Kelompok Bersenjata Haiti Jarah Perpustakaan Nasional, Keberadaan Dokumen Sejarah Terancam

Perpustakaan Nasional Dangelo Neard dijarah oleh oleh kelompok bersenjata di Haiti.

oleh Tim Global diperbarui 05 Apr 2024, 09:03 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2024, 09:03 WIB
Protes Haiti
Geng dengan aksi kekerasan telah berbuat sangat keji, dengan rincian aksi seperti pemerkosaan dan pembunuhan brutal yang terjadi di ibu kota negara yang sedang bermasalah itu. (Richard PIERRIN/AFP)

Liputan6.com, Port-au-prince - Perpustakaan Nasional Haiti dijarah oleh geng-geng bersenjata yang meneror ibu kota Port-au-Prince.

Sementara itu UNESCO mengutuk serangan "menghancurkan" lembaga pendidikan dan seni di kota itu, dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (5/4/2024).

Direktur Perpustakaan Nasional Dangelo Neard mengatakan, sejarah Haiti -- republik tertua kedua di Belahan Bumi Barat -- kini terancam.

"Koleksi dokumenter kami dalam bahaya. Kami memiliki dokumen langka berumur lebih dari 200 tahun, yang penting bagi warisan budaya kami, yang terancam dibakar atau dirusak oleh para penjahat," katanya.

"Saya diberitahu bahwa para penjahat itu mengambil perabotan lembaga. Mereka juga merampok generator gedung."

Kelompok-kelompok bersenjata menguasai sebagian besar Port-au-Prince dan wilayah perdesaan karena tidak adanya pemerintahan yang berfungsi dan terus tertundanya pembentukan otoritas transisi yang dijanjikan.

Setelah situasi relatif tenang selama beberapa hari, serangan kembali meningkat di beberapa kawasan Port-au-Prince sejak Senin.

Serangan terhadap Perpustakaan Nasional terjadi setelah serangan terhadap dua universitas pekan lalu, masing-masing Ecole Normale Superieure dan National School of Arts.

National School of Arts "mempromosikan perkembangan para seniman dan pengaruh seni Haiti di seluruh dunia," kata organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan PBB (UNESCO) dalam sebuah pernyataan yang mengutuk vandalisme di lembaga itu.

 

Tindakan Vandalisme Punya Konsekuensi Buruk

Protes Haiti
Sementara itu sebuah kelompok aktivis hak asasi manusia (HAM) mendesak komunitas dunia internasional untuk segera turun tangan dan ikut mengakhiri kekerasan yang dilakukan oleh geng-geng kriminal di Haiti. (Richard PIERRIN/AFP)

Sementara itu Ecole Normale Superieure, yang menurut UNESCO merupakan lokasi pembakaran, adalah "salah satu pilar" sistem pendidikan Haiti, selain sebagai lembaga pendidikan guru yang tertua di negara itu.

"Tindakan vandalisme, penjarahan dan pembakaran lembaga-lembaga pendidikan negara memiliki konsekuensi yang menghancurkan bagi masa depan masyarakat Haiti," kata UNESCO.

Juga pekan lalu, dua fasilitas layanan kesehatan dan 10 apotek juga dijarah, kata kantor kemanusiaan PBB, Rabu, sementara rumah sakit yang tersisa menghadapi tekanan yang kian besar.

Polisi nasional Haiti yang terpojok mengeluarkan pernyataan hari Selasa bahwa mereka "bertekad dan berkomitmen untuk memulihkan ketertiban dan perdamaian."

Infografis Rusuh di Capitol Hill AS. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rusuh di Capitol Hill AS. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya