Liputan6.com, Oslo - Sedikitnya dua orang tewas dan 10 lainnya luka-luka setelah penembakan di klub malam LGBTQ di Oslo, Norwegia pada Sabtu (25/6/2022), Reuters melaporkan, mengutip penyiar publik NRK.
Mengutip CNN, penembakan itu terjadi di London Pub, yang menggambarkan dirinya di situs webnya sebagai "tempat gay dan lesbian terbesar di Oslo."
"Saya melihat seorang pria datang dengan tas, dia mengambil pistol dan mulai menembak," kata seorang jurnalis NRK dalam laporan penyiar.
Advertisement
Seorang tersangka ditangkap di dekatnya, tetapi tidak segera jelas apa motif serangan itu, menurut laporan Reuters, mengutip polisi setempat.
"Tiga orang terluka parah," kata polisi kepada wartawan di tempat kejadian.
Oslo akan mengadakan parade tahunan, Pride Parade pada hari Sabtu.
Pride Parade adalah acara yang menselebrasikan budaya dan kebanggaan lesbian, gay, biseksual, transgender dan interseks (LGBTI).
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penembakan Orlando, Kisah 3 Jam Berdarah di Klub LGBT
Jarum jam menunjuk ke pukul 02.00, Minggu dinihari 12 Juni 2016, masih ada 320 orang di dalam klub malam Pulse, Orlando. Dua menit kemudian, seorang pria melangkah masuk. Ia membawa senapan, pistol, dan amunisi.
"Musik masih dimainkan, semua orang menari...saat itulah terdengar suara 'Bang, Bang!'," kata, Javier Antonetti, yang ada di dalam klub saat kejadian seperti dikutip dari ABC News, Senin (13/6/2016). "Pria yang berdiri di sampingku ambruk. Darah berceceran di mana-mana."
Antonetti mengaku, mendengar pelaku bicara lewat telepon dengan seseorang. "Berhenti membunuh ISIS. Aku punya banyak peluru," kata dia, menirukan suara penembak yang belakangan diidentifikasi sebagai Omar Mateen (29).
Antonetti mengaku, ia berpura-pura mati saat kejadian. Itulah mengapa ia bisa selamat, meski harus menjalani perawatan di rumah sakit.
Beberapa saat kemudian, polisi yang tak sedang bertugas dan menjadi petugas keamanan di klub memutuskan untuk masuk. Ia dan dua polisi lain terlibat baku tembak dengan pelaku.
"Petugas kami terlibat baku tembak dengan tersangka," kata Kepala Kepolisian Orlando, John Mina.
Saksi mata lain, Janiel Gonzalez mengungkapkan, orang-orang berteriak dan merangkak di lantai. "Saat itu aku bertekad, 'bukan ini caraku mati, bukan hari ini'," katanya.
Pada pukul 02.09, klub malam memberikan peringatan lewat laman Facebook mereka. "Semua orang keluar dari Pulse dan terus lari menjauh."
Saat berada di luar, Gonzalez melihat orang-orang dalam kondisi luka dan berdarah-darah. Orang-orang mencoba lari, tapi mereka terjebak dan menjadi sandera, demikian menurut aparat.
Di tengah penembakan terjadi, Mateen, yang lahir di AS dari orangtua yang berasal dari Afghanistan menelepon 911 untuk menyatakan kesetiaannya pada ISIS.
Tim SWAT yang mengerahkan kendaraan lapis baja bergegas ke lokasi kejadian. Namun mereka memutuskan menunggu di luar klub hampir selama tiga jam.
"Saat itu kami membutuhkan persiapan, evaluasi, melakukan penilaian tentang apa yang sebenarnya terjadi, dan memastikan semua hal berada pada tempatnya," kata supervisor Departemen Penegakan Hukum Florida, Danny Banks.
Pada pukul 05.00, SWAT memutuskan untuk membebaskan para sandera. Polisi menggunakan bahan peledak di dalam klub, untuk mengalihkan perhatian pelaku penembakan.
Sementara itu, kendaraan lapis baja ditabrakkan ke dinding klub. Petugas yang berlindung di belakangnya menyerbu masuk. Sebanyak 11 polisi terlibat baku tembak dengan pelaku.
Pada pukul 05.53, Kepolisian Orlando mengumumkan dalam Twitter, "Penembak di dalam klub sudah tewas."
Penembakan membabi buta di dalam klub Pulse pada Minggu dinihari dideskripsikan sebagai 'insiden teror domestik', sekaligus merupakan penembakan massal paling mematikan dalam sejarah AS.
Penembakan di Orlando yang dilakukan Omar Mateen sempat jadi serangan teror paling mematikan dalam sejarah Negeri Paman Sam sejak peristiwa 9/11 pada 11 September 2001.
Presiden Amerika Serikat saat itu, Barack Obama mengatakan, belum ada bukti langsung bahwa pelaku penembakan Orlando dikendalikan ISIS atau terkait langsung dengan organisasi teroris itu.
Ia kembali menyoroti kemudahan yang dirasakan orang untuk memperoleh senjata dan melakukan pembunuhan massal.
"Pelaku di Orlando diduga bersenjatakan pistol dan senapan serbu berkekuatan tinggi. Pembunuhan massal ini, menjadi pengingat tentang betapa mudah seseorang untuk mendapatkan senjata yang memungkinkan mereka menembak orang-orang di sekolah, tempat ibadah, gedung bioskop atau di klub malam."
Advertisement
Penembakan di Kelab Malam Greenville AS
Insiden penembakan di kelab malam juga pernah terjadi pada Minggu 5 Juli 2020.
Kala itu sebuah kelab malam di Greenville, South Carolina, AS jadi target penembakan dan menewaskan setidaknya dua orang. Sementara delapan lainnya dilaporkan luka-luka, menurut pernyataan polisi setempat.
Dikutip dari CNN, Senin (6/7/2020), seorang wakil dari Kantor Sheriff Greenville County mendapati informasi adanya gangguan yang terjadi di Klub Lavish Lounge, tak lama sebelum jam 2 pagi waktu setempat.
Letnan Jimmy Bolt, yang merupakan salah satu petugas dari kantor Sheriff tersebut, mengatakan bahwa ia sempat mendengar suara tembakan, saat tiba di area parkir.
Menurut Bolt, Departemen Kepolisian Greenville dan Patroli Jalan Raya South Carolina merespons dan menemukan empat korban penembakan di dalam kelab malam itu.
Para petugas tidak menembakkan senjata mereka, kata Bolt.
Kemudian, menurut keterangan dari Bolt, seorang operator darurat mengetahui bahwa korban lainnya dilarikan ke rumah sakit dengan kendaraan pribadi.
Kendati demikian, Bolt menyampaikan bahwa delapan korban yang masih hidup terdaftar dalam "berbagai kondisi."
Tetapi hingga saat ini, belum adanya tersangka yang ditahan. Tim investigasi masih berada di lokasi kejadian.
Afiliasi CNN, WYFF, menyampaikan keterangan dari seorang Sherif Greenville County, Hobart Lewis, yang mengatakan bahwa kelab malam itu mengadakan acara dengan "kerumunan yang sangat, sangat, sangat, besar" untuk sebuah konser ketika penembakan terjadi.
"Ada banyak selongsong peluru di dalam," kata Lewis.
"Semuanya berantakan. Ada beberapa kursi di sana, makanan di lantai, dan beberapa botol pecah. Anda bisa mengetahui bahwa seseorang terburu-buru. Ada darah bersimbah," ungkap Lewis.
1 Orang Tewas dalam Penembakan Kelab Malam di Ohio
Satu orang tewas dan setidaknya 14 orang terluka dalam peristiwa penembakan di sebuah kelab malam di Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat pada Minggu dini hari.
Kepolisian Cincinnati menyebut pelaku hanya satu orang. Ia beraksi sekitar pukul 1.30 waktu setempat.
Seperti dilansir Telegraph, Minggu, (26/3/2017) aksi penembakan tersebut terjadi di Cameo Night Club di mana beberapa korban telah dilarikan ke rumah sakit.
Kapten Kim Williams mengatakan, otoritas tidak yakin motif penembakan. Ia mengatakan, keadaan begitu kacau ketika tembakan meletus, namun beberapa petugas keamanan di kelab malam segera melakukan pertolongan pertama.
Menurut Williams, kebanyakan yang berkumpul di tempat itu adalah anak muda -- tanpa meberikan penjelasan lebih jauh.
Polisi kini tengah mewawancarai sejumlah saksi dan hingga saat ini, pemerintah berwenang belum memiliki informasi terkait pelaku.
Sementara itu, menurut Asisten Kepala Polisi Paul Neudigate, saat penembakan terjadi terdapat ratusan orang di kelab malam itu.
Sebelumnya, dalam waktu kurang lebih berdekatan peristiwa penembakan juga terjadi di Las vegas. Seorang tewas sementara dua lainnya dikabarkan terluka. Pelaku akhirnya menyerahkan diri setelah empat jam melalui proses negosiasi alot.
Advertisement