NASA Targetkan Astronot Wanita Pertama Injak Bulan di Tahun 2025

NASA memiliki target untuk mengirimkan wanita pertama untuk menginjakkan kakinya ke Bulan pada tahun 2025, itu berarti tiga tahun dari sekarang.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 17 Agu 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 17 Agu 2022, 18:00 WIB
Alergi Bulan
Kisah Astronaut Mengaku Alergi Usai Berjalan di Bulan, Alami Kejanggalan (Sumber: NASA)

Liputan6.com, Jakarta - NASA memiliki target untuk mengirimkan wanita pertama untuk menginjakkan kakinya ke Bulan pada tahun 2025, itu berarti tiga tahun dari sekarang.

Apa yang disampaikan NASA bukan isapan jempol. Saat ini, NASA telah meluncurkan Space Launch System (SLS), objek tersebut akan dibawa ke Pad 39B di Kennedy Space Center di Florida untuk lepas landas yang dijadwalkan pada 29 Agustus 2022.

SLS adalah roket raksasa untuk misi Bulan barunya, seperti dikutip dari laman BBC, Rabu (17/8/2022).

Akan ada 3 misi bernama Artemis --  saudara kembar Dewa Yunani bernama Apollo dan Dewi Bulan.

Ada Artemis 1, Artemis 2 dan Artemis 3.

"Perjalanan itu adalah perjalanan kita dan akan dimulai dengan Artemis 1," kata NASA Administrator Bill Nelson.

“Peluncuran kru pertama, Artemis 2, dua tahun dari sekarang pada 2024. Kami berharap pendaratan pertama, Artemis 3, akan dilakukan pada 2025,” katanya kepada BBC News.

Untuk Artemis 3, NASA berjanji pada misi ketiga ini akan membawa wanita pertama yang menginjakkan kakinya di permukaan Bulan.

SLS yang tingginya hampir 100 meter akan mengendarai sebuah objek besar ke pad, seperti dikutip dari laman BBC, Rabu (17/8/2022).

Objek ini mulai bergerak dari Kennedy pada Selasa malam, waktu setempat, tetapi dengan kecepatan jelajah lebih dari 1 km/jam (di bawah 1 mph), dibutuhkan 8-10 jam untuk menyelesaikan perjalanan 6,7 km (4,2 mil).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sistem Lebih Canggih

The Space Launch System adalah roket baru untuk era baru eksplorasi bulan (NASA)
The Space Launch System adalah roket baru untuk era baru eksplorasi bulan (NASA)

Ini adalah momen penting bagi NASA, yang pada bulan Desember akan merayakan peringatan setengah abad Apollo 17, pendaratan manusia pertama dan terakhir sejauh ini di Bulan.

Badan tersebut telah berjanji untuk kembali dengan program Artemis, menggunakan teknologi yang sesuai dengan era modern (Artemis adalah saudara kembar dewa Yunani Apollo dan dewi Bulan).

NASA menganggap, misi kembali ke Bulan sebagai cara untuk bersiap pergi ke Mars bersama astronot sekitar tahun 2030-an atau segera setelahnya.

SLS akan memiliki daya dorong 15% lebih banyak daripada roket Saturn V Apollo. Kekuatan ekstra ini akan memungkinkan kendaraan untuk tidak hanya mengirim astronot jauh di luar Bumi, tetapi juga begitu banyak peralatan dan kargo sehingga kru tersebut bisa menjauh untuk waktu yang lama.

Kapsul kru, juga memiliki peningkatan kemampuan. Disebut Orion, jauh lebih luas, satu meter lebih lebar.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Rencana Sejak Tahun 2020

NASA di Bulan
Pada 13 Desember 1972, astronaut ilmuwan NASA, Harrison Schmitt, berdiri di sebelah batu besar selama misi Apollo 17. Mosaik ini dibuat dari dua foto yang diambil oleh sesama penjelajah Bulan, Eugene Cernan. (NASA)

Pada 21 September 2020, NASA mengumumkan rencananya untuk mendaratkan astronaut pria lainnya dan astronaut wanita pertama di Bulan pada 2024 mendatang, sejak mengirim manusia untuk pertama kalinya ke Bulan pada tahun 1972.

"Kami akan kembali ke Bulan untuk penemuan ilmiah, manfaat ekonomi, dan inspirasi bagi generasi baru penjelajah," ungkap administrator NASA Jim Bridenstine dalam pernyataannya di situs badan antariksa AS tersebut.

Menurut laporan AFP, proyek tersebut diperkirakan akan mengeluarkan biaya hingga sebesar 28 miliar dolar AS (skitar Rp.390 triliun). 

Namun anggaran proyek yang telah ditetapkan sebagai prioritas utama Presiden Donald Trump itu, harus disetujui oleh Kongres AS.

Saat berbicara kepada wartawan, Bridenstine menerangkan bahwa proyek ke bulan tersebut masih "berada dalam jalur" jika nantinya Kongres AS menyetujui anggaran 3,2 miliar AS (sekitar Rp. 44,8 triliun) pertama sebelum Natal 2020.

Misi yang dinamai Artemis tersebut akan berlangsung dalam beberapa fase, dimulai pada November 2021 yaitu peluncuran pesawat ruang angkasa Orion NASA. 

Kemudian pada fase kedua dan ketiga, para astronaut akan mengelilingi Bulan dan mendarat di permukaannya.


Libatkan 3 Perusahaan Ternama

Misi Apollo 11 di permukaa Bulan
Misi Apollo 11 di permukaa Bulan (NASA)

Misi Artemis disebutkan mirip dengan misi Apollo 11 yang pertama kali membawa manusia ke Bulan pada tahun 1969. 

Namun, fase misi Artemis di permukaan bulan akan berlangsung sepekan - lebih lama dari misi Apollo - dan mencakup hingga lima "aktivitas luar angkasa".

Pendaratan pertama akan dilakukan di Kutub Selatan Bulan. 

Pesawat ruang angkasa itu akan mendarat di kutub selatan Bulan, demikian menurut pernyataan NASA.

"Tidak ada pemberitahuan lebih lanjut selain itu," jelas Bridenstine kepada wartawan.

Bridenstine juga mengesampingkan kemungkinan bahwa astronaut akan mendarat di lokasi pendaratan Apollo di ekuator Bulan antara tahun 1969 dan 1972.

"Sains yang akan kami lakukan (dalam misi ini) sangat berbeda dari apa pun yang telah kami lakukan sebelumnya," tegas Bridenstine.

“Kami harus ingat selama era Apollo, kami mengira bahwa bulan itu tandus. Kini kami mengetahui bahwa ada banyak air es dan kami tahu bahwa itu ada di Kutub Selatan," tambahnya. 

Tidak tanggung-tanggung, NASA bahkan juga menggandeng tiga perusahaan untuk mengangkut para astronaut mereka ke Bulan.

Perusahaan-perusahaan itu di antaranya adalah Blue Origin - perusahaan kedirgantaraan yang didirikan oleh Jeff Bezos dari Amazon yang bekerja sama dengan Lockheed Martin, perusahaan teknologi Northrop Grumman, dan perusahaan penerbangan Draper.

Adapun keterlibatan dari SpaceX milik Elon Musk dan Dynetics.

Untuk modul pendaratannya sendiri, diperkirakan menelan biaya hingga 16 miliar AS (sekitar Rp. 224 triliun). 

Infografis Jurus NASA Cegat Asteroid Berpotensi Tabrak Bumi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Jurus NASA Cegat Asteroid Berpotensi Tabrak Bumi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya