Liputan6.com, Tel Aviv - Israel akan melancarkan serangan darat ke Rafah jika Hamas tidak membebaskan sisa sandera yang ditahan di Jalur Gaza pada awal Ramadan. Demikian disampaikan anggota Kabinet Perang Israel Benny Gantz.
"Dunia harus tahu dan para pemimpin Hamas harus tahu – jika pada bulan Ramadan para sandera tidak kembali ke rumah, pertempuran akan berlanjut di mana-mana, termasuk wilayah Rafah," ujar Gantz, yang merupakan seorang pensiunan kepala staf militer, dalam konferensi para pemimpin Yahudi Amerika di Yerusalem pada Minggu (18/2/2024), seperti dilansir CNA, Senin (19/2).
Baca Juga
Ramadan, yang merupakan bulan suci bagi umat Islam, diperkirakan akan dimulai pada 10 Maret.
Advertisement
Pemerintah Israel sebelumnya belum menentukan batas waktu rencana penyerangan terhadap Rafah, kota yang saat ini dihuni lebih dari 1,5 juta pengungsi Jalur Gaza.
Khawatir akan potensi jatuhnya korban dalam jumlah besar, pemerintah asing dan organisasi bantuan telah berulang kali mendesak Israel untuk menyelamatkan Rafah, kota besar terakhir di Jalur Gaza yang belum diserang oleh pasukan darat Israel selama perang sejak 7 Oktober 2023.
Netanyahu Tak Goyah Meski Ditekan Komunitas Internasional
Meskipun ada tekanan internasional yang meningkat, termasuk seruan langsung dari Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan perang Hamas Vs Israel tidak dapat diselesaikan tanpa menekan Rafah.
Berbicara dalam konferensi yang sama pada Minggu, Netanyahu memperbarui janjinya untuk menyelesaikan tugasnya guna meraih kemenangan total atas Hamas dengan atau tanpa kesepakatan penyanderaan.
Gantz menambahkan bahwa serangan ke Rafah akan dilakukan secara terkoordinasi dan pihaknya dalam percakapan dengan AS dan Mesir untuk memfasilitasi evakuasi dan meminimalkan korban sipil sebanyak mungkin.
Namun, di mana warga sipil dapat pindah dengan aman ke wilayah lain di Jalur Gaza yang terkepung masih belum jelas.
Advertisement
Prospek Gencatan Senjata Suram
Pernyataan Gantz muncul setelah perundingan gencatan senjata selama berminggu-minggu gagal menghasilkan kesepakatan. Mediator utama, Qatar, mengakui pada akhir pekan bahwa prospeknya semakin suram.
AS, sekutu dan pendukung utama militer Israel, telah mendorong gencatan senjata selama enam minggu sebagai imbalan atas pembebasan 130 sandera yang diperkirakan Israel masih ditahan di Jalur Gaza, termasuk sekitar 30 orang yang diperkirakan tewas.
Israel mengatakan pihaknya yakin banyak dari sandera tersebut, serta para pemimpin Hamas, berada di Rafah.
Hamas menyandera sekitar 250 orang dalam serangan ke Israel pada 7 Oktober dan mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang.
Sementara itu, otoritas kesehatan Jalur Gaza menyebutkan bahwa serangan pembalasan Israel hingga hari ini telah menewaskan sedikitnya 28.858 orang - sebagian besar perempuan dan anak-anak.