Turki Lancarkan Serangan Udara ke Irak Utara Pasca Bom Bunuh Diri di Ankara

Serangan bom bunuh diri di Ankara pada Minggu terjadi beberapa jam sebelum Parlemen Turki dibuka kembali dengan pidato Presiden Recep Tayyip Erdogan setelah reses Musim Panas selama tiga bulan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 02 Okt 2023, 08:28 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2023, 08:28 WIB
Ilustrasi bom. (Unsplash/Zeferli)
Ilustrasi bom. (Unsplash/Zeferli)

Liputan6.com, Ankara - Pesawat-pesawat tempur Turki melancarkan serangan udara yang menargetkan militan Kurdi di Irak utara pada Minggu (1/10/2023), pasca serangan bom bunuh diri di dekat pintu masuk Kementerian Dalam Negeri Turki.

Kementerian Pertahanan Turki mengumumkan bahwa sekitar 20 target Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dihancurkan dalam operasi udara, termasuk gua, tempat perlindungan, dan depot. Mereka menambahkan bahwa sejumlah besar anggota PKK juga "dinetralisir" dalam serangan tersebut.

Serangan bom bunuh diri pertama disusul serangan lainnya, di mana pelaku kedua tewas dalam baku tembak dengan polisi, terjadi beberapa jam sebelum Parlemen Turki dibuka kembali setelah reses Musim Panas selama tiga bulan.

PKK, yang memiliki basis di Irak utara, mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri tersebut. Kementerian Dalam Negeri Turki mengidentifikasi salah satu penyerang sebagai anggota kelompok terlarang tersebut. Upaya masih dilakukan untuk mengidentifikasi penyerang kedua.

Rekaman kamera keamanan pada Minggu menunjukkan kendaraan tersebut berhenti di depan Kementerian Dalam Negeri, dan seorang pria keluar dari sana dan bergegas menuju pintu masuk gedung sebelum meledakkan dirinya. Pria kedua terlihat mengikutinya.

Serangan bom bunuh diri pada Minggu terjadi beberapa jam sebelum Parlemen Turki dibuka kembali dengan pidato Presiden Recep Tayyip Erdogan setelah reses Musim Panas selama tiga bulan.

Menurut Kementerian Dalam Negeri Turki, kedua penyerang tiba di lokasi kejadian dengan menggunakan kendaraan komersial ringan (LCV), yang mereka rampas dari seorang dokter hewan di Provinsi Kayseri. Harian pro-pemerintah Sabah melaporkan bahwa mereka menembak kepala pria tersebut dan melemparkan tubuhnya ke dalam selokan di pinggir jalan. Mereka kemudian mengendarai kendaraan tersebut ke Ankara, sekitar 300 kilometer jauhnya.

"Petugas polisi kami yang heroik, melalui intuisi mereka, melawan teroris segera setelah mereka keluar dari kendaraan," kata Menteri Dalam Negeri Ali Yerlikaya, seperti dilansir AP, Senin (2/10). "Salah satu dari mereka meledakkan dirinya, sementara yang lainnya ditembak di kepala sebelum sempat meledakkan diri."

"Perjuangan kami melawan terorisme, kolaborator mereka, pengedar (narkoba), geng dan organisasi kejahatan terorganisir akan terus berlanjut."

Polisi dilaporkan menemukan bahan peledak plastik, granat tangan, dan peluncur roket di lokasi kejadian. Adapun dua petugas polisi yang terluka dirawat di rumah sakit. Yerlikaya mengonfirmasi bahwa kondisi mereka tidak serius.

Erdogan: Ini Adalah Terorisme Terakhir

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (AP/Yasin Bulbul)
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (AP/Yasin Bulbul)

Presiden Erdogan pada akhirnya tetap menyampaikan pidatonya di parlemen sesuai rencana dan menyebut serangan itu sebagai "terorisme yang terakhir".

"Para bajingan yang menargetkan perdamaian dan keamanan warga negara tidak akan bisa mencapai tujuan mereka dan tidak akan pernah mencapainya," kata Erdogan.

Lebih lanjut Presiden Erdogan menegaskan kembali tujuan pemerintahannya untuk menciptakan zona aman sepanjang 30 kilometer di sepanjang perbatasan Turki dengan Suriah untuk mengamankan perbatasan selatannya dari serangan.

Turki telah melakukan banyak serangan lintas batas terhadap PKK di Irak utara. Mereka juga telah melancarkan serangan ke Suriah utara sejak tahun 2016 untuk mengusir kelompok ISIS dan kelompok milisi Kurdi, yang dikenal dengan inisial YPG.

Turki memandang YPG sebagai perpanjangan tangan PKK, yang terdaftar sebagai kelompok teror oleh Turki, Amerika Serikat (AS), dan Uni Eropa. PKK telah melancarkan pemberontakan terhadap Turki sejak tahun 1984. Puluhan ribu orang tewas dalam konflik tersebut.

Tahun lalu, ledakan bom di Istanbul menyebabkan enam orang tewas, termasuk dua anak-anak. Lebih dari 80 orang lainnya terluka. Turki menyalahkan serangan itu pada PKK dan YPG.

 

Keamanan Ditingkatkan

Ilustrasi bendera Turki. (Unsplash)
Ilustrasi bendera Turki. (Unsplash)

Menteri Kehakiman Turki Yilmaz Tunc mengungkapkan bahwa penyelidikan telah diluncurkan terhadap serangan teror.

"Serangan-serangan ini sama sekali tidak akan menghalangi perjuangan Turki melawan terorisme," tulisnya di platform X alias Turki. "Perjuangan kami melawan terorisme akan dilanjutkan dengan tekad yang lebih besar."

Polisi menutup akses ke pusat kota dan meningkatkan langkah-langkah keamanan, memperingatkan warga bahwa mereka akan melakukan ledakan terkendali terhadap paket-paket mencurigakan.

Mesir, yang telah menormalisasi hubungan dengan Turki setelah ketegangan selama satu dekade, mengutuk serangan tersebut. Pernyataan singkat Kementerian Luar Negeri Mesir menunjukkan solidaritas Mesir untuk Turki.

Kedutaan Besar AS di Ankara dan misi luar negeri lainnya juga mengeluarkan pesan yang mengecam serangan tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya