Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara pada Rabu (15/11/2023), mengatakan bahwa pihaknya berhasil menguji mesin bahan bakar padat baru yang dirancang untuk rudal balistik jarak menengah (IRBM).
Hal itu dilakukan di tengah upaya Korea Utara meningkatkan persenjataan berkemampuan nuklirnya yang berpotensi menargetkan pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Guam dan Jepang.
Baca Juga
Kantor Berita Korea Utara, KCNA, mengatakan para ilmuwan militer negara itu menguji mesin rudal tahap pertama dan kedua pada Sabtu (11/11) dan Selasa (14/11). Laporan tersebut tidak menyebutkan kapan sistem rudal baru diperkirakan akan selesai dibangun.
Advertisement
Uji coba terbaru memperpanjang upaya pengembangan senjata Korea Utara, yang menurut beberapa analis dapat didorong oleh kerja sama senjata dengan Rusia.
Adapun uji coba pada Selasa terjadi bersamaan dengan kunjungan Menteri Sumber Daya Alam Rusia Alexander Kozlov ke Korea Utara untuk melakukan pembicaraan mengenai pertukaran perdagangan dan teknologi yang tidak dirinci.
Kedatangan Kozlov disebut bagian dari upaya melanjutkan pertemuan puncak Kim Jong Un dan Vladimir Putin pada September di Timur Jauh Rusia.
Perjalanan Kim Jong Un ke Timur Jauh Rusia, di mana dia juga mengunjungi situs-situs roket dan militer utama memicu kekhawatiran mengenai potensi penyelarasan senjata antar negara, yakni Korea Utara menyediakan amunisi untuk mendukung Rusia dalam perang Ukraina dengan imbalan transfer teknologi yang akan meningkatkan kemampuan program nuklir Korea Utara.
Rudal dengan propelan padat bawaan dapat dipersiapkan untuk diluncurkan lebih cepat dan lebih mudah untuk dipindahkan dan disembunyikan, yang secara teoritis mempersulit musuh untuk mendeteksi dan mencegah peluncuran terlebih dahulu.
"Uji coba baru-baru ini merupakan proses penting untuk lebih meningkatkan kemampuan ofensif strategis angkatan bersenjata (Korea Utara) mengingat lingkungan keamanan yang sulit dan tidak stabil yang dihadapi negara dan situasi militer di masa depan di kawasan, di mana musuh akan lebih kejam dalam kolusi dan hubungan militer mereka," sebut KCNA, seperti dilansir AP.
Berpotensi Mengancam Guam dan Jepang
Klaim Korea Utara bahwa uji coba mesin berhasil menunjukkan bahwa mereka akan melakukan uji terbang rudal baru dalam beberapa minggu mendatang, kata Cheong Seong-Chang, seorang analis di Institut Sejong swasta di Korea Selatan.
"Rudal tersebut dapat menimbulkan potensi ancaman terhadap Guam, pusat militer utama AS, dan pangkalan militer AS di Jepang, yang mungkin menambah urgensi Jepang untuk meningkatkan kemampuan militernya dan memperluas kerja sama keamanan tiga arah dengan Seoul dan Washington," kata Cheong.
Ketika ditanya tentang uji coba mesin rudal yang dilakukan Korea Utara, Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan bahwa Korea Utara jelas-jelas berusaha meningkatkan kemampuan serangan diam-diamnya.
"Kami pikir Korea Utara mungkin akan mengambil tindakan provokatif lebih lanjut, termasuk peluncuran rudal dan uji coba nuklir, dan pemerintah Jepang akan melakukan yang terbaik untuk pengumpulan informasi, analisis, dan pengintaian," sebut Hirokazu.
Ketegangan di Semenanjung Korea disebut berada pada titik tertinggi dalam beberapa tahun setelah Kim Jong Un meningkatkan demonstrasi senjatanya, termasuk peristiwa yang dia gambarkan sebagai simulasi serangan nuklir terhadap Korea Selatan. Kim Jong Un juga memberi wewenang kepada militernya untuk melancarkan serangan nuklir preventif terhadap musuh jika mereka menganggap kepemimpinan puncak berada di bawah ancaman.
Korea Selatan merespons situasi tersebut dengan memperluas latihan militer gabungannya dengan AS, yang dicap Kim Jong Un sebagai latihan invasi, dan meningkatkan kerja sama keamanan trilateral dengan Jepang. Seoul juga mencari jaminan publik yang lebih kuat dari AS bahwa mereka akan dengan cepat dan tegas menggunakan senjata nuklir AS untuk melindungi Korea Selatan jika terjadi serangan nuklir Korea Utara.
Advertisement
Kemampuan Rudal Korea Utara Masih Tanda Tanya
Korea Utara awal tahun ini meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) berbahan bakar padat pertamanya, Hwasong-18, yang disebut memiliki potensi kemampuan untuk menjangkau jauh ke daratan AS.
Para analis mengatakan Korea Utara harus mengatasi rintangan teknologi lebih lanjut untuk memiliki persenjataan nuklir yang dapat mengancam AS.
Semua uji coba ICBM Korea Utara sejauh ini dilakukan pada sudut yang tinggi untuk menghindari wilayah negara tetangganya, sehingga belum jelas apakah Korea Utara telah menguasai teknologi tersebut untuk memastikan hulu ledaknya dapat bertahan saat masuk kembali ke atmosfer dengan cukup baik untuk mencapai target mereka secara tepat.
Korea Utara juga memiliki berbagai rudal berbahan bakar padat jarak pendek yang dirancang untuk ditembakkan dari kendaraan darat, silo, atau kapal selam. Beberapa dari rudal ini dirancang agar dapat bermanuver dan terbang di ketinggian rendah, sehingga secara teoritis memberi mereka peluang lebih besar untuk mengalahkan sistem pertahanan rudal di Korea Selatan.
Para pejabat AS dan Korea Selatan telah berulang kali menyampaikan kekhawatiran bahwa Korea Utara dapat menerima dukungan teknologi Rusia untuk meningkatkan ancaman program nuklir dan rudalnya dengan imbalan menyediakan amunisi dan peralatan militer untuk meningkatkan kemampuan perang Rusia di Ukraina.
Baik Rusia maupun Korea Utara membantah klaim AS dan Korea Selatan mengenai dugaan transfer senjata tersebut.