) sebagai Bahan Bakar Penugasan Khusus menggantikan Premium (RON88) dan penyesuaian harga Pertamax.
Sebagai bentuk apresiasi Pertamina terhadap dukungan tersebut, telah diterapkan beberapa inisiatif di sektor hilir yang sekaligus merespon perubahan pasar seperti ekspansi transaksi digital, mempercepat outlet Pertashop untuk menangkap peluang pasar yang lebih besar di daerah pedesaan dan mengalihkan sumber energi SPBU ke panel surya.
“Kami sangat mengapresiasi keputusan Pemerintah dan DPR yang telah menambah pagu anggaran subsidi dan kompensasi 2022 untuk menjaga dan melindungi daya beli masyarakat serta menahan potensi inflasi. Hal ini juga merupakan bukti dukungan terhadap Pertamina dalam penyediaan energi di tengah tantangan harga minyak mentah yang tinggi,” imbuh Emma.
Dengan dukungan tersebut, lanjut Emma, pada tahun 2022 Pertamina mengembangkan strategi utama melalui upaya mendorong produksi Migas naik hingga 17 persen, menargetkan Yield Valuable Product sebesar 79,9 persen, penambahan outlet BBM sekitar 3.000 Pertashop, pengembangan pasar digital hingga 25 juta pengguna MyPertamina, dan memperbesar porsi pendapatan dari non-captive market di bisnis shipping hingga 7,5 persen.
Advertisement