Menlu Sergey Lavrov Kritik KTT G7, Sebut Amerika Serikat Cs Menghalang-halangi Rusia

Moskow dan Beijing mengecam KTT Kelompok Tujuh (G7) di Hiroshima, di mana para pemimpin negara demokrasi besar menjanjikan langkah-langkah baru yang menargetkan Rusia.

oleh Hariz Barak diperbarui 21 Mei 2023, 16:00 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2023, 16:00 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin Peringatkan Tak Ragu Pakai Senjata Nuklir Lawan Ukraina
Presiden Rusia Vladimir Putin memegang teropong saat menonton latihan militer Center-2019 di lapangan tembak Donguz dekat Orenburg, Rusia, 20 September 2019. Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa dia tidak akan ragu menggunakan senjata nuklir untuk menangkal upaya Ukraina merebut kembali kendali atas wilayah yang didudukinya yang akan diserap Moskow. (Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP, File)

Liputan6.com, Moskow - Rusia mengecam KTT Kelompok Tujuh (G7) di Hiroshima, di mana para pemimpin negara demokrasi besar menjanjikan langkah-langkah baru yang menargetkan Moskow.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada hari Sabtu mengecam G7 karena menuruti "kehebatan mereka sendiri" dengan agenda yang bertujuan untuk "menghalangi" Rusia dan China, demikian seperti dikutip dari CNN (21/5/2023).

Serangan brutal Rusia terhadap Ukraina, termasuk isu China, telah membayangi pertemuan tiga hari negara-negara industri demokrasi terkemuka dunia yang berlangsung di Jepang – tepat di seberang laut regional dari kedua negara – di mana pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky membuat kejutan dengan hadir secara fisik di Hiroshima.

Negara-negara anggota G7 membuat artikulasi kelompok yang paling rinci tentang posisi bersama mereka soal perang di Ukraina.

Mereka menjanjikan langkah-langkah baru untuk menghambat kemampuan Rusia untuk membiayai dan mengobarkan perangnya, dan bersumpah dalam pernyataan khusus untuk meningkatkan koordinasi keamanan ekonomi.

Sejumlah negara non-G7 juga hadir dalam KTT tersebut, antara lain Perdana Menteri India Narendra Modi, Presiden Indonesia Joko Widodo, dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kritik dari China atas KTT G7

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy KTT G7
Para pemimpin negara anggota G7, yang terdiri dari Jepang, Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Inggris, Italia, dan Kanada, sedang melakukan pertemuan di Hiroshima. Pertemuan yang berlangsung selama tiga hari itu menyoroti hubungan mereka dengan China serta kepentingan mendesak untuk mengakhiri konflik Rusia dan Ukraina. (AP Photo/Hiro Komae)

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, pada Sabtu 21 Mei 2023, mengkritik Konferensi Tingkat Tinggi Kelompok Negara Tujuh atau KTT G7 di Hiroshima, Jepang.

Beijing mendesak negara-negara tersebut untuk berhenti bersekongkol untuk membentuk blok eksklusif yang mengangkat isu-isu yang memojokkan China.

Menurut laporan, Komunike Pemimpin G7 Hiroshima dan dokumen lain yang diadopsi pada KTT G7 Hiroshima berisi komentar tentang situasi di Selat Taiwan dan tuduhan terkait Laut Cina Timur, Laut Cina Selatan, Hong Kong, Xinjiang, Tibet.

Komunike juga menyentuh tenaga nuklir China dan menyatakan oposisi G7 terhadap setiap upaya sepihak untuk mengubah status quo dan klaim tentang "paksaan ekonomi" yang menyinggung China.

Juru bicara itu mengatakan, G7 membuat klaim muluk tentang "mempromosikan dunia yang damai, stabil, dan makmur."

"Tetapi apa yang dilakukannya adalah menghambat perdamaian internasional, merusak stabilitas regional, dan membatasi pembangunan negara lain. Itu hanya menunjukkan betapa kecilnya arti kredibilitas internasional bagi G7," kata juru bicara Kemlu China sebagaimana diwartakan oleh Xinhua (21/5/2023).

Terlepas dari kekhawatiran serius China, G7 menggunakan isu-isu tentang China untuk mencoreng dan menyerang China dan dengan berani mencampuri urusan dalam negeri China. China sangat menyesalkan dan dengan tegas menentang hal ini dan telah membuat pernyataan serius kepada tuan rumah KTT Jepang dan pihak lain yang berkepentingan, kata juru bicara itu.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya