Liputan6.com, Bakhmut - Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memperingatkan bahwa kota Bakhmut di Ukraina timur bisa saja jatuh ke tangan Rusia dalam beberapa hari mendatang.
Apalagi setelah pertempuran sengit selama berbulan-bulan, dikutip dari laman CNA, Jumat (10/3/2023).
Pernyataannya itu datang ketika kelompok tentara Rusia, telah mempelopori serangan ke Bakhmut.
Advertisement
Mereka juga mengklaim telah merebut tepi timur kota industri tersebut yang hancur dalam pertempuran terpanjang sejak Moskow menginvasi.
Di Stockholm, para menteri Uni Eropa sedang mendiskusikan rencana untuk meningkatkan produksi pertahanan dan mempercepat masuknya amunisi ke Ukraina karena Kyiv menghabiskan ribuan peluru howitzer setiap hari.
Kepala Wagner dan sekutu Kremlin Yevgeny Prigozhin mengatakan di media sosial bahwa pasukannya "telah merebut seluruh bagian timur Bakhmut", sebuah kota tambang garam dengan populasi 80.000 sebelum perang.
Pertempuran sengit di sekitar Bakhmut menjadi yang terpanjang dan paling berdarah dalam invasi Rusia selama lebih dari setahun.
Perang ini juga telah menghancurkan sebagian besar wilayah Ukraina dan membuat jutaan orang mengungsi.
"Rusia mengerahkan lebih banyak pasukan. Mereka mencoba memperbaikinya secara kuantitas," kata Stoltenberg kepada wartawan di Stockholm di sela-sela pertemuan para menteri pertahanan Uni Eropa.
"Kami tidak dapat mengesampingkan bahwa Bakhmut pada akhirnya akan jatuh dalam beberapa hari mendatang," kata kepala aliansi militer pimpinan AS, menambahkan bahwa "ini tidak serta merta mencerminkan titik balik perang".
Presiden Zelensky Juga Mengakui kota Bakhmut Bisa Jatuh
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan dalam sebuah wawancara dengan CNN bahwa Bakhmut juga bisa jatuh ke tangan pasukan Rusia.
"Kami memahami bahwa setelah Bakhmut, (pasukan Rusia) dapat melangkah lebih jauh" dan menyerang kota-kota terdekat di wilayah Donetsk.
"Mereka bisa menyerang Kramatorsk, mereka bisa pergi ke Sloviansk, itu akan menjadi jalan bagi Rusia setelah Bakhmut jatuh. Dan bisa menyasar pada kota-kota lain di Ukraina, terutama ke arah Donetsk," kata Zelensky dalam sebuah wawancara.
Sementara itu, Prigozhin memperkirakan antara "12.000 dan 20.000" pasukan Ukraina masih mempertahankan kota.
Advertisement
Barat: 30.000 Tentara Rusia Tewas dalam Pertempuran di Bakhmut
Antara 20.000 hingga 30.000 tentara Rusia tewas dan terluka di Kota Bakhmut, Ukraina, setelah pertempuran berlangsung lebih dari enam bulan. Klaim tersebut disampaikan oleh sejumlah pejabat Barat yang berbicara secara anonim.
Mereka menambahkan bahwa kerugian dalam pertempuran itu tidak sebanding dengan signifikansi strategis Bakhmut.
Sejak pertempuran dimulai, sekitar 90 persen populasi Bakhmut sebelum invasi Rusia telah melarikan diri. Bakhmut, kota administratif kecil di Donbas, kini digambarkan bak gurun dari bangunan dan pepohonan yang hancur.
Sekalipun Bakhmut jatuh ke Rusia, pejabat Barat menilai bahwa Moskow akan mendapat sedikit keuntungan dan kehilangan banyak hal.
Seorang pejabat Barat menambahkan, dari sisi Ukraina, pertempuran di Bakhmut telah menjadi "kesempatan unik" untuk membunuh banyak orang Rusia. Meski demikian, tidak terbantahkan bahwa Ukraina juga telah membayar mahal atas pertempuran di kota itu.
Sejauh ini, para pejabat Barat menolak angka kematian prajurit Ukraina yang diklaim Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada Selasa (7/3/2023).
Abaikan Klaim Menhan Rusia
Menhan Sergei Shoigu mengklaim bahwa Ukraina telah kehilangan 11.000 tentara pada Februari 2023 saja.
"Ketidakpedulian rezim Kyiv terhadap rakyatnya sendiri sangat mencengangkan," ungkap Shoigu seperti dilansir BBC, Rabu (8/3/2023).
Pejabat Barat merespons pernyataan itu dengan mengatakan, mereka "tidak mengenali" Shoigu.
Sebaliknya, mereka percaya bahwa kelompok tentara bayaran Wagner, yang memimpin upaya Rusia untuk merebut Bakhmut, telah kekurangan tenaga dan peralatan.
Bos Wagner Yevgeny Prigozhin sebelumnya menuduh militer Rusia gagal memasok amunisi yang dibutuhkan Wagner untuk merebut Bakhmut.
Advertisement