Kecam Veto Gagalkan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Ketua BKSAP DPR Fadli Zon: AS Tak Layak Jadi Penengah Konflik Palestina-Israel

Langkah AS memveto resolusi untuk Palestina jadi anggota penuh PBB menuai kecaman keras dari Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Fadli Zon.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 20 Apr 2024, 21:09 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2024, 20:39 WIB
Fadli Zon
Fadli Zon. (X Twitter)

Liputan6.com, Jakarta - Upaya Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB kembali terjegal. Amerika Serikat (AS) menggunakan hak veto untuk menggagalkan usaha tersebut di Dewan Keamanan/ DK PBB pada Kamis 18 April 2024 sore waktu New York.

AS kembali memveto draf resolusi yang diajukan Aljazair dan didukung 12 dari total 15 negara anggota DK PBB. Sementara dua anggota DK PBB yaitu Inggris dan Swiss memilih abstain dan Amerika menolak dengan veto.

Langkah AS tersebut menuai kecaman keras dari Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Fadli Zon.

"Sangat disayangkan veto AS atas draf resolusi tersebut. Veto ini menunjukkan sikap standar ganda dan anti perdamaian. Semakin penting adanya reformasi institusi tatanan dunia. Jadi pasti ada konsekuensi dari tindakan AS itu," ujar Fadli mengingatkan seperti tertuang dalam siaran pers BKSAP DPR RI yang dikutip Sabtu (20/4/2024).

Konsekuensi pertama, kata Fadli, terkait tuntutan lebih keras urgensi dan kedaruratan melakukan reformasi DK PBB supaya lebih demokratis, fair, representatif, dan efektif dalam menunaikan fungsinya menjaga keamanan dan kedamaian internasional seperti tertuang di dalam Piagam PBB Pasal 24.

"Mekanisme veto terbukti seringkali menghambat penegakkan keamanan dan perdamaian internasional di berbagai konflik di dunia, terutama ketika konflik tersebut beririsan langsung dengan kepentingan negara-negara pemegang hak veto," papar Fadli Zon.

"Mekanisme veto secara faktual telah benar-benar menyandera penegakkan keamanan dan perdamaian dunia. Bukti paling sahih atas fakta tersebut adalah berlarut-larutnya konflik Palestina-Israel yang sudah hampir 80 tahun berjalan sejak 1947, termasuk kegagalan menghentikan genosida Israel yang menewaskan lebih dari 34 ribu rakyat Palestina di Jalur Gaza dengan lebih 70 persen adalah anak-anak dan perempuan," jelas mantan Wakil Ketua DPR itu.

 

 

AS Tak Layak jadi Penengah Penyelesaian Konflik Palestina-Israel

Ilustrasi bendera Amerika Serikat (AS)
Ilustrasi Amerika Serikat (AS). (Freepik)

Konsekuensi lain, imbuh Fadli, veto kian menegaskan dukungan AS kepada Israel termasuk saat Israel melakukan genosida terhadap rakyat Palestina.

"Sekadar contoh, sebuah data intelijen yang diberikan kepada Kongres AS menyebutkan bahwa Israel telah menjatuhkan lebih dari 22.000 bom yang dipasok AS di Gaza dalam satu setengah bulan pertama perang sejak 7 Oktober 2023," ungkap dia.

Politikus Gerindra tersebut mengakui bahwa keberpihakan AS kepada Israel sudah menjadi rahasia sangat umum lantaran lobi Zionis Yahudi yang sangat kental terhadap politik dalam negeri AS.

"AS tak layak menjadi penengah dalam menyelesaikan konflik Palestina-Israel, karena bagaimanapun AS akan selalu memihak Israel. Namun saya mengingatkan keberpihakan mutlak AS kepada Israel dalam jangka panjang akan sangat merugikan rakyat AS secara keseluruhan. AS akan semakin terisolasi dan AS akan dinilai sebagai negara pendukung kejahatan perang dan pelanggar HAM. Selain itu, sikap AS tersebut akan semakin memperuncing konflik geopolitik yang melibatkan Rusia dan China," tuturnya.

Serukan Masyarakat Global Termasuk Indonesia untuk Tekan AS Bersikap Netral di Konflik Palestina-Israel

Ketua BKSAP DPR RI Fadli Zon di dalam pertemuan khusus parlemen Asia yang tergabung dalam Asian Parliamentary Assembly (APA) di Baku, Azerbaijan. (Dok BKSAP DPR RI)
Ketua BKSAP DPR RI Fadli Zon. (Dok BKSAP DPR RI)

Terkait sikap berat sebelah AS itu, legislator Komisi I DPR itu menyerukan masyarakat global termasuk Indonesia agar terus menekan AS supaya bersikap netral dan lebih obyektif dalam menyikapi masalah konflik Palestina-Israel.”

Pada sisi lain, politikus yang juga Wakil Presiden the League of Parliamentarians for Al Quds, organisasi global pro Palestina yang berbasis di Istanbul, itu memperingatkan bahwa veto AS akan semakin menyulut berbagai tindakan unilateral terutama yang dilakukan oleh pihak pejuang-pejuang perlawanan Palestina.

"Kita tak bisa mengabaikan bahwa aksi Hamas pada 7 Oktober lalu antara lain dipicu karena tidak hadirnya keadilan global dalam menyelesaikan konflik Palestina-Israel. Alih-alih membawa keamanan dan perdamaian global, mekanisme veto justru memicu kekacauan dan peperangan atau aksi kekerasan lebih mendalam," lanjut dia.

 

Mayoritas Masyarakat Global Menghendaki Pengakuan Palestina Sebagai Negara utuh dan Diakui Penuh PBB

Duta Besar Robert A. Wood dari Amerika Serikat memberikan suara menentang atau memveto rancangan resolusi mengenai pengakuan Palestina di Dewan Keamanan PBB. (UN Photo)
Duta Besar Robert A. Wood dari Amerika Serikat memberikan suara menentang atau memveto rancangan resolusi mengenai pengakuan Palestina di Dewan Keamanan PBB. (UN Photo)

Hal lainnya lagi, kata politikus berdarah Minang tersebut, veto AS terakhir membuktikan bahwa mayoritas masyarakat global menghendaki pengakuan Palestina sebagai negara yang utuh dan diakui secara penuh oleh PBB.

"Pengakuan eksistensi Palestina sebagai sebuah negara hampir menjadi konsensus dunia. Bahkan beberapa negara Anggota Tetap DK PBB yang seringkali memihak Israel seperti Inggris dan Prancis sudah mulai melunak dan menyadari pentingnya pengakuan negara Palestina,"" pungkas dia.

Infografis Menlu Retno Desak 3 Tuntutan Dukung Palestina di DK PBB. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Menlu Retno Desak 3 Tuntutan Dukung Palestina di DK PBB. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya