Liputan6.com, Tokyo - 4 Januari 2023 merupakan tahun ke-34 kematian Junko Furuta. Kisah gadis itu masih menjadi lembaran gelap dalam sejarah Jepang.
Junko Furuta merupakan gadis SMA dari Saitama yang merupakan korban perkosaan massal. Ia awalnya diculik sekelompok remaja pada akhir 1980-an, kemudian disekap hingga sekarat selama 44 hari.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Kondisi Furuta tak lebih dari mayat hidup menjelang kematiannya. Gadis yang bercita-cita menjadi idol itu diperkosa ratusan kali, dilecehkan, badannya disiksa, tak diberi makan, dan ketika meninggal tubuhnya dibuang di dalam tong berisi semen.
Dilansir situs Japan Insides, Kamis (5/1/2023), gadis itu diintimidasi agar menelepon orangtuanya bahwa ia baik-baik saja. Alhasil, pencarian polisi tertunda.
Junko Furuta diculik dibawa ke rumah salah satu tersangka bernama Nobuharu Minato.
Selama 44 hari, kehidupan Junko Furuta digambarkan bagaikan ada di neraka. Ia diperkosa ramai-ramai, dan anggota yakuza juga ikut melakukan aksi tersebut. Selama disekap, ia diperkosa lebih dari 100 orang dengan total 500 kali perkosaan.
Tak hanya diperkosa, Junko Furuta juga diperlakukan secara tak manusiawi. Ia disuruh melakukan hal-hal seksual demi kepuasan para tersangka, dan pernah disuruh ke luar rumah dengan pakaian minim.
Genital milik Furuta juga dirudapaksa dengan berbagai benda, mulai dari botol, besi, lampu, dan benda-benda panas.
Akibat siksaan yang terus-terusan, Furuta disebut kehilangan kendali atas sistem urinnya. Akibatnya, muncul pula aroma yang tak sedap akibat perbuatan para penjahat itu pada Furuta. Meski kondisi Furuta semakin parah, siksaan terus berlanjut.
Orangtua tersangka Nobuharu Minato mendengar jeritan Furuta, tetapi mereka takut angkat bicara karena tersangka Miyano dekat dengan yakuza.
Hari-Hari yang Kelam
Siksaan terhadap Junko Furuta terus berlanjut dengan cara disiram air seni hingga dijadikan sasaran kekerasan fisik seperti dijadikan target tinju dan pernah Furuta tidak bisa makan karena kekerasan fisik yang ia derita. Akibatnya, ia muntah ketika makan, sehingga kondisi dehidrasinya semakin parah.
Ia pun pernah dipaksa makan kecoa dan minum air urin. Selama disekap, ia seringkali dibiarkan telanjang.
Setelah 20 hari ditangkap, ia juga sudah tidak bisa berjalan lagi. Siksaan yang berlanjut juga membuat ukuran otak Furuta mengecil. Furuta sempat meminta agar ia dibunuh saja.
Pada awal Januari 1989, Furuta diajak main mahjong oleh tersangka, tetapi ia tetap disiksa dengan minyak di korek api.
Serangan api tersebut membuat Furuta syok hingga akhirnya meregang nyawa pada 4 Januari 1989.
Para pelaku yang ketakutan menaruh jenazah Furuta di sebuah tong dan diisi dengan semen. Tubuh gadis itu lantas dibuang di Koto, Tokyo.
Salah satu foto menampilkan rambut dari Furuta masih terlihat, meski tubuhnya berada di dalam semen. Tubuhnya baru ditemukan sekitar dua bulan kemudian.
Advertisement
Para Tersangka
Awalnya, identitas tersangka tidak dipublikasikan karena masih remaja. Namun, salah satu media Jepang mengungkapnya karena menganggap para pelaku tak pantas mendapat hak asasi manusia.
Para tersangka adalah Hiroshi Miyano (18), Jo Ogura (18), Shinji (Nobuharu) Minato (16), dan Yasushi Watanabe (17).
Situs Tokyo Reporter menyebut Miyano divonis 20 tahun penjara, Ogura antara lima sampai 10 tahun penjara, Minato antara lima hingga sembilan tahun, dan Watanabe antara lima sampai tujuh tahun.
Semua tersangka sudah bebas.
Miyano mengubah namanya menjadi Hiroshi Yokoyama, sementara Jo Ogura menjadi Jo Kamikasu.
Setelah uji forensik, polisi juga menangkap beberapa tersangka lain karena pemerkosaan.
Meski bebas, Tokyo Reporter menyebut Shinji Minato sempat masuk lagi ke pengadilan pada 2018 karena kasus kekerasan.
Bagaimana dengan Miyano? Setelah bebas pada tahun 2009, ia pernah ditangkap lagi karena dugaan penipuan, namun berhasil bebas. Ia dituding terlibat dengan bisnis MLM untuk menghasilkan uang.
Hanya Watanabe yang namanya tak tersangkut kasus kriminal lagi. Ia dilaporkan tinggal bersama ibunya setelah bebas pada tahun 1996.