Liputan6.com, Washington DC - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump tertarik mengembangkan sektor pertambangan di Afrika. Pada hari pertama masa jabatan keduanya, Trump menandatangani instruksi presiden (inpres) yang berfokus pada mineral, ekstraksi mineral, dan pemrosesan mineral.
Scott Woodard, penjabat wakil asisten menteri luar negeri bidang transformasi energi di Departemen Luar Negeri (Deplu) AS berbicara dalam konferensi pertambangan Afrika baru-baru ini.
Advertisement
Baca Juga
Moderator Zainab Usman, direktur Program Afrika di Carnegie Endowment for International Peace, bertanya kepada Woodard apakah AS memahami bahwa selain ekstraksi mineral, masyarakat Afrika menginginkan proyek yang menambah nilai bahan mentah guna meningkatkan industrialisasi di benua tersebut.
Advertisement
Woodard menjawab bahwa pemerintahan Trump masih menyusun kebijakannya, dikutip dari laman VOA Indonesia, Senin (10/2/2025).
Dalam beberapa tahun terakhir, investasi AS pada mineral Afrika yang diperlukan untuk energi yang lebih ramah lingkungan didorong oleh Bank Ekspor-Impor Amerika Serikat.
Pada 2022, AS menandatangani perjanjian dengan Republik Demokratik Kongo dan Zambia untuk membangun rantai pasokan baterai kendaraan listrik, yang menekankan minat Amerika Serikat terhadap sumber daya tembaga, litium, dan kobalt kedua negara.
ASÂ juga telah mendanai pembangunan kembali Koridor Rel Lobito, yang akan mengangkut mineral dari Kongo, Zambia, dan Angola di pantai barat.
Berbicara di ruang pameran selama indaba, Menteri Transportasi dan Logistik Zambia Frank Tayali berterima kasih kepada AS atas kepemimpinannya.
"Kami memiliki kesenjangan sekitar USD 350 miliar dalam hal pembiayaan kesenjangan infrastruktur yang dibutuhkan benua ini," kata Tayali.
"Sekarang fokus pada pembangunan infrastruktur merupakan kunci dalam membantu perekonomian Afrika agar mampu meningkat sehingga mereka mampu menjaga masyarakatnya dengan lebih efektif."