Liputan6.com, London - China mengkritik pakta pertahanan yang disepakati Inggris dan Jepang pada Rabu (11/1/2023). Pakta tersebut dapat membuat kedua negara menempatkan pasukan di wilayah satu sama lain.
Baik Inggris maupun Jepang menggambarkan China sebagai tantangan di kawasan Asia Pasifik.
Baca Juga
"Asia Pasifik adalah pembuka jalan bagi perdamaian dan pembangunan, bukan arena gulat geopolitik. China adalah mitra kerja sama bagi semua negara, bukan tantangan," ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin seperti dikutip dari VOA, Jumat (13/1).
Advertisement
"Kerja sama pertahanan antar negara harus kondusif untuk meningkatkan saling pengertian, kepercayaan, dan kerja sama antar negara itu sendiri serta tidak boleh menciptakan musuh imajiner atau memperkenalkan pola pikir konfrontasi blok yang sudah ketinggalan zaman ke kawasan Asia Pasifik," imbuhnya.
Pakta Timbal Balik
Pakta pertahanan antara Inggris dan Jepang ditandantangani PM Jepang Fumio Kishida dan PM Rishi Sunak di Menara London. Pakta tersebut secara resmi disebut Reciprocal Access Agreement atau Perjanjian Akses Timbal Balik dan telah disetujui secara prinsip pada Mei lalu.
"Dalam dunia yang semakin kompetitif ini, semakin penting bagi masyarakat demokratis untuk terus berdiri bahu membahu dalam menavigasi tantangan global yang belum pernah terjadi sebelumnya," ungkap kantor PM Inggris.
Ini adalah pertama kalinya Jepang menandatangani kesepakatan semacam itu dengan sekutu Eropa. Sebelumnya, kerja sama pertahanan Jepang lekat dengan Amerika Serikat (AS), di mana ribuan tentara AS ditempatkan di Negeri Sakura sebagai bagian dari Perjanjian Keamanan AS-Jepang.
Advertisement
Jet tempur dan Latihan Bersama
Melalui pakta pertahanan, Inggris dan Jepang, juga sepakat untuk bekerja sama, bersama Italia, dalam pengembangan jet tempur generasi keenam. Perusahaan Inggris BAE Systems dilaporkan tengah mengerjakan prototipe jet tempur yang dikenal Tempest itu.
Kesepakatan tersebut akan menjadi program kerja sama pertahanan Jepang-Eropa terbesar yang pernah dilakukan.
Persiapan Jepang Menghadapi China
Analis Jonathan Eyal dari Royal United Services Institute menilai bahwa langkah yang diambil Jepang tersebut didorong oleh situasi global, yakni invasi Rusia ke Ukraina dan ekspansi militer China.
"Adalah rahasia umum bahwa bahwa pasukan khusus (Inggris) telah berlatih di wilayah Jepang. Faktanya adalah bahwa militer kedua negara telah berlatih selama beberapa tahun. Nantinya hal itu akan lebih mudah dilakukan di Jepang karena kerangka hukumnya sudah ada," kata Eyal kepada VOA.
"Elemen kunci (dalam kerja sama pertahanan dengan Jepang) adalah pelatihan untuk respons cepat. Ketakutan utama Jepang adalah mereka mungkin dihadapkan dengan... katakanlah, perebutan oleh China atas sejumlah pulau Jepang yang tidak berpenghuni, yang saat ini tidak dapat ditanggapi oleh Jepang secara memadai," tambah Eyal.
PM Jepang tengah dalam lawatan ke sekutunya yang tergabung dalam G7, termasuk Prancis, Italia, Kanada, dan Amerika Serikat. Jepang saat ini memegang kursi kepresidenan G7.
Dalam lawatannya ke AS, kedua belah pihak sepakat untuk lebih memperkuat kerja sama keamanan.
"China menghadirkan ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap tatanan internasional," ungkap pernyataan bersama Jepang dan AS.
Advertisement