Liputan6.com, Tokyo - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida memimpin KTT Perayaan 50 tahun ASEAN-Jepang di Tokyo pada Minggu (17/12/2023).
Terkait hal itu, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi menjelaskan terdapat dua dokumen yang dihasilkan KTT ASEAN - Jepang melalui lawatan Presiden Jokowi.
Baca Juga
"Dokumen pertama, Joint Vision Statement. Ini merupakan visi jangka panjang ASEAN – Jepang sebagai trusted partners, dengan berbasis pada tiga pilar utama," tutur Menlu Retno, seperti dikutip dari pernyataan tertulis, Senin (18/12).
Advertisement
Pilar pertama, Heart to Heart Partners Across Generations, mencakup kerja sama antara lain pertukaran pemuda, budaya, olahraga, sains dan teknologi, serta dukungan terhadap Sekretariat ASEAN.
Pilar kedua adalah Partners for Co-Creation of Economy and Society. Di pilar ini, kerja sama yang akan dilakukan antara lain di bidang ekonomi, lingkungan, manajemen kebencanaan, dan ketahanan pangan, serta transisi energi.
Yang ketiga adalah pilar Partners for Peace and Stability. Kerja sama ini diarahkan untuk menjaga stabilitas keamanan, termasuk keamanan maritim, dan kemudian yang menjadi salah satu prioritas adalah juga Women and Peace and Security serta non-proliferasi nuklir.
"Dokumen yang kedua, implementasi Plan of the Joint Vision Statement. Dokumen ini memuat 130 kerja sama dari tiga pilar utama di Joint Vision Statement. Jadi, intinya ini adalah menerjemahkan atau upaya untuk melaksanakan dari visi yang sudah disampaikan di dokumen yang pertama," ungkap Menlu Retno.
Kedua dokumen ini, sebut Menlu Retno, akan menjadi acuan kemitraan ASEAN – Jepang yang berorientasi ke masa depan.
Beberapa kerja sama prioritas yang menjadi kepentingan Indonesia, turut terefleksi di dalam outcome documents antara lain, penguatan konektivitas melalui investasi infrastruktur, percepatan transisi energi dengan penyediaan affordable funding untuk mencapai net zero emission, dukungan pengembangan ekosistem baterai EV di kawasan untuk memperkuat rantai pasok global, dukungan bagi pengembangan UMKM, serta operasionalisasi ASEAN Center for Public Health Emergencies and Emerging Diseases di Indonesia.
Inisiatif Baru Jepang untuk Kawasan
Lebih lanjut, Menlu Retno menjelaskan bahwa Jepang juga meluncurkan beberapa inisiatif baru untuk kawasan, antara lain:
- Partnership to Co-Create a Future with the Next Generation, yaitu program pengenalan budaya dengan nilai komitmen 15 miliar yen atau sekitar USD 105,5 juta.
- ASEAN Japan Co-Creation Initiative for the Next Generation Automotive Industry. Jepang menyiapkan dana USD 1 miliar untuk implementasi proyek kerja sama pengembangan ekosistem kendaraan listrik di kawasan.
- Pembentukan Asia Zero Emission Center di lembaga riset ekonomi ERIA sebagai bentuk dukungan untuk menyusun peta jalan menuju Nol Emisi di Kawasan.
- Co-Creation for Common Agenda Initiative yang akan meningkatkan kolaborasi dan investasi di bidang konektivitas, perubahan iklim, penguatan UMKM dan start-ups, dengan nilai komitmen USD 35 miliar.
Advertisement
Jokowi: Kerja Sama Ekonomi ASEAN-Jepang Harus Memprioritaskan 2 Hal
Pada pembahasan agenda Partners for Co-Creation, yang lebih banyak menyoroti penguatan kerja sama untuk membangun kawasan yang lebih resilien, stabil dan mapan dari sisi ekonomi, Presiden Jokowi menyampaikan kerja sama ekonomi ASEAN – Jepang ke depan harus memprioritaskan dua hal:
- Pertama, penguatan ketahanan pangan dan energi melalui kerja sama teknologi pertanian dan pangan, serta investasi alih teknologi untuk mempercepat transisi energi.
- Kedua, percepatan transformasi digital untuk up-skilling dan re-skilling SDM, serta integrasi UMKM ke dalam ekosistem digital, di mana ASEAN Japan Center dapat mendukung upaya ini. Presiden Jokowi juga mengharapkan dukungan Jepang untuk mendorong pemanfaatan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), melalui pembentukan RCEP Support Unit di Jakarta.
Kepercayaan Jadi Kunci Kerja Sama ASEAN - Jepang
Benang merah dari seluruh pernyataan Presiden Jokowi dan juga diskusi yang mengemuka di berbagai pertemuan dalam sejumlah agenda pada KTT ASEAN – Jepang, ungkap Menlu Retno, adalah bahwa kerja sama ASEAN – Jepang telah terjalin dengan baik selama 50 tahun dan kerja sama yang baik ini dapat berjalan karena adanya trust satu sama lain.
"Adanya trust yang baik ini juga tercermin dari survei 'the State of Southeast Asia 2023' oleh ISEAS Institute yang menyebutkan Jepang sebagai 'the most trusted major power' bagi masyarakat Asia Tenggara dengan nilai tingkat kepercayaan mencapai 54,4 persen dan hal ini juga terefleksi di dalam pertemuan KTT," ungkap Menlu Retno.
"Oleh karena itu, trust ini harus terus dipupuk dan diperkuat agar Kemitraan ASEAN – Jepang dapat terus membawa manfaat bagi generasi selanjutnya. Kemitraan ASEAN – Jepang juga harus terus berorientasi ke masa depan dengan fokus pada pembangunan berkelanjutan, ekonomi hijau."
Advertisement