8 Februari 2014: Petaka Kebakaran Hotel di Madinah Tewaskan 15 Orang

Terjadi kebakaran hotel di Medina pada 8 Februari 2014 yang menewaskan sedikitnya 15 orang dan 130 lainnya luka-luka.

oleh Alycia Catelyn diperbarui 08 Feb 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2023, 06:00 WIB
Ilustrasi Kebakaran. (Freepik/ArthurHidden)
Ilustrasi Kebakaran. (Freepik/ArthurHidden)

Liputan6.com, Medina - Kebakaran terjadi di sebuah hotel di kota suci Madinah, Arab Saudi pada 8 Februari 2014.

Tragedi tersebut menewaskan 15 orang dan 130 lainnya mengalami luka-luka, dilansir dari CNN.

Menurut Saudi Press Agency (SPA), pemerintah daerah mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka pertama kali mengetahui tentang kebakaran tersebut tidak lama setelah pukul 14.30 waktu setempat. 

Petugas pemadam kebakaran berhasil memadamkan api beberapa jam kemudian, pada pukul 5 sore.

Saat itu, pihak berwenang sudah memantau tingkat kerusakan dan mencoba menentukan bagaimana kobaran api dimulai.

Hotel tersebut memiliki lebih dari 700 tamu dari berbagai negara ketika kebakaran terjadi. Sebagai salah satu kota paling suci di dunia Islam, Madinah sering dikunjungi oleh peziarah agama.

"Indikasi awal menunjukkan bahwa mereka yang tewas meninggal karena kekurangan napas," kata pemerintah.

Laporan awal menunjukkan kebakaran terjadi akibat korsleting selama pekerjaan pemeliharaan di area hotel.

Sebanyak 18 tim pemadam kebakaran dikirim untuk memadamkan api, Bulan Sabit Merah mengerahkan 14 tim pertolongan pertama, serta Departemen Kesehatan Madinah mengirim delapan tim.

Begitu pertolongan datang, 30 orang yang terluka dirawat di tempat, sedangkan yang lainnya dikirim ke Rumah Sakit King Fahd dan Rumah Sakit Ansar.

Seorang peziarah India yang tinggal di sebuah bangunan terdekat mengatakan ia melihat kepulan asap hitam keluar dari hotel saat ia kembali dari Masjid Nabawi sekitar pukul 14.45, dikutip dari Arab News.

"Kami melihat beberapa orang melambai melalui jendela untuk meminta bantuan. Kami juga melihat beberapa petugas pemadam kebakaran terlibat dalam operasi penyelamatan. Sejumlah besar orang telah berkumpul di depan hotel. Itu adalah pemandangan yang menakutkan," katanya.

Tentang Kota Madinah, Arab Saudi

Ilustrasi Medina, Arab Saudi. (Unsplash)
Ilustrasi Medina, Arab Saudi. (Unsplash)

Berpusat di sekitar Masjid an-Nabawi, Madinah adalah tempat Nabi Muhammad (SAW) hidup dan mendakwahkan Islam setelah hijrah dari Makkah pada tahun 622 Masehi.

Melansir dari Pilgrim, pentingnya kota ini dapat dipahami dengan fakta bahwa hari Nabi Muhammad (SAW) memasuki Madinah adalah hari yang menandai dimulainya kalender Islam (Kalender Hijriah).

Madinah awalnya bernama Madinah Al Munawwarah, yang berarti "Kota yang Tercerahkan". Kota Madinah juga memainkan peran penting dalam sejarah Islam karena mengunjungi kota suci adalah impian seumur hidup bagi banyak umat Islam.

Madinah juga merupakan kota tersuci kedua dalam Islam dan kota terbesar keempat di wilayah Hijaz di Arab Saudi barat setelah Riyadh, Jeddah, dan Makkah.

Kota Madinah adalah rumah bagi beberapa masjid penting dalam Islam, termasuk Masjid an-Nabawi, masjid kedua yang dibangun oleh Nabi Muhammad (SAW) pada tahun 622 M (1 H) setelah tiba di Madinah. Masjid an-Nabawi juga merupakan masjid terbesar kedua di dunia dan salah satu situs tersuci dalam Islam.

Hukuman Mati di Arab Saudi Meningkat Dalam Pemerintahan Mohammed bin Salman

Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman.
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman. (Source: AP Photo/Cliff Owen)

Bicara soal Madinah, Arab Saudi kini berada di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS).

Tingkat eksekusi mati yang dilakukan Arab Saudi di bawah kepemimpinan MBS dikabarkan meningkat hampir dua kali lipat, di mana enam tahun terakhir menjadi periode paling mematikan dalam sejarah modern kerajaan itu.

"Antara 2015 dan 2022, rata-rata 129 eksekusi mati dilakukan setiap tahun. Angka tersebut merupakan peningkatan 82 persen pada periode 2010 hingga 2014. Tahun lalu, 147 orang dieksekusi, di mana 90 di antaranya atas kejahatan yang dianggap tanpa kekerasan," demikian diungkapkan laporan yang disusun oleh European Saudi Organisation for Human Rights dan Reprieve.

Pada 12 Maret tahun lalu, hingga 81 orang dihukum mati. Itu merupakan jumlah eksekusi tertinggi sepanjang masa, yang diyakini para aktivis sebagai pesan tajam MBS kepada para pembangkang.

Laporan yang sama menyebutkan, "Penerapan hukuman mati Arab Saudi penuh dengan diskriminasi dan ketidakadilan serta rezim Arab Saudi telah berbohong kepada masyarakat internasional tentang penggunaannya."

Baca selebihnya di sini...

Bank Sentral Arab Saudi Sedang Jajaki Penggunaan CBDC

Ilustrasi bendera Arab Saudi (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Arab Saudi. (AFP Photo)

Tidak hanya sistem hukum yang menjadi perbincangan, begitu juga keuangan yang terjadi di Arab Saudi.

Bank Sentral Arab Saudi (SAMA) mengatakan sedang melakukan eksperimen mata uang digitalnya dan saat ini difokuskan pada kasus penggunaan Central Bank Digital Currency (CBDC) domestik yang bekerja sama dengan bank lokal dan fintech.

Selain itu, selama fase pengujian ini, SAMA akan memeriksa kemungkinan dampak sistem pembayaran berbasis CBDC terhadap ekonomi serta kesiapan pasar. 

Menguraikan pendekatan CBDC, gubernur SAMA, Fahad Almubarak menyatakan bank lokal dan perusahaan pembayaran akan selalu menjadi landasan proyek ini dan pelaksanaannya.

Meskipun SAMA telah berjanji untuk melanjutkan penelitiannya tentang CBDC, tetapi tetap menekankan dalam pernyataan belum ada keputusan yang dibuat terkait pengenalan CBDC di Kerajaan. 

Menurut pernyataan tersebut, SAMA ingin membuat keputusan berdasarkan informasi sehingga bermaksud untuk terus mengeksplorasi manfaat dan potensi risiko penerapan CBDC.

Baca selebihnya di sini...

infografis Biaya Top Up Uang Elektronik
infografis Biaya Top Up Uang Elektronik
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya