Misteri Hilangnya Jet Tempur Siluman F-35B Lightning II Milik AS, Kok Bisa?

Jet tempur siluman F-35B Lightning II diproduksi oleh Lockheed Martin dan dioperasikan oleh Korps Marinir Amerika Serikat sejak 2015.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 20 Sep 2023, 11:51 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2023, 11:25 WIB
Jet tempur siluman F-35B Lightning II. (Dok. AP Photo/Suhaimi Abdullah file)
Jet tempur siluman F-35B Lightning II. (Dok. AP Photo/Suhaimi Abdullah file)

Liputan6.com, Washington - Jet tempur siluman F-35B Lightning II milik Amerika Serikat (AS) dilaporkan hilang selama lebih dari 24 jam pada Minggu (17/9/2023), sebelum dikonfirmasi jatuh di pedesaan di Carolina Selatan pada Senin (18/9).

Banyak pertanyaan kemudian bermunculan, sementara para penyelidik diperkirakan akan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menyusun kronologi, termasuk kenapa pilot melontarkan diri? Kenapa jet itu terus terbang tanpa terdeteksi dalam waktu lama saat terkunci dalam mode autopilot?

Dan ketika Pangkalan Gabungan Charleston di Carolina Selatan meminta bantuan masyarakat untuk menemukan jet tempur siluman tersebut, jagat maya dipenuhi meme. Salah satunya, "Bung, di mana F-35 saya?"

Republikan sekaligus anggota Kongres AS dari Carolina Selatan Nancy Mace tidak ketinggalan berkomentar.

"Bagaimana bisa kehilangan F-35? Bagaimana mungkin tidak ada alat pelacak dan kita minta masyarakat untuk apa, menemukan jet dan mengembalikannya?" tulis Nancy di akun media sosialnya.

Kronologi Sementara Hilangnya F-35B Lightning II

Jet tempur siluman F-35B Lightning II nahas, yang diproduksi oleh Lockheed Martin dan dioperasikan oleh Korps Marinir sejak 2015, itu lepas landas dari Pangkalan Gabungan Charleston pada Minggu sore.

"Itu adalah salah satu dari dua pesawat yang terlibat dalam penerbangan pelatihan rutin," kata juru bicara 2nd Marine Aircraft Wing Kapten Joe Leitner, seperti dilansir NBC News, Rabu (20/9).

Menurut dua pejabat pertahanan, sebelum pukul 14.00 waktu setempat, salah satu pilot melontarkan diri dan terjun payung ke halaman belakang kediaman di Charleston.

Pilot yang tidak disebutkan namanya itu kemudian dibawa ke rumah sakit dalam kondisi stabil.

Pangkalan Gabungan Charleston menggunggah pengumuman terkait peristiwa kecelakaan jet F-35B Lightning II di media sosial setelah pukul 17.00 waktu setempat.

"Kami sedang bekerja sama dengan @MCASBeaufortSC untuk menemukan F-35 yang terlibat dalam kecelakaan sore ini. Pilot berhasil melontarkan diri dengan selamat. Jika Anda memiliki informasi apapun yang dapat membantu ... silakan hubungi Pusat Operasi Pertahanan Pangkalan di 843-963-3600," tulis pihak Pangkalan Gabungan Charleston di media sosial X alias Twitter.

Dalam unggahan lainnya, mereka menuliskan, "Berdasarkan posisi terakhir jet tersebut dan berkoordinasi dengan FAA, kami memfokuskan perhatian kami di utara JB Charleston, di sekitar Danau Moultrie dan Danau Marion."

Setelah perburuan intensif, pada Senin pukul 18.30 waktu setempat, Pangkalan Gabungan Charleston mengumumkan bahwa pihak berwenang menemukan puing-puing di Williamsburg County, wilayah pedesaan dengan waktu tempuh sekitar dua jam dari pangkalan tersebut.

Sang pilot dilaporkan telah keluar dari rumah sakit pada Senin pagi dan tidak ada kerusakan atau cedera lain yang dilaporkan.

Mengapa Pilot Melontarkan Diri?

F-35 Lightning II
Jet tempur F-35 Lightning II buatan Amerika Serikat. (AFP/Jack Guez)

Para pejabat militer tidak dapat segera menjelaskan mengapa pilot terjun payung dari pesawat, namun para ahli dan mantan pilot F-35 mengatakan bahwa keputusan seperti itu tidak akan diambil dengan mudah.

"Pelontaran ini adalah keputusan terakhir," kata David Berke, komandan pertama skuadron F-35 Korps Marinir di Carolina Selatan yang menjabat dari 2012 hingga 2014.

"Sesuatu telah terjadi secara dahsyat di mana risiko terhadap pesawat dan lingkungan sekitarnya sangat tinggi sehingga pelontaran akan menyelamatkan nyawa pilot."

F-35B unik dibandingkan model lainnya, kata Dan Grazier, peneliti senior kebijakan pertahanan di Project on Government Oversight, sebuah lembaga pengawas federal nirlaba.

"F-35B memiliki fungsi autoeject," tutur Grazier. "Saya ingin tahu apakah benda itu mengeluarkannya tanpa sengaja."

"Saya tidak menyalahkan pilot yang melakukan penyelamatan jika itu adalah tindakan yang tepat," kata Grazier, seraya menambahkan bahwa pihak militer butuh untuk mengetahui apakah tindakan tersebut dilakukan karena kegagalan mekanis atau perangkat lunak, kesalahan pilot, atau hal lainnya.

Bagaimanapun, Berke menyatakan bahwa masih terselip untung dalam peristiwa tersebut.

"Kita sangat beruntung karena pilotnya baik-baik saja dan tidak ada seorang pun di darat yang terluka," ungkap Berke.

Dugaan di Balik Hilangnya Komunikasi Jet F-35B Lightning II

Jet tempur siluman F-35 (Wikimedia / Creative Commons)
Jet tempur siluman F-35 (Wikimedia / Creative Commons)

F-35 dilengkapi dengan transponder yang memungkinkan pesawat dilacak. Para pejabat militer pada awalnya menyebutkan transponder tersebut tampaknya tidak berfungsi, namun mereka tidak yakin mengapa.

JJ Gertler, seorang analis senior di Teal Group, perusahaan konsultan pertahanan, mengatakan bahwa  motor roket di kursi lontar pilot bisa saja sangat kuat sehingga memutus aliran listrik ke transponder dan banyak hal lainnya di kokpit.

Sementara itu, Berke mengungkapkan bahwa transpondernya mungkin tidak dihidupkan karena pesawat tersebut terbang dengan F-35 lain, yang transpondernya sudah aktif. Karena itu, jet kedua akan dimatikan untuk mencegah kebisingan tambahan.

"Itu prosedur normal," kata Berke.

Mengapa Jet Dapat Terbang Lama?

Fakta bahwa jet tempur yang berada dalam mode autopilot ketika pilot melontarkan diri tersebut mampu terbang selama berjam-jam dan tidak jatuh lebih cepat juga menjadi pertanyaan.

Berke menerangkan bahwa jika tidak ada masalah mesin yang memaksa pesawat turun, kemungkinan pesawat tersebut dapat terus meluncur.

"Jika mesin jet bekerja dengan baik dan berada dalam posisi stabil ketika pilot melontarkan diri, hal itu sangat masuk akal," ujarnya.

Imbas dari insiden F-35B Lightning II, Pentagon mengumumkan bahwa semua pesawat Korps Marinir di dalam dan di luar AS dilarang terbang pada Senin dan Selasa (19/9) untuk memungkinkan unit-unit tersebut membahas masalah keselamatan penerbangan dan praktik terbaik.

Grazier pun menekankan bahwa insiden penting ini memerlukan penyelidikan penuh untuk menentukan apakah insiden tersebut dipicu oleh penjelasan sederhana atau mengarah pada masalah yang lebih sistemik. Dia menuturkan bahwa laporan awal kecelakaan biasanya memakan waktu sekitar 90 hari, namun laporan lengkap bisa memakan waktu satu tahun.

Dalam sebuah pernyataan pada Senin, pejabat terkait menyatakan, "Kami tidak dapat memberikan rincian tambahan untuk menjaga integritas proses investigasi."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya