Jakarta Plurilateral Dialogue Akan Digelar 29 Agustus 2023

Jakarta Plurilateral Dialogue melibatkan Kantor Staf Presiden, Kementerian Agama, dan Kementerian Luar Negeri.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 28 Agu 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2023, 10:00 WIB
Logo Jakarta Plurilateral Dialog 2023.
Logo Jakarta Plurilateral Dialog 2023. Dok: Kemlu RI

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri RI mengumumkan ajang Jakarta Plurilateral Dialogue yang akan berlangsung pada tanggal 29-31 Agustus 2023. Dialog dalam forum JPD 2023 mencakup pembahasan yang didesain inklusif, menampung berbagai pandangan dari organisasi keagamaan, masyarakat sipil, organisasi keagamaan, mitra pembangunan dan stakeholder lainnya, termasuk pandangan pemerintah.

Forum ini merupakan kolaborasi dari Kemlu RI, Kantor Staf Presiden, dan Kementerian Agama. JPD akan bertempat di Hotel Borobudur, Jakarta.

Berdasarkan pernyataan Kemlu RI, Minggu (27/8/2023), acara JPD ini dinilai relevan dengan peran Indonesia di kancah global. Sebagai bagian dari negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa, Indonesia turut mengadopsi Resolusi 16/18 untuk memerangi intoleransi, stereotip negatif dan stigmatisasi, serta diskriminasi, hasutan terhadap kekerasan, dan kekerasan terhadap orang berdasarkan agama atau kepercayaan.

“Pengangkatan tema dalam mengarusutamakan budaya toleransi yang berbasis pada Resolusi 16/18 karena kita ingin Indonesia tercatat dalam database implementasi Resolusi 16/18 melalui acara ini, sekaligus mendukung arahan bapak Presiden mengembalikan Indonesia ke peta dunia dan menguatkan modalitas Indonesia untuk maju jadi anggota Dewan HAM 2024,” ujar Ruhaini di Jakarta (27/8).

Senada dengan hal tersebut, Direktorat Hak Asasi Manusia dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri, Achsanul Habib menyebutkan JPD 2023 sebagai forum praktik baik Indonesia dalam mengimplementasikan budaya toleransi dalam lingkup global.

“JPD menjadi pengingat bagi masyarakat internasional bahwa negara juga harus berperan memfasilitasi pemenuhan kebebasan beragama dan mencegah diskriminasi atau kebencian berdasarkan agama, yang mana hal tersebut dilarang oleh hukum nasional sesuai seperti kewajiban kita dalam Konvensi Hak Sipil dan Politik,” ucap Achsanul.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


ASEAN Intercultural dan Interreligious Dialogue Conference

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf (LTN PBNU)
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf (LTN PBNU)

Sebelumnya dilaporkan, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menyambut baik, kedatangan para pemuka agama dan sejumlah tokoh penganut kepercayaan di Jakarta dalam Forum ASEAN Intercultural dan Interreligious Dialogue Conference (AIIDC) 2023.

Menurut Yahya, AIIDC adalah forum lintas agama dan keyakinan antar pemeluknya di negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), seperti yang sebelumnya juga pernah dihelat di Bali pada forum senada bertajuk R20.

"R20 forum atau forum antar agama dalam kaitannya dengan konferensi tingkat tinggi G20. Dalam forum tersebut kami mengundang tokoh agama khususnya dari negara-negara anggota G20 dan negara-negara lain untuk mengekspresikan keinginannya dalam upaya agar nilai-nilai agama, moral dan etika yang bersendikan atau diinspirasikan oleh agama dapat ikut mempengaruhi kebijakan-kebijakan ekonomi dan politik," kata pria karib disapa Gus Yahya di Hotel Ritz Carlton Jakarta, Senin (7/8/2023).

Gus Yahya bercerita, R20 memiliki dampak strategis terhadap negara-negara yang tergabung dalam G20. Sebab, melalui para pemuka agamanya di masing-masing negara, membawa hasil kesepakatan seluruh pihak saat R20 untuk dijadikan tonggak dalam mengatasi isu keyakinan.

"Khususnya hal-hal yang terkait dengan kecenderungan-kecenderungan untuk saling bertentangan dan bahkan mungkin memicu konflik harus diatasi agar agama-agama bisa dengan tulus dan sungguh-sungguh hidup berdampingan dengan damai," ungkap Gus Yahya.


R20

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menerima dua penghargaan sekaligus pada gelaran Forum Religion of Twenty (R20) International Summit of Religious Leaders 2022. (Foto; LTN PBNU)
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menerima dua penghargaan sekaligus pada gelaran Forum Religion of Twenty (R20) International Summit of Religious Leaders 2022. (Foto: PBNU)

Lewat semangat R20, Gus Yahya mencoba membawanya ke dalam forum AIIDC. Tujuannya, untuk menjadi wadah bagi negara-negara di ASEAN untuk lebih saling menghargai para pemeluk agama demi terciptanya perdamaian dunia.

"Kami melihat masyarakat di lingkungan ASEAN khususnya dan di lingkungan Indo Pasific pada umumnya masyarakat-masyarakat yang mewarisi suatu warisan peradaban yang sama yang tumbuh jauh kebelakang dalam sejarah sejak abad ke-3 sebelum masehi (SM)," urai Gus Yahya.

Gus Yahya percaya, hal tersebut dapat menjadi modal besar bagi masyarakat di seluruh negara-negara ASEAN agar memiliki nilai harmoni dan toleransi yang lebih baik lagi usai mengikuti seluruh rangkaian AIIDC.

"Maka kami berinisiatif lagi (setelah R20), dengan restu pemerintah Indonesia dan Presiden Jokowi, kami (PBNU) menyelenggarakan forum AIIDC konferensi ini sebagai inisiasi untuk memulai suatu konsolidasi dari konstituen peradaban yang besar yang dapat mendorong tumbuhnya harmoni toleransi dan perdamaian yang semoga bisa menginspirasi dinamika internasional secara keseluruhan," Gus Yahya menandasi.

Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker
Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya