Benjamin Netanyahu Operasi Pemasangan Alat Pacu Jantung Jelang Voting Reformasi Peradilan Kontroversial

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjalani operasi darurat untuk memasang alat pacu jantung. Ia dibawa ke rumah sakit pada Sabtu 22 Juli 2023 malam.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 24 Jul 2023, 08:01 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2023, 08:01 WIB
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. (Dok. AFP)

Liputan6.com, Yerusalem - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjalani operasi darurat untuk memasang alat pacu jantung. Ia dibawa ke rumah sakit pada Sabtu 22 Juli 2023.

Dokter di Pusat Medis Sheba mengatakan prosedur yang dijalani Benjamin Netanyahu berjalan dengan baik dan dia tidak dalam kondisi yang mengancam jiwa.

Rawat inap Benjamin Netanyahu dilakukan menjelang pemungutan suara penting di parlemen tentang perombakan peradilan yang kontroversial.

Protes menentang reformasi peradilan telah melanda Israel, dengan banyak pekerja bersumpah akan mogok jika RUU itu dilanjutkan.

Dalam pidato video menjelang operasi Minggu 23 Juli malam, Netanyahu mengatakan dia merasa kondisinya "luar biasa" tetapi masih dalam pantauan dokternya.

Sejatinya ada banyak pertanyaan tentang kesehatannya setelah dia dirawat di rumah sakit minggu lalu karena diduga menderita dehidrasi.

Operasi berjalan lancar tanpa komplikasi," kata Prof Roy Beinart dari Pusat Medis Sheba, seraya menambahkan bahwa Netanyahu "tidak dalam kondisi yang mengancam jiwa".

Kantor PM Israel mengatakan Netanyahu akan dipulangkan dari rumah sakit pada Senin 24 Juli, tetapi perjalanan yang direncanakan ke Siprus dan Turki akan dijadwal ulang.

PM Israel Netanyahu mengatakan dia harus cukup sehat untuk menghadiri parlemen setelah prosedur pemasangan alat pacu jantung. Dalam 48 jam ke depan setelah operasi tersebut, diperkirakan akan ada pemungutan suara kritis atas rencana pemerintahnya untuk mengubah peradilan.

Adapun sudah berbulan-bulan protes di Israel terkait reformasi, yang berupaya membatasi kekuasaan Mahkamah Agung.

Pemungutan suara - diperkirakan berlangsung pada hari Senin - akan menjadi pertikaian antara koalisi agama-nasionalis garis keras dan masyarakat Israel. Parlemen mulai memperdebatkan RUU yang sangat diperebutkan pada hari Minggu.

Satu per satu, anggota parlemen oposisi Israel turun ke ruang parlemen, memohon kepada pemerintah untuk membatalkan rencana reformasi peradilannya.

 

Ribuan Orang Berdemo

Protes Israel
Tenda dengan bendera Israel di atasnya terlihat berjejer di dekat parlemen Israel, Knesset. (AP Photo/Ohad Zwigenberg)

Beberapa hari terakhir puluhan ribu pengunjuk rasa berbaris dari Tel Aviv ke Yerusalem untuk menentang perubahan sistem peradilan, dengan orang-orang memenuhi jalan raya utama.

Banyak pengunjuk rasa berkemah di Taman Sacher di Yerusalem, dekat parlemen, setelah pawai protes empat hari.

Demonstrasi di dekat parlemen diperkirakan terjadi, dan koalisi juga menghadapi ancaman boikot massal terhadap tugas dinas oleh ribuan cadangan militer, termasuk ratusan pilot angkatan udara, jika undang-undang itu disahkan.

Tiga mantan kepala staf angkatan darat dan puluhan pejabat senior keamanan Israel menandatangani surat pada hari Sabtu yang mengkritik rencana reformasi peradilan pemerintah dan mendukung pasukan cadangan.

"Undang-undang ini menghancurkan fondasi umum masyarakat Israel, mencabik-cabik orang, membongkar tentara dan menimbulkan kerugian fatal bagi keamanan Israel," bunyi surat itu.

Brothers in Arms, yang mewakili 10.000 anggota pasukan cadangan militer, telah menyuarakan kekesalan mereka terhadap rencana pemerintah.

"Kami telah mencoba segalanya, di sinilah kami menegaskan," kata Eyal Nave, salah satu pemimpin Brothers in Arms.

"Kami berjanji untuk melayani kerajaan dan bukan raja," kata Nave. Memohon langsung kepada Netanyahu, dia berkata: "Anda dan hanya Anda yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi di sini. Kami memiliki kepercayaan pada pemerintah tetapi pemerintah menghancurkan kami.

"Saya tidak akan secara sukarela melayani di negara diktator," tambah Nave.

 

Boikot Dalam Jumlah Besar Pengaruhi Operasional Militer Israel

Protes Israel
Demonstran mendirikan tenda di luar Knesset, parlemen Israel, di Yerusalem, Israel, Sabtu (22/7/2023). (AP Photo/Ohad Zwigenberg)

Boikot dalam jumlah besar akan berdampak serius pada kemampuan operasional militer Israel dan ini dilihat sebagai salah satu momen paling penting dalam gerakan protes anti-pemerintah sejauh ini.

Mahkamah Agung Israel adalah satu-satunya sumber pengawasan atas penggunaan kekuasaan oleh pemerintah.

Pengkritik Netanyahu khawatir reformasi itu akan sangat merusak demokrasi Israel dengan melemahkan sistem peradilan.

Pendukung reformasi berpendapat bahwa Mahkamah Agung telah menjadi semakin "aktivis" selama beberapa dekade, menghambat kebijakan pemerintah yang terpilih secara demokratis. Mereka menuduh hakim membuat keputusan berdasarkan politik.

Tetapi banyak yang khawatir perdana menteri - yang saat ini menghadapi tuduhan korupsi, yang dia bantah - mencoba menggunakan reformasi peradilan untuk menggagalkan masalah hukumnya sendiri.

Netanyahu dengan keras membantah tuduhan tersebut.

Merav Michaeli, mantan menteri pemerintah yang memimpin partai Buruh Israel, mengatakan "mayoritas kecil" politisi "datang untuk benar-benar menghancurkan negara Israel".

Benjamin Netanyahu Dilarikan ke RS di Tengah Protes

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Istri Sara Netanyahu.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Istri Sara Netanyahu. (Dok. AFP)

Sebelumnya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dilarikan ke rumah sakit pada Minggu (23/7) pagi untuk menjalani tindakan darurat terkait penanaman alat pacu jantung. Masalah kesehatan Netanyahu terjadi di tengah protes yang meluas atas rencananya untuk merombak peradilan yang kontroversial.

Kantor Netanyahu mengatakan bahwa dia akan dibius dan wakil tertinggi, Menteri Kehakiman Yariv Levin, akan menggantikannya selama dia menjalani prosedur tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya