Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri (Kemlu RI) meminta agar mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat untuk berhati-hati dalam penyampaian aspirasi terkait perang Gaza.
Hal ini ia sampaikan dalam merespons aksi unjuk rasa yang mengguncang sejumlah kampus top di Amerika Serikat, seperti di Harvard hingga Columbia University.
Baca Juga
"Kementerian Luar Negeri (Kemlu RI) dan kantor perwakilan Indonesia di Amerika Serikat terus memantau proses unjuk rasa yang terjadi di beberapa kampus, terkait dengan dukungan terhadap Gaza," kata Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu RI Judha Nugraha pada Jumat (26/4/2024) di Jakarta.
Advertisement
"Tentu ini adalah bentuk aspirasi yang perlu disalurkan sesuai dengan hukum setempat (Amerika Serikat)."
"Namun, kami tentu mengimbau agar penyampaian pendapat itu bisa dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum negara setempat dan berhati-hati menjaga diri saat melakukan pandangan tersebut."
Sebelumnya, protes terhadap perang di Jalur Gaza menyebar dari Columbia University dan Yale University ke universitas-universitas lain di Amerika Serikat (AS), sementara pihak terkait berupaya meredakan gelombang aksi yang terus berkembang.
Pada Senin (22/4) malam, polisi membubarkan protes di New York University (NYU) dan melakukan sejumlah penangkapan. Sehari sebelumnya, lusinan siswa ditangkap di Yale University.
Aksi protes serupa juga bermunculan di University of California, Massachusetts Institute of Technology (MIT), dan perguruan tinggi lain di seluruh Negeri Paman Sam.
Aksi Demo Guncang Kampus Top di AS
Demonstrasi dan perdebatan sengit mengenai perang Hamas Vs Israel serta kebebasan berpendapat dilaporkan telah mengguncang kampus-kampus AS sejak 7 Oktober, di mana perang terbaru dimulai. Para pelajar dari kedua belah pihak mengatakan terjadi peningkatan insiden antisemitisme dan Islamofobia. Demikian seperti dilansir BBC, Selasa (23/4).
Ketika ditanya tentang demo terkait perang Gaza di kampus-kampus, Presiden Joe Biden mengatakan dia mengutuk protes antisemitisme serta mereka yang tidak memahami apa yang terjadi dengan warga Palestina.
Gerakan protes kampus menjadi sorotan global minggu lalu setelah polisi Kota New York dipanggil ke kampus Columbia University dan menangkap puluhan demonstran.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, pihak Columbia University mengumumkan bahwa semua kelas akan diadakan secara virtual, di mana Presiden Columbia University Minouche Shafik mengutip insiden "perilaku yang mengintimidasi dan melecehkan".
Shafik mengatakan ketegangan di kampus telah "dieksploitasi dan diperkuat oleh individu-individu yang tidak berafiliasi dengan Columbia yang datang ke kampus untuk mengejar agenda mereka sendiri".
Advertisement