AS dan Rusia Satu Suara Desak Israel-Palestina Hentikan Kekerasan di Tepi Barat

Sikap Amerika Serikat dan Rusia mencerminkan keprihatinan internasional yang meluas atas kekerasan yang meningkat, terutama oleh pasukan dan pemukim Yahudi.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 28 Jun 2023, 19:10 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2023, 19:10 WIB
Ilustrasi Konflik Israel dan Palestina
Ilustrasi Konflik Israel dan Palestina

Liputan6.com, Washington - Dewan Keamanan (DK) PBB pada Selasa (27/6/2023), mendesak Israel dan Palestina untuk menghindari tindakan yang dapat semakin mengobarkan ketegangan di Tepi Barat. Pernyataan yang didukung Amerika Serikat (AS) dan Rusia itu mencerminkan keprihatinan internasional yang meluas atas kekerasan yang meningkat, terutama oleh pasukan dan pemukim Yahudi.

"AS ngeri dengan serangan teror brutal terhadap Israel di dekat Kota Eli di Tepi Barat pada 21 Juni, yang menewaskan empat orang dan melukai sejumlah lainnya serta mengutuk serangan pemukim ekstremis baru-baru ini terhadap warga sipil Palestina, yang telah mengakibatkan kematian, cedera, dan kerusakan signifikan pada properti mereka," demikian pernyataan Wakil Duta Besar AS untuk PBB Robert Wood seperti dilansir AP, Rabu (28/6/2023).

Utusan PBB untuk Timur Tengah Tor Wennesland sebelumnya menyebutkan bahwa lonjakan kekerasan di Tepi Barat yang menyebabkan banyak korban, baik dari sisi Palestina maupun Israel, mengkhawatirkan. Dia memperingatkan DK PBB, "kecuali langkah tegas diambil sekarang untuk mengendalikan kekerasan, ada risiko signifikan bahwa kejadian dapat memburuk lebih lanjut".

Wennesland menuturkan bahwa dia sangat khawatir dengan tingkat kekerasan ekstrem pemukim Yahudi, termasuk fakta bahwa sejumlah besar pemukim bersenjata menyerang desa-desa Palestina secara sistematis, meneror masyarakat, dan terkadang dengan dukungan pasukan Israel.

DK PBB menyerukan pengekangan dan mendorong sejumlah langkah tambahan untuk mengurangi ketegangan.

Tahun ini telah menjadi salah satu yang paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat selama bertahun-tahun dan pekan lalu terjadi peningkatan besar dalam kekerasan oleh pemukim Yahudi. Sedikitnya 137 warga Palestina tewas akibat penembakan oleh Israel di Tepi Barat pada tahun 2023. Hingga Sabtu (24/6), 24 orang di pihak Israel tewas akibat serangan Palestina.

Di tengah eskalasi kekerasan, DK PBB mengkritik rencana pemerintah Israel membangun lebih dari 5.000 rumah baru di permukiman Yahudi di Tepi Barat dan cepatnya proses perizinan.

Berdasarkan hukum internasional, seluruh permukiman Yahudi Israel di wilayah pendudukan adalah ilegal.

Wennesland memperingatkan bahwa ekspansi tanpa henti permukiman Israel memicu kekerasan dan menghalangi akses warga Palestina ke tanah dan sumber daya mereka hingga mengancam kelangsungan hidup negara Palestina di masa depan.

AS mendesak Israel menahan diri dari membangun permukiman, mengusir warga Palestina, dan menghancurkan rumah mereka. Kedua belah pihak juga diminta menahan diri dari tindakan terorisme dan hasutan untuk melakukan kekerasan, yang seluruhnya hanya akan memperburuk situasi.

Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menyatakan keprihatinan serius atas kekerasan yang meningkat, merujuk pada serangan Israel 19 Juni di Kamp Pengungsi Jenin yang menewaskan tujuh warga Palestina; bentrokan antara pemukim Israel dan warga Palestina; serta intensifnya aktivitas Israel untuk memperluas permukiman.

Nebenzia memperingatkan bahwa situasi akan tetap meledak sampai negosiasi dilanjutkan pada solusi dua negara (two state solution) yang membuat Israel dan Palestina hidup berdampingan dalam damai. Dia kembali mengulang seruan Rusia agar Liga Arab dan negara-negara tetangga menggelar pertemuan untuk mendorong pembicaraan yang telah lama terhenti.

Palestina dan Israel Saling Tuding

FOTO: Konflik Palestina dengan Israel Terus Berlanjut
Pengunjuk rasa Palestina menghadapi pasukan Israel di pos pemeriksaan Hawara, selatan Kota Nablus, Tepi Barat, Palestina, 18 Mei 2021. Pengunjuk rasa berdemonstrasi untuk mendukung mereka yang dibombardir di Gaza. (JAAFAR ASHTIYEH/AFP)

Duta Besar Palestina untuk PBB Riyad Mansour menuduh pemerintah Israel membuat negara untuk para pemukim dengan menggantikan negara Palestina. Dia menuturkan bahwa para pemukim tahu tindakan mereka dikutuk di seluruh dunia, namun mereka memiliki dukungan militer, keuangan, dan politik dari pemerintah Israel, sementara Palestina tidak memiliki dukungan nyata untuk mengendalikan mereka meskipun memiliki alasan moral yang tinggi dan hukum internasional berpihak pada mereka.

"Orang-orang Palestina semakin yakin setiap hari bahwa tidak ada bantuan yang akan datang," kata Mansour, sembari mendesak DK PBB menunjukkan kepada mereka bahwa bantuan sedang dalam perjalanan.

Di lain sisi, Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan menuduh DK PBB tidak melaporkan 3.500 serangan yang menurutnya dilakukan Palestina terhadap Israel sejak awal tahun. Dia mengutuk kekerasan terhadap warga sipil Palestina dan mengatakan Israel "bekerja tanpa lelah" untuk menemukan dan meminta pertanggungjawaban pelaku. Namun, dia mencatat bahwa orang-orang Palestina tidak mengutuk pembunuhan warga Israel yang tidak bersalah.

Erdan menuduh Palestina mengincar "penghancuran gagasan negara Yahudi." Menurut Erdan, jika Israel mundur dari Tepi Barat maka kelompok militan Hamas akan mengambil kendali seperti yang terjadi di Gaza.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya