Canberra - Pemerintah Australia mengembalikan ratusan artefak harta karun yang dulu tenggelam di perairan Bangka Belitung. Harta karun itu berasal dari kapal Tek Sing yang tenggelam. Tragedi itu menewaskan 1.500 orang.
Dilaporkan ABC Australia, Jumat (19/8/2022), Menteri Urusan Seni Budaya Australia, Tony Burke, secara simbolis menyerahkan enam artefak tersebut kepada Duta Besar Indonesia untuk Australia, Siswo Pramono saat upacara peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia di Canberra, Rabu kemarin (17/08).
Advertisement
Baca Juga
Keramik dari kapal Tek Sing adalah hasil sitaan pihak berwenang Australia di tahun 2019, setelah muncul informasi jika barang-barang keramik ini dilelang secara online di Perth.
Menurut Dody Harendro dari Fungsi Penerangan, Sosial dan Budaya, KBRI Canberra diperlukan waktu beberapa tahun untuk mengecek keaslian keramik tersebut.
"Kita dihubungi di bulan September 2020, oleh Kementerian Seni bahwa AFP (Kepolisian Federal Australia) menahan keramik tersebut yang akan dilelang secara online," katanya kepada ABC Indonesia.
Ia mengatakan KBRI Canberra bergerak cepat untuk membantu melakukan verifikasi apakah keramik yang ditahan tersebut memang berasal dari kapal Tek Sing.
Berbagai jenis keramik tersebut dibuat di Kota Dehua, China.
"Setelah diperiksa oleh semua pihak di Indonesia dan juga dari berbagai kurator di Australia, mereka mengesahkan bahwa keramik ini memang asli dan berasal dari kapal Tek Sing."
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Solidaritas Antarbudaya
Selain mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang bisa menyelamatkan artefak tersebut, Duta besar RI di Canberra Siswo Pramono juga berharap kerja sama antara Indonesia dan Australia bisa terus berjalan.
"Penyerahan hari ini merupakan yang ketiga setelah di tahun 2006 dan 2018 dan merupakan bukti nyata kemitraan strategis [Indonesia-Australia] khususnya di bidang antarbudaya dan penegakan hukum," kata Siswo Pramono.
Kapal Tek Sing karam dii tahun 1882 di perairan Laut China Selatan yang menewaskan 1.500 orang.
Bangkai kapal tersebut baru ditemukan di tahun 1999 dan sekitar lebih dari 350 ribu keramik dalam kapal yang karam tersebut sesuai undang-undang menjadi milik Pemerintah Indonesia.
Proses ini juga sempat terunda karena pandemi COVID-19.
Wakil Komisaris AFP, Brett Pointing mengatakan Kepolisian Australia terus berusaha melakukan penyelidikan terkait ekspor ilegal benda purbakala yang memiliki nilai budaya tinggi.
"Kami memiliki petugas di 35 pos internasional di 29 negara yang bekerja keras dan bermitra dengan penegak hukum di luar negeri untuk mengidentifikasi dan menghentikan benda-benda bersejarah ini dijual di pasar gelap," katanya.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Kado Istimewa Perayaan HUT ke-77 RI di Canberra
Acara penyerahan 333 keramik dari Kapal Tek Sing yang tenggelam di Perairan Bangka Belitung pada 1822 yang dilangsungkan pada 17 Agustus 2022 itu, dihadiri juga oleh pejabat dari Kementerian Luar Negeri Australia, Kementerian Seni Budaya, dan juga Polisi Federal Australia. Bertempat di Balai Kartini.
"Penyerahan kali ini menjadi bukti kerja sama kedua negara yang sangat erat, khususnya dari Kementerian Seni Budaya Australia, Kepolisian Federal Austrralia, Kementerian Luar Negeri Australia, dengan mitranya dari Kementerian Seni Budaya, Riset dan Tekhnologi Indonesia serta Kedutaan Besar RI di Canberra," ujar Menteri Burke dalam pernyataannya.
Sementara Dubes RI menyampaikan bahwa benda budaya bersejarah dari Kapal Tek Sing ini akan memperkaya koleksi Indonesia, dan menjadi salah satu bagian dalam mengembalikan sejumlah warisan budaya nusantara yang telah dibawa secara illegal ke luar wilayah Indonesia.
Pada saat penyerahan, Menteri Burke dan delegasi juga berkesempatan memainkan alat musik tradisional dari Indonesia, angklung, secara bersama dan ditutup dengan menikmati sajian kuliner Indonesia.
Kala Murid Sekolah di Canberra Australia Antusias Latihan Joged Pancer dan Musik Talempong
Promosi budaya di sekolah-sekolah Australia terus digencarkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra.
Pada Senin 16 Agustus 2022, KBRI Canberra mendatangkan seniman Indonesia untuk memberi pelatihan menari yang disebut Joged Pancer dan bermain musik Talempong. Acara bertajuk "one day workshop on Indonesian modern dance and music" ini diselenggarakan di Canberra Grammar School, Australia.
Joged Pancer merupakan seni gerak tubuh yang merupakan seni tari improvisasi. Tari ini dikembangkan berdasarkan kesadaran bahwa tubuh manusia bersifat holistik karena juga merangkum berbagai elemen seperti pikiran, fisik dan rasa. Segalanya saling terkait dan terkoneksi antara satu dengan yang lainnya.
Joged Pancer juga merupakan laku tubuh dalam mencari dan menyadari bahwa tubuh memiliki kesadaran terhadap segala perubahan internal maupun eksternal di luar tubuh itu sendiri.
Selain Joged Pancer, seperti juga dikutip dari keterangan tertulis KBRI Canberra, Rabu (17/8/2022), siswa juga berlatih musik Suling dan Talempong khas Indonesia.
Talempong merupakan alat musik yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Talempong biasanya dimainkan dalam acara adat di Minangkabau. Alat musik ini merupakan pelengkap dalam berbagai acara adat.
Dalam pelatihan di Canberra, Talempong dimainkan secara modern dan beradaptasi dengan situasi kekinian.
Advertisement