Mengenal Kebijakan Glasnost dan Perestroika Mikhail Gorbachev yang Meruntuhkan Uni Soviet

Mikhail Gorbachev, Presiden pertama dan terkahir Uni Soviet yang disebut-sebut sebagai singa di barat meninggal dunia di tengah-tengah kehancuran yang terjadi atas apa yang pernah ia perjuangkan.

oleh Anissa Rizky Alfiyyah diperbarui 31 Agu 2022, 13:17 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2022, 12:56 WIB
Mikhail Gorbachev
Mikhail Gorbachev (Creative Commons)

Liputan6.com, Moskow- Mikhail Sergeyevich Gorbachev, pemimpin Uni Soviet yang mengakhiri perang dingin tanpa adanya pertumpahan darah, meninggal dunia pada Selasa 30 Agustus 2022. Mikhail Gorbachev merupakan presiden pertama dan terkahir Uni Soviet, sebelum runtuh pada 1991.

Dikutip dari MSN News, Rabu (31/8/2022), Gorbachev mengakhiri perang dingin dengan memperkenalkan Blok Timur—dan dunia—pada kebijakan glasnost dan perestroika, yang mengisyaratkan bahwa visi politik Marxis-Leninis sejak 70 tahun lalu telah diliputi kapitalisme pasar.

Dalam semangat glasnost-nya, ia membuat kebijakan dengan membebaskan tahanan polititik; mengizinkan adanya debat terbuka dan pemilihan multi-kandidat; memberi orang kesempatan yang lebih luas untuk perjalanan jauh dan imigrasi; mengkentikan penindasan agama; menarik pasukan Uni Soviet dari Afghanistan; membatasi ekspansionisme Rusia; dan yang paling besar ialah ia berhasil mengakhiri perang dingin.

Mikhail Gorbachev juga saat itu berhasil mewujudkan reunufikasi Jerman.

Perestroika merupakan sebuah political movement of reformation atau sebuah gerakan reformasi politik yang diusung Mikhail Gorbachev pada 1986. Dengan Perestroika, Gorbachev menyarankan negara Uni Soviet mengatur ulang pemerintahannya atau mengadakan restrukturisasi. 

Namun, reformasinya itu—khususnya kebijakan glasnost dan perestoika—malah melemahkan Uni Soviet hingga runtuh. 

Gorbachev hidup hampir 10 dekade seraya melihat apa yang ia perjuangkan dahulu mulai hancur—seperti apa yang saat ini Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky lakukan.

Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin, mengatakan pada Interfax, "Putin menyatakan bela sungkawa terdalamnya atas meninggalnya Gorbachev. Besok, ia aman mengirim telegram belasungkawa kepada keluarga dan teman-temannya."

Putin menyebut, runtuhnya Uni Soviet sebagai 'bencana geopolitik terbesar' di abad ke-20, dan pada 2018 ia menyatakan bahwa ia akan mengembalikannya, jika memang bisa.

Penghormatan Terakhir dari Pemipin Dunia untuk Gorbachev

Pertemuan Virtual Joe Biden dan Xi Jinping
Presiden Joe Biden mendengarkan saat ia bertemu secara virtual dengan Presiden China Xi Jinping dari Ruang Roosevelt Gedung Putih di Washington, Senin (15/22/2021). Pertemuan dimaksudkan untuk menurunkan ketegangan antara AS dan China selaku dua negara adidaya dunia saat ini. (AP Photo/Susan Walsh)

Dikutip dari CBC’s Power & Politics, dalam sebuah wawancara, mantan perdana Menteri Brian Mulroney menyebut bahwa Gorbachev 'kebalikan' dari Putin.

"Gorbachev adalah seorang yang visioner yang orientasinya pada perdamaian dan kemakmuran yang lebih besar bagi warganya," kata Mulroney.

"Dia berusaha menahan diri dari invansi-invansi militer dan ini merupakan  kebalikan dari apa yang kita saksikan sekarang dengan adanya perang yang sembrono antara Rusia-Ukraina."

Dalam wawancara terpisah dengan As It Happens, Mulroney mengatakan Gorbachev "lebih ramah daripada para pemimpin Soviet di masa lalu. Dia adalah pemimpin yang hebat dengan pemahaman tinggi akan sejarah," kata Mulroney.

Para pemimpin dunia lainnya memberikan penghormatannya juga kepasa Gorbachev. Ketua Komisi Eropa, Ursula von der Leyen mengatakan Gorbachev telah membuka jalan bagi Eropa untuk bebas.

Presiden AS, Joe Biden mengatakan, Gorbachev percaya pasa "glasnost dan perestroika bukan hanya sebagai slogan, tetapi sebagai jalan ke depan bagi rakyat Uni Soviet setelah bertahun-tahun terisolasi dan kekurangan."

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengatakan "komitmen tak kenal Lelah Gorbachev untuk membuka masyarakat Soviet tetap menjadi contoh bagi kita semua."

Setelah beberapa dekade ketegangan dan konfrontasi Perang Dingin, Gorbachev membawa Uni Soviet lebih dekat ke barat, sejak Perang Dunia Kedua.

Tetapi, dia melihat bahwa pekerjaan itu dirusak di akhir hidupnya, ketika invasi Putin ke Ukraina membawa sanksi Barat jatuh di Moskow, dan ketika politisi Rusia dan Barat mulai berbicara tntang Perang Dingin Baru.

Gorbachev juga memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1990 untuk perannya dalam mengakhiri Perang Dingin dan mengurangi ketegangan nuklir. Mikhail Gorbachev akan dimakamkan di Pemakaman Novodevichy, Moskow, di sebelah istrinya, Raisa, yang meninggal pada 1999.

Singa di Barat, Paria di Rumah

Mikhail Gorbachev: Dunia di Ambang Perang Dingin
Mikhail Gorbachev dikenal sebagai pemimpin Uni Soviet pada akhir 1980-an yang dinilai berhasil memulihkan hubungan dengan Barat.

Setelah serangkaian pertemuan dan pembicaraan tentang pengurangan pengendalian senjata nuklir dengan para pemimpin di Barat, Gorbachev datang menjadi pahlawan di Barat.

Walaupun dianggap penting di Barat, Gorbachev dilihat sebagai buangan di rumahnya. Keruntuhan ekonomi dari sistem komunis yang diimplementasikan ternyata membawa Soviet pada kehancuran. Kekuatannya di luar, malah membawa kehancuran di dalam.

Gagasannya di rumah yang bertumpu pada keterbukaan dan restrukturisasi itu membawa kondisi ekonomi Soviet turun lebih eksterm dan menyebabkan kekacauan. Hal tersebut membawa orang seperti Putin menarik untuk ada di Rusia.

Pada saat Gorbachev menolak untuk mengirim Tentara ke Eropa Timur untuk menyelamatkan komunis, Putin ditempatkan bersama KGB di Jerman Timur dan merasakan desersi Moskow. Dia datang untuk melihat runtuhnya Soviet sebagai bencana sejarah; dan begitu Putin mengambil kekuasaan, ia memulihkan prestise Rusia yang dahulu terluka.

Setelah kepemimpinan Putin di Rusia, Gorbachev hingga akhir hayatnya memperingatkan betapa bahayanya hubungan antara dua kekuatan nuklir utama dunia. 

Kini, Gorbachev dkenang sebagai salah satu tokoh langka dalam sejarah. 

Hidup Lama untuk Melihat Kehancuran

FOTO: Rusia Serang Kiev Usai Presiden Ukraina Temui Sekjen PBB
Petugas kebersihan membersihkan lokasi ledakan di Kiev, Ukraina, Jumat (29/4/2022). Rusia menyerang Kiev tak lama setelah pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres pada Kamis malam. (AP Photo/Emilio Morenatti)

Era penahanan dan kontrol senjata antara Washington dan Moskow telah tergantikan oleh perang berdarah di Ukraina, di mana persenjataan AS dan NATO dipertemukan dengan pasukan Rusia dengan risiko bentrokan langsung antar dua negara adidaya nuklir.

Pada saat Gorbachev mengundurkan diri pada akhir tahun 1991, perbatasan Nato-Soviet tidak lagi panas. NATO menarik kembali hampir semua tentaranya dari sana, dan terror perang dingin tampaknya hanya ada dalam tulisan sejarah dan artikel. Namun, setelah invasi Ukraina pada Februari, NATO mengerahkan kembali pasukannya kea rah timur, memobilisasi 40.000 tentara di bawah komandonya.

Ketika invasi dimulai, Gorbachev mulai mengeluarkan pernyataan melalui yayasannya dan menyerukan penghentian awal permusuhan dengan negosiasi perdamaian.

“Tidak ada yang lebih berharga di dunia selain nyawa manusia,” ditulis dalam pernyataan Yayasan.

Gorbachev merupakan ahli pengendalian senjata, ia bahkan membahas potensi penghapusan senjata nuklir dengan Ronald Reagan di KTT Reykjavik pada tahun 1986. Sekarang, perjanjian terakhir yang tersisa antara AS dan Rusia yang membatasi senjata nuklir sudah tidak berlaku lagi karena kedua negara sedang memodernisasi persenjataan mereka, dan Putin telah mengancam penggunaan nuklir dalam invasi.

Apa yang diliat Gorbachev sebelum meninggal, bertentangan dengan apa yang ia yakini dan perjuangkan selama ini.

Infografis Rencana Kunjungan Jokowi ke Ukraina-Rusia di Tengah Konflik
Infografis Rencana Kunjungan Jokowi ke Ukraina-Rusia di Tengah Konflik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya