Aksi Mahasiswa Aceh Usir Pengungsi Rohingya Jadi Sorotan Media Asing

Sebanyak 137 pengungsi Rohingya akhirnya dipindahkan usai aksi protes dari mahasiswa Aceh.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 28 Des 2023, 16:35 WIB
Diterbitkan 28 Des 2023, 16:35 WIB
Mahasiswa Aceh Tolak Rohingya
Mahasiswa memegang spanduk bertuliskan “Tolak Rohingya” saat berdemonstrasi menentang kedatangan pengungsi Rohingya di depan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Banda Aceh, Rabu (27/12/2023). Aksi diikuti oleh ratusan mahasiswa dari berbagai universitas. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Belum lama ini, sekelompok mahasiswa Aceh melakukan demonstrasi penolakan hingga mengusir para pengungsi Rohingya yang belakangan menjadi sorotan, tak hanya di dalam negeri tapi juga luar negeri. Aksi tersebut berlangsung di Gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA), lokasi 137 pengungsi Rohingya berlindung.

Para mahasiswa memindahkan mereka secara paksa menggunakan truk ke Kantor Kemenkumham Aceh.

Dalam video yang beredar, mahasiswa dalam jumlah banyak menerobos barikade di basemen dan berlarian dengan beringas. Sejumlah pengungsi Rohingya saat itu sedang menggelar salat zuhur ketika mahasiswa menyerbu masuk.

Aksi yang dilakukan oleh gabungan mahasiswa dari sejumlah kampus seperti Al-Washliyah, Universitas Abulyatama, Bina Bangsa Getsempena, dan Universitas Muhammadiyah Aceh ini pun kemudian menjadi sorotan media asing.

Media asal Qatar, Al Jazeera, menyorotnya dalam artikelnya yang berjudul "Indonesian students evict Rohingya from shelter demanding deportation."

"Ratusan mahasiswa di provinsi paling barat Indonesia, Aceh, menyerbu tempat penampungan sementara pengungsi Rohingya, menuntut mereka dideportasi," bunyi petikan dalam artikel itu.

Sementara media asal Jerman, DW, mengangkat isu ini dalam artikel bertajuk "Indonesia students storm Rohingya refugee center."

"Sekelompok mahasiswa Indonesia menyerbu tempat penampungan sementara pengungsi Rohingya dari Myanmar di kota barat Banda Aceh, menuntut mereka dideportasi," tulis artikel tersebut.

Lebih lanjut, media Australia The Australian turut mengulas dalam artikel yang bertajuk "Rohingyas forced out of shelter".

Para Pengungsi Histeris dan Panik

Pengungsi Rohingya di Aceh
Kedatangan pengungsi Rohingya sejak pertengahan November lalu, kini menuai perdebatan warga. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Akibat aksi yang dilakukan kelompok mahasiswa tersebut, sejumlah pengungsi menangis histeris dan panik. Sejumlah pihak dalam komentar di media sosial menilai yang dipertontonkan oleh mahasiswa sebagai sebuah kemunduran drastis.

Dikutip dari laman Regional Liputan6.com, para mahasiswa secara terang-terangan melakukan sentuhan fisik dengan cara menarik paksa, dan mempertontonkan aksi emosional lainnya mulai dari melempar botol air mineral ke arah pengungsi perempuan dan anak-anak, hingga menendang barang-barang yang bisa digapai.

Tidak sampai di situ, mahasiswa juga memaksa untuk memindahkan pengungsi, mengangkut mereka ke atas truk ke kantor Kemenkumham Aceh.

UNHCR: Para Pengungsi Trauma

Pengungsi Rohingya
Sejauh ini, hampir 2.000-an pengungsi Rohingya yang datang sejak 14 November lalu, ditampung di tiga lokasi di Provinsi Aceh. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Sementara itu, pihak Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR mengaku resah melihat kerumunan yang menyerang tempat penampungan para warga Rohingya yang rentan. UNHCR lantas meminta perlindungan tambahan untuk Rohingya.

UNHCR berkata ada 137 pengungsi yang akhirnya dipindahkan.

"Insiden itu membuat para pengungsi syok dan trauma," kata pernyataan UNHCR.

Selain itu, UNHCR menyorot dampak dari misinformasi dan ujaran kebencian yang menyudutkan para pengungsi Rohingya. 

Prabowo soal Rohingya: Tidak Fair Kalau Kita Harus Menerima Semua Pengungsi Itu

Pengungsi Rohingya Sabang Aceh
Pengungsi Rohingya berkumpul di tempat penampungan sementara sebuah pelabuhan di Pulau Sabang, Provinsi Aceh, Indonesia, Senin (18/12/2023). Sebagian besar Muslim Rohingya menjadi sasaran tindakan keras militer Myanmar pada tahun 2017 dan menjadi sasaran penyelidikan genosida Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Sebelumnya dilaporkan, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto bicara soal pengungsi Rohingya yang jumlahnya semakin banyak di Aceh. Prabowo menyebut, permasalahan ini adalah menyangkut dunia dan mesti diselesaikan dengan cara integralistik.

"Jadi masalah Rohingya ini adalah masalah dunia ya kan, menyangkut beberapa negara, tentu Indonesia kita harus mendekatinya dengan suatu sikap dan pendekatan yang integralistik. Kita koordinasi dengan badan-badan internasional, dengan PBB dan sebagainya," kata Prabowo di Banda Aceh, Selasa (26/12).

Meski begitu, Prabowo menekankan untuk mengatasi masalah ini, kepentingan rakyat nasional mesti diutamakan. Sebab, banyak masyarakat Indonesia yang hidupnya susah.

Capres nomor urut dua ini menilai tidak adil jika hanya memberi bantuan kepada pengungsi Rohingya, tetapi rakyat Indonesia hidupnya masih susah.

"Masih banyak rakyat kita yang hidupnya masih susah, jadi tidak begitu fair kalau kita harus menerima semua pengungsi itu menjadi beban kita, walaupun dari segi kemanusiaan kita juga punya rasa solidaritas ingin membantu dan sebagainya,"ujarnya.

Atas hal itu, Prabowo menyebut, persoalan Rohingya mesti diselesaikan secara komprehensif. Prabowo ingin kepentingan bangsa Indonesia diutamakan.

"Jadi ini perlu pendekatan yang integralistik, tapi sekali lagi di ujungnya kita harus menjaga kepentingan bangsa kita dan rakyat kita," pungkasnya.

Infografis Catatan Pengungsi Asing di Indonesia
Infografis Catatan Pengungsi Asing di Indonesia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya