CDC Afrika Sebut Wabah Ebola di Uganda dan Sekitarnya Terkendali

Wabah Ebola di Uganda terkendali dan dapat dinyatakan berakhir dalam beberapa hari ke depan, menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Afrika.

oleh Liputan6.comHariz Barak diperbarui 07 Jan 2023, 21:00 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2023, 21:00 WIB
Wabah Ebola di Uganda Terus Berkembang
Dokter berjalan di dalam bagian isolasi Ebola Rumah Sakit Rujukan Regional Mubende, di Mubende, Uganda pada 29 September 2022. Vaksin Ebola eksperimental akan dikerahkan di Uganda saat negara tersebut melakukan tindakan pencegahan yang keras termasuk penguncian di daerah yang terkena Ebola. (AP Photo/Hajarah Nalwadda, File)

Liputan6.com, Jakarta - Wabah Ebola di Uganda terkendali dan dapat dinyatakan berakhir dalam beberapa hari ke depan, menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Afrika.

Uganda mengumumkan wabah Ebola terakhirnya pada September lalu. Pejabat terkait mengatakan wabah itu disebabkan oleh varian virus Sudan yang cukup langka, yang belum tersedia vaksin atau pengobatan resminya yang disetujui.

Jumlah kasus dan kematian karena Ebola mereda setelah lonjakan kasus awal, dengan jumlah keseluruhan kini mencapai 56 kematian dan 142 kasus, menurut Kementerian Kesehatan Uganda.

"Sudah 39 hari sejak kasus terkonfirmasi terakhir," kata pelaksana tugas ketua CDC Afrika Ahmed Ogwell Ouma saat konferensi pers, Kamis (5/1).

"Jika sampai 10 Januari tidak ada kasus baru, wabah akan berakhir," ujarnya, sebagaimana diwartakan Anadolu Ajansi, dikutip dari Antara, Sabtu (7/1/2023).

Ia merujuk pada pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menyebutkan bahwa sebuah negara dinyatakan bebas Ebola jika tidak ada kasus selama 42 hari.

Ouma menambahkan bahwa uji coba vaksin Ebola sedang berlangsung di negara tersebut.

Menurut Kemenkes, saat ini tidak ada kasus aktif Ebola di Uganda saat Presiden Yoweri Museveni menghapus semua pembatasan Ebola pada Desember 2022.

Presiden Museveni mengatakan Uganda berhasil "menangani Ebola sebab masyarakat mendengarkan (imbauan)," katanya.

 


Uganda Sempat Perpanjang Masa Karantina di Pusat Wabah Ebola

Wabah Ebola di Uganda Terus Berkembang
Kerabat seorang wanita yang meninggal karena Ebola mempersiapkan kuburannya di desa Kijavuzo, distrik Mubende, Uganda pada 29 September 2022. Vaksin Ebola eksperimental akan dikerahkan di Uganda ketika negara itu melakukan tindakan pencegahan yang keras termasuk penguncian di daerah yang terkena Ebola. (AP Photo/Hajarah Nalwadda, File)

Presiden Uganda Yoweri Museveni telah memperpanjang masa karantina selama 21 hari di dua distrik yang menjadi pusat wabah Ebola di negara itu. Ia menambahkan bahwa respons pemerintahannya terhadap penyakit itu telah membuahkan hasil.

Pergerakan keluar masuk distrik Mubende dan Kassanda di Uganda tengah akan dibatasi hingga 17 Desember, kata kantor presiden pada Sabtu malam (26/11). Pembatasan itu tadinya diberlakukan selama 21 hari pada 15 Oktober, kemudian diperpanjang untuk periode yang sama pada 5 November.

Perpanjangan itu adalah "untuk terus mempertahankan kemajuan dalam mengendalikan Ebola, dan untuk melindungi wilayah Uganda lainnya dari paparan penyakit," menurut Museveni, dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (29/11/2022).

Upaya pemerintah dalam penanganan Ebola telah berhasil, karena tidak ada kasus baru di dua distrik selama dua minggu, kata Presiden.

"Mungkin terlalu dini untuk merayakan keberhasilan, tapi pada umumnya, saya diberitahu bahwa situasinya baik," ujaranya dalam pernyataan.

Negara Afrika Timur ini sejauh ini telah mencatat 141 infeksi. Sebanyak 55 orang telah meninggal sejak wabah mematikan itu dinyatakan pada 20 September.

 


Kongo Laporkan Ebola pada Agustus 2022

Wabah Ebola di Uganda Terus Berkembang
Dokter mengenakan peralatan pelindung saat mereka bersiap untuk mengunjungi pasien yang melakukan kontak dengan korban Ebola, di bagian isolasi Rumah Sakit Rujukan Regional Entebbe di Entebbe, Uganda Kamis, 20 Oktober 2022. Pejabat WHO mengatakan pada Kamis (20/10), Wabah Ebola di Uganda berkembang pesat dalam sebulan yang membuat situasi yang sulit bagi petugas kesehatan di lapangan. (AP Photo/Hajarah Nalwadda)

Sebuah kasus baru infeksi virus Ebola telah dikonfirmasi di kota Beni di Republik Demokratik Kongo timur, menurut Institut Nasional untuk Penelitian Biomedis negara itu.

Pengumuman itu dilakukan pada Senin (21/8).

Dilansir Al Jazeera, Selasa (23/8/2022), dua hari sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pihak berwenang sedang menyelidiki kasus yang dicurigai di Beni setelah kematian seorang wanita berusia 46 tahun yang menunjukkan gejala yang sesuai dengan penyakit tersebut.

Urutan genetik menunjukkan kasus itu terkait dengan wabah 2018-2020 di provinsi Kivu Utara, yang menewaskan hampir 2.300 orang, kata lembaga itu dalam sebuah pernyataan.

Ebola terkadang dapat menempel di mata, sistem saraf pusat, dan cairan tubuh orang yang selamat dan kambuh bertahun-tahun kemudian.

Hutan tropis Kongo yang lebat merupakan reservoir alami bagi virus Ebola, yang menyebabkan demam, nyeri tubuh, dan diare.

Sejak 1976, negara ini telah mencatat 14 wabah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya