Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara menembakkan dua rudal balistik lainnya pada Kamis 6Â Oktober 2022 pagi waktu setempat. Ini menandakan peluncuran keenam yang dilarang oleh dunia internasional dalam waktu kurang dari dua minggu.
Korea Selatan dan Jepang mengatakan rudal pertama pada hari Kamis, diluncurkan sekitar pukul 06.00 waktu setempat (21:00 GMT) terbang sekitar 350 km (217 mil) dengan ketinggian maksimum sekitar 100km, sedangkan rudal kedua memiliki jangkauan penerbangan sekitar 800km di ketinggian sekitar 50km.
Baca Juga
Menurut laporan BBC, Kamis (6/10/2022), kesibukan peluncuran baru-baru ini sangat mengingatkan pada periode menjelang uji coba senjata nuklir terakhirnya pada tahun 2017.
Advertisement
Saat itu, seperti yang terjadi sekarang, Korut menguji coba rudal, tidak ada dialog dengan AS, dan Pyongyang menembakkan dua rudal ke Jepang.
Citra satelit menunjukkan bahwa Korea Utara telah memulihkan terowongan di lokasi uji coba nuklir mereka, yang mereka klaim telah dihancurkan pada tahun 2018 selama pemulihan hubungan diplomatik jangka pendek dengan AS di bawah Presiden Trump.
Bulan lalu, Korea Utara juga merevisi undang-undang nuklirnya, dengan pemimpin Kim Jong-un menyatakan negaranya sebagai kekuatan nuklir yang "tidak dapat diubah".
Dengan segala gerak-gerik tersebut, Kim Jong-un tampaknya menunggu saat yang tepat secara politik untuk melakukan uji coba nuklir ketujuh.
Analis percaya ujian kemungkinan besar akan terjadi selama tiga minggu antara Kongres Partai Komunis di China akhir bulan ini dan pemilihan paruh waktu AS pada awal November.
Timeline Peluncuran Terbaru Korea Utara:
Minggu 25 September: Sebuah rudal jarak pendek ditembakkan sehari setelah kapal induk AS tiba di perairan sekitar semenanjung Korea. Jarak 600km/ketinggian 60km
Rabu 28 September: Dua rudal jarak pendek ditembakkan pada malam kunjungan Wakil Presiden AS Kamala Harris ke Seoul dan DMZ. Jarak 360km/ketinggian 30km
Kamis 29 September: Dua rudal jarak pendek setelah Harris meninggalkan Korea Selatan. Jarak 300km/ketinggian 50km
Sabtu 1 Oktober: Dua rudal jarak pendek ditembakkan di tengah berlanjutnya latihan AS-Korea Selatan-Jepang. Jarak 400km/ketinggian 50km
Selasa 4 Oktober: Sebuah rudal balistik jarak menengah ditembakkan di atas Jepang. Jarak 4.500 km/2.800 km ketinggian
Kamis 6 Oktober: Dua rudal jarak pendek lagi ditembakkan. Jarak 800km/ketinggian 50km
Rusia - China Dituding Beking Korea Utara
Pyongyang pada Rabu 5 Oktober kemarin menggambarkan serangan baru-baru ini sebagai "tindakan balasan" untuk latihan militer gabungan AS dan Korea Selatan.
Pada Selasa 4Â Oktober Pyongyang menembakkan rudal ke Jepang, mendorong AS untuk mengadakan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB.
Pada pertemuan itu, Amerika Serikat menuduh Rusia dan China melindungi Korea Utara dari sanksi yang lebih kuat.
Dengan menentang sanksi lebih lanjut, Moskow dan Beijing telah memberikan "perlindungan" kepada Pyongyang, kata duta besar AS untuk PBB.
Perwakilan China dan Rusia mengatakan, peningkatan dialog lebih baik daripada hukuman.
Selama dua bulan terakhir AS, Korea Selatan dan Jepang telah mengadakan serangkaian latihan gabungan saat mereka berlatih bagaimana mengalahkan dan mencegah serangan Korea Utara.
Latihan ini telah memusuhi pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, yang melihatnya sebagai bukti bahwa musuhnya sedang bersiap untuk perang.
Dalam pernyataannya, Korea Utara menuduh AS "meningkatkan ketegangan militer di semenanjung Korea".
Pada Rabu 5Â Oktober AS, Jepang dan Korea Selatan melakukan latihan lebih lanjut, yang mereka katakan sebagai tanggapan terhadap peluncuran Selasa sebelumnya.
Misil Korea Utara Melintasi Langit Jepang, WNI Dipastikan Aman
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI memastikan bahwa kondisi para WNI baik-baik saja setelah misil Korea Utara terbang di langit Jepang pada Selasa pagi 4 Oktober 2022. Insiden itu sempat membuat cemas warga Hokkaido.Â
Juru bicara Kemlu RI Teuku Faizasyah memastikan kondisi WNI dalam keadaan baik.Â
"Masyarakat kita dalam kondisi baik," ujar Teuku Faizasyah kepada Liputan6.com, Rabu (5/10/2022).
"Tembakan peluru kendali tersebut melewati wilayah Jepang dan jatuh di laut internasional," lanjut Faiza.Â
Pihak Kemlu RI berharap WNI di Jepang juga mengikuti arahan otoritas setempat.
"Masyarakat Indonesia lazimnya akan mengikuti peringatan dan advis dari pemerintah setempat pada saat ada bencana atau perkembangan tertentu," jelas Faizasyah.
Advertisement
Tak Ada Korban dan Kerusakan
Berdasarkan laporan Kyodo, Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada berkata misil itu terbang sejauh 4.600 kilometer. Itu merupakan jarak terpanjang untuk misi jarak menengah yang ditembak Korea Utara. Misil itu mencapai altitude 1.000 kilometer.
Lebih lanjut, Yamada berkata misil itu terbang melewati Jepang sekitar satu menit dan mendarat di luar Zona Ekonomi Eksklusif Jepang, sekitar 3.200 kilometer di Samudera Pasifik. Tak ada laporan kerusakan baik di darat, laut, dan udara.
Meski tak ada kerusakan, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida tetap memberikan protes keras terhadap Korea Utara atas tembakan misil tersebut.
Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno berkata aksi Korut merupakan ancaman bagi kawasan dan komunitas internasional. Matsuno menyebut misil itu ditembak pada pukul 07.22 pagi dan mendarat di luar Jepang pada sekitar pukul 07.44 pagi.
Aktivitas di bandara-bandara di Hokkaido sempat terdampak akibat aksi Korea Utara. Operasi kereta Shinkansen di Pulau Tohoku dan Hokkaido juga dihentikan sementara, meski hanya sebentar.
AS Minta DK PBB Bahas Rudal Korea Utara, China dan Rusia Menentang
Amerika Serikat meminta Dewan Keamanan PBB untuk bertemu pada Rabu (5 Oktober 2022), setelah Pyongyang menembakkan rudal balistik ke Jepang. Tetapi para diplomat mengatakan China dan Rusia menentang diskusi publik oleh badan tersebut.
Korea Utara melakukan uji coba rudal balistik pada Selasa kemarin, melintasi Jepang untuk pertama kalinya dalam lima tahun dan mendorong peringatan bagi penduduk di sana untuk berlindung.Â
"Kita harus membatasi kemampuan Korea Utara untuk memajukan program rudal balistik dan senjata pemusnah massal yang melanggar hukum," kata Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, memposting di Twitter, setelah menyerukan pertemuan Dewan Keamanan publik seperti dikutip dari Channel News Asia.
Inggris, Prancis, Albania, Norwegia, dan Irlandia bergabung dengan Amerika Serikat dalam mengajukan permintaan tersebut.
Namun, China dan Rusia menentang pertemuan publik itu dengan alasan bahwa reaksi dewan harus kondusif untuk meredakan situasi di Semenanjung Korea, kata para diplomat.
Sejauh ini belum jelas diketahui apakah dewan akan bertemu secara terbuka atau tertutup. Tidak mungkin ada tindakan dewan yang tak berarti, kata para diplomat.
Advertisement