Liputan6.com, Tel Aviv - Militer Israel mengatakan bahwa mereka telah mengerahkan kapal-kapal rudal di Laut Merah pada Rabu (1/11/2023) sebagai bala bantuan. Langkah tersebut diambil sehari setelah kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran meluncurkan serangan rudal dan drone ke Israel.
Kelompok Houthi berjanji melancarkan lebih banyak serangan. Demikian seperti dilansir Reuters.
Baca Juga
Israel Umumkan Wajib Militer 7.000 Orang Yahudi Ultra-Ortodoks, Akan Ikut Perang di Gaza dan Lebanon?
Hamas Kasih Syarat Ke Donald Trump untuk Gencatan Senjata Gaza, Perang Israel Vs Hamas Bakal Berakhir?
Kisah Malang Mazyouna di Gaza, Wajahnya Hancur oleh Roket Israel dan Dilarang Mendapat Perawatan
Sebelumnya, pada Selasa (31/10), militer Israel menuturkan bahwa mereka menggagalkan serangan udara Houthi di tengah meningkatnya kekhawatiran perang Hamas Vs Israel dapat meluas.
Advertisement
Juru bicara pasukan Houthi Brigadir Jenderal Yahya Saree mengungkapkan kepada Al-Masirah TV bahwa rudal balistik dan drone telah diluncurkan terhadap sasaran di Israel dalam apa yang disebutnya sebagai operasi untuk mendukung rakyat Palestina.
"Angkatan bersenjata kami meluncurkan sejumlah besar rudal balistik dan bersayap serta sejumlah besar drone ke berbagai sasaran musuh, Israel," katanya, merujuk pada seluruh Israel sebagai wilayah pendudukan, seperti dilansir CNN.
Houthi adalah organisasi politik dan militer syiah di Yaman yang terlibat perang saudara di negara tersebut melawan koalisi yang didukung oleh Arab Saudi. Mereka menyuarakan dukungan bagi Palestina, termasuk dengan mengorganisir protes di Yaman.
Houthi Gunakan Rudal Canggih
Pada Selasa pula, militer Israel mengatakan bahwa mereka telah menggunakan sistem pertahanan udara Arrow untuk pertama kalinya dan berhasil mencegat rudal permukaan-ke-permukaan yang ditembakkan dari wilayah Laut Merah.
Penggunaan sistem pertahanan Arrow, yang dirancang untuk mencegat rudal di ketinggian, menunjukkan bahwa Houthi menggunakan rudal jarak jauh yang lebih canggih dalam upaya serangan tersebut.
Jet-jet tempur Israel juga mencegat apa yang digambarkan sebagai ancaman udara. Menurut Israel, semua ancaman dicegat di luar wilayahnya.
Upaya serangan terhadap Israel menandai peningkatan eskalasi kelompok Houthi, meskipun Amerika Serikat (AS) berupaya keras membendung potensi perang meluas di Timur Tengah.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian pada Selasa (31/10) memperingatkan bahwa perluasan konflik di kawasan sedang terjadi dan bahwa anggota kelompok perlawanan tidak akan tinggal diam atas dukungan penuh AS terhadap Israel dan tidak akan menunggu saran siapa pun.
"Kita perlu menggunakan peluang politik terakhir untuk menghentikan perang dan jika situasi menjadi tidak terkendali, tidak ada pihak yang akan aman dari konsekuensinya," kata dia.
Advertisement
Front Baru Melawan Israel
Serangan Houthi pada Selasa menyusul upaya lain yang digagalkan dua minggu lalu. Pada 19 Oktober, ungkap seorang pejabat AS, sebuah kapal perang AS di dekat pantai Yaman menembak jatuh empat rudal jelajah dan 15 drone selama sembilan jam saat mereka menuju utara di sepanjang Laut Merah.
"Lintasan mereka tidak menimbulkan keraguan bahwa proyektil tersebut mengarah ke Israel," kata pejabat itu.
Intersepsi AS terhadap peluncuran rudal Houthi disebut sangat jarang terjadi.
Iran, meski mendapat sanksi ketat AS, disebut terus memberikan pelatihan dan senjata kepada kelompok Houthi di Yaman, kelompok Hezbollah di Lebanon, serta Hamas dan Jihad Islam di Gaza.
Hezbollah dan Israel telah terlibat dalam pertempuran kecil setiap hari di perbatasan Israel-Lebanon sejak 7 Oktober. AS, bahkan telah mengerahkan dua kelompok kapal induk ke Mediterania timur untuk menghalangi Iran, Suriah, dan Hezbollah membuka front baru melawan Israel.
Sejak perang terbaru di Gaza meletus pasca serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober, pangkalan-pangkalan AS di Irak dan Suriah juga menjadi sasaran serangan sporadis.