Liputan6.com, Tokyo - Jepang pada Jumat (5/1/2024) meningkatkan operasi pencarian dan penyelamatan di Prefektur Ishikawa yang dilanda gempa dengan mengerahkan polisi tambahan dan anggota Pasukan Bela Diri (SDF). Adapun jumlah korban tewas meningkat menjadi 94 orang dan lebih dari 200 lainnya masih belum ditemukan.
Badan Kepolisian Nasional meningkatkan jumlah tim tanggap bencana di Prefektur Ishikawa menjadi sekitar 1.100 dari 700 orang, sementara pemerintah telah menggandakan jumlah pasukan SDF yang dikerahkan ke daerah yang terdampak bencana menjadi sekitar 5.000 orang.
Di kota pesisir Wajima yang terdampak paling parah, yang juga mengalami kebakaran besar pasca gempa, wali kota mengungkapkan terdapat sekitar 100 kasus orang yang diyakini terjebak di bawah bangunan yang runtuh.
Advertisement
Pencarian korban selamat menghadapi tantangan yang terus berlanjut mengingat kerusakan struktur yang parah, tanah longsor, dan gempa susulan. Lebih dari 30.000 pengungsi tersisa di 370 tempat penampungan di Prefektur Ishikawa. Demikian seperti dilansir Kyodo News.
Sekitar 160 orang terisolasi karena jalan terputus, sementara sekitar 27.000 rumah masih belum mendapat aliran listrik dan sekitar 68.000 orang masih hidup tanpa air bersih di prefektur tersebut.
Masa evakuasi diprediksi akan berkepanjangan, namun pasokan yang memadai belum mencapai daerah-daerah yang membutuhkan dan kekhawatiran mengenai pengelolaan kebersihan pun semakin meningkat.
Jepang Terima Tawaran Bantuan AS
Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Jepang Rahm Emanuel pada Kamis (4/1) menyatakan, Jepang telah menerima tawaran bantuannya seraya mencatat bahwa dukungan logistik dari militer serta makanan dan pasokan lainnya sedang disiapkan.
"Ketika Jepang dalam kondisi membutuhkan, kami di sini untuk mendukung mereka, baik warga sipil dengan sumber daya maupun militer dengan logistik," kata Emanuel kepada Kyodo News.
Bantuan akan bernilai sekitar USD 100.000 atau sekitar Rp1,5 miliar untuk tahap awal.
Emanuel lebih lanjut menuturkan, helikopter akan membantu memindahkan sumber daya masuk dan keluar dari wilayah terdampak, serta berbagai bantuan – mulai dari makanan, air, selimut, dukungan medis hingga insinyur militer untuk jembatan dan jalan – juga tersedia.
"Kita sudah tawarkan (bantuan), diterima. Dan ini baru tahap awal, kalau mereka butuh lebih, mereka selalu bisa mengabarkan," ujarnya.
Advertisement
AS Siap Ikuti Arahan Jepang
Sementara negara-negara dan wilayah di seluruh dunia telah memberikan dukungan dan mengirimkan pesan belasungkawa, Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida mengatakan pada hari sebelumnya bahwa pemerintahannya sejauh ini menolak menerima dukungan personel dan material dari luar negeri karena daerah yang terdampak belum mampu menerima dukungan material atau menyambut relawan.
PM Kishida juga menekankan bahwa Jepang berterima kasih atas dukungan yang tidak akan menimbulkan beban apa pun.
Emanuel mengatakan langkah terbaru Jepang untuk menerima tawaran AS tidak bertentangan dengan pendiriannya, dengan alasan aliansi AS-Jepang dan sumber daya yang sudah ada di negara tersebut.
"Kami akan melakukan apa pun yang diperintahkan Jepang untuk memindahkan sumber daya ke mana pun ... Ini adalah upaya yang dipimpin Jepang. Kami berada dalam posisi asisten, peran sekunder," tegas Emanuel.
Mengenai kapan bantuan akan dimulai, Emanuel menjelaskan, "Saya tidak ingin menentukan batas waktu kapan bantuan akan disalurkan tetapi roda pengirimannya sudah dimulai."
Pasca gempa Jepang pada Senin (1/1), Presiden AS Joe Biden menyatakan negaranya siap memberikan bantuan apa pun yang diperlukan Jepang.
Ketika gempa bumi dan tsunami melanda timur laut Jepang pada tahun 2011, militer AS melakukan misi bantuan bencana yang dikenal sebagai "Operasi Tomodachi", yang melambangkan aliansi bilateral.