Liputan6.com, Tepi Barat - Para pejabat Palestina pada meminta Israel untuk menghentikan kebijakannya yang "berbahaya dan tidak bertanggung jawab" dengan membunuh orang-orang Palestina di Tepi Barat.
Nabil Abu Rudeineh, juru bicara kepresidenan Palestina, membuat pernyataan tersebut menyusul pembunuhan Israel sebelumnya terhadap dua warga Palestina dan melukai tiga orang di kamp pengungsi Al-Jalazone di utara kota Ramallah, Tepi Barat.
Baca Juga
Dia mengatakan dalam sebuah pernyataan pers bahwa kepresidenan Palestina mengutuk pembunuhan warga Palestina, dikutip dari laman Xinhua, Selasa (4/10/2022)
Advertisement
Perdana Menteri Palestina Mohammed Ishtaye pada Senin (3/10) mengatakan pada pertemuan mingguan kabinet Palestina di Ramallah bahwa Otoritas Palestina menolak eskalasi Israel di Tepi Barat.
"Eksaserbasi pelanggaran berat hak asasi manusia Palestina, yang terbaru adalah pembunuhan dua pemuda di kamp pengungsi Al-Jalazone, ditolak," katanya dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin bahwa "kami menganggap pemerintah Israel bertanggung jawab penuh dan langsung atas kejahatan ini."
Pihaknya juga menyerukan kepada masyarakat internasional "untuk memecah kebisuannya mengenai darah dan penderitaan warga Palestina."
Pada Senin pagi, dua warga Palestina tewas, dan yang ketiga terluka parah oleh tentara Israel di utara kota Ramallah, Tepi Barat tengah, kata sumber keamanan Palestina dan saksi mata.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan pers bahwa tentara Israel menembak mati dua warga Palestina di dekat Ramallah pada dini hari Senin setelah mereka berusaha menabrak tentara selama serangan penangkapan di daerah tersebut.
Keduanya tewas ketika diduga berusaha untuk "melakukan serangan serudukan" terhadap tentara yang menyerbu kamp pengungsi Jalazone untuk menangkap seseorang yang dicurigai melakukan "aktivitas teror," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan pada hari sebelumnya.
Insiden itu adalah yang terbaru dalam serangan Israel selama enam bulan di Tepi Barat yang diduduki menyusul serangkaian serangan jalanan di Israel.
Palestina Desak PBB Hentikan Aksi Militer Israel di Yerusalem Timur
Palestina mendesak Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk menghentikan aksi militer Israel terhadap warga Palestina di Yerusalem Timur. Permintaan itu disampaikan utusan Palestina untuk PBB Riyad Mansour melalui memo resmi.
Mansour mengatakan kepada stasiun radio "Voice of Palestine" bahwa memo yang dikirim kepada Dewan Keamanan PBB, Sekjen PBB dan Presiden Majelis Umum PBB "untuk mencegah pelanggaran Israel di kota tersebut," yakni tindakan dan langkah yang baru saja dilakukan Israel terhadap Palestina selama bulan suci Ramadhan di Masjid Al-Aqsa dan Gerbang Damaskus di Yerusalem Timur.
Mansour menambahkan bahwa kejadian baru-baru ini di wilayah Palestina "akan dipaparkan secara detail selama sidang terbuka Dewan Keamanan yang membahas situasi " di Palestina pada 25 April.
Ia mengatakan bahwa misi Palestina akan menuntut dewan untuk mengemban tanggung jawab mereka "sekaligus menghentikan praktek ilegal otoritas Israel di Yerusalem Timur."
Pada Selasa malam pemuda Palestina dan polisi Israel terlibat bentrok di Yerusalem untuk hari keempat berturut-turut. Selain itu, enam warga Palestina juga ditangkap di dekat Gerbang Damaskus, menurut saksi mata, seperti dikutip dari Xinhua, Jumat (8/4/2022).
Dalam perang Timur Tengah Juni 1967, Israel menduduki Tepi Barat, Jalur Gaza dan Yerusalem Timur yang kemudian menguasai wilayah itu. Ketiga wilayah itu diklaim oleh Palestina.
Rakyat Palestina telah berupaya untuk mendirikan sebuah negara Palestina berdasarkan perbatasan 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Advertisement
Serangan di Masjid Al-Aqsa
Pasukan Israel juga pernah menahan sedikitnya 20 warga Palestina dan menyerang jemaah yang berkumpul untuk merayakan hari raya umat Islam Isra Miraj pada Senin 28 Februari 2022 di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem. Demikian aktivis dan media lokal melaporkan.
14 warga Palestina dilaporkan terluka, termasuk seorang anak, empat orang lainnya dibawa ke rumah sakit untuk perawatan, menurut Bulan Sabit Merah Palestina yang mengumumkan pada Senin malam, saat mereka merayakan festival Muslim Isra Miraj.
Mengutip laporan Al Arabiya, Rabu (2/3/2022), video yang dibagikan oleh warga Palestina di media sosial menunjukkan pasukan Israel melemparkan gas air mata dan granat kejut ke kerumunan jemaah -- banyak anak dan bayi di antaranya. Serangan itu memicu kepanikan.
Satu video menunjukkan seorang perwira Israel mendorong seorang wanita muda ke tanah dan meninjunya, sebelum menyeretnya pergi dengan bantuan polisi lainnya.
Jemaah sejatinya berkumpul di dekat Masjid Al-Aqsa - situs tersuci ketiga dalam Islam dan tempat dari mana Nabi Muhammad dikatakan telah naik ke surga - pada hari Senin untuk merayakan hari libur Israa Miraj.
Kerap Jadi Sasaran Israel
Sejak Yerusalem diduduki sepenuhnya oleh Israel pada tahun 1967, kompleks yang berisi Masjid Al-Aqsa telah berulang kali menjadi sasaran pemukim, polisi, dan tentara Israel.
Pelecehan terhadap jemaah Palestina telah meningkat selama beberapa bulan terakhir.
Pemukim Israel secara rutin masuk ke kompleks selama salat Jumat untuk menyerang masjid dan jemaah, dengan persetujuan diam-diam dari pasukan Israel yang ditempatkan di dekat masjid.
Pada tahun 2021, kompleks itu diserang oleh lebih dari 34.500 orang Israel menurut kementerian Wakaf Palestina, otoritas yang bertanggung jawab atas tempat-tempat suci Palestina.
Masjid Al-Aqsa telah menjadi medan pertempuran simbolis yang mengkristalkan ketegangan antara pemukim Israel, yang ingin mengklaim seluruh Yerusalem, dan warga Palestina yang hidup di bawah pendudukan Israel. PBB menganggap Yerusalem Timur sebagai tanah Palestina yang diduduki.
Advertisement