Situasi di Gaza Memburuk, Turki Tangguhkan Perdagangan dengan Israel

Turki menggarisbawahi bahwa hubungan perdagangan dengan Israel dapat dilanjutkan dengan syarat.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 03 Mei 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2024, 08:28 WIB
Militer Israel Kembali Bombardir Jalur Gaza
Warga Palestina memeriksa kerusakan di sekitar bangunan tempat tinggal setelah serangan udara Israel di kamp pengungsi Rafah di Jalur Gaza Selatan pada 1 Desember 2023, (SAID KHATIB/AFP)

Liputan6.com, Ankara - Turki menangguhkan semua perdagangan dengan Israel menyusul tragedi kemanusiaan yang semakin buruk di Jalur Gaza. Perdagangan antara kedua negara bernilai hampir USD 7 miliar tahun lalu.

Penangguhan perdagangan, sebut Turki, mencakup semua produk.

"Turki akan secara ketat dan tegas menerapkan langkah-langkah baru ini sampai pemerintah Israel mengizinkan aliran bantuan kemanusiaan yang cukup dan tidak terputus ke Jalur Gaza," demikian pernyataan Kementerian Perdagangan Turki, seperti dilansir BBC, Jumat (3/5/2024).

Menteri luar negeri Israel menuduh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertindak seperti seorang "diktator".

Israel Katz mengatakan di X bahwa Erdogan "mengabaikan kepentingan rakyat dan pengusaha Turki serta mengabaikan perjanjian perdagangan internasional".

Dia menambahkan bahwa dia telah menginstruksikan Kementerian Luar Negeri Israel untuk mencari alternatif perdagangan menyusul langkah Turki, dengan fokus pada produksi lokal dan impor dari negara lain.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Naik Turun Hubungan Turki-Israel

Potret Anak-anak dan Perempuan di Gaza
Seorang wanita Palestina bersama seorang anak berdiri di depan puing-puing rumah yang hancur akibat pengeboman Israel di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 6 Maret 2024. (Foto oleh AFP)

Pada tahun 1949, Turki menjadi negara mayoritas muslim pertama yang mengakui Israel. Namun, hubungan keduanya memburuk dalam beberapa dekade terakhir.

Tahun 2010, Turki memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel setelah 10 aktivis Turki pro-Palestina tewas dalam bentrokan dengan pasukan komando Israel yang menaiki kapal milik Turki yang mencoba mendobrak blokade maritim Israel di Jalur Gaza.

Hubungan kembali membaik pada tahun 2016, namun kedua negara saling mengusir diplomat utama masing-masing dua tahun kemudian karena perselisihan mengenai pembunuhan Israel terhadap warga Palestina di tengah protes di perbatasan Jalur Gaza-Israel.

Erdogan semakin keras dalam mengkritik Israel sejak perang terbaru di Jalur Gaza pecah pada 7 Oktober 2023.

Pada Januari, Erdogan mengatakan serangan militer yang dilancarkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terhadap Jalur Gaza "tidak kurang dari apa yang dilakukan Hitler".

Netanyahu membalasnya dengan mengatakan, "Erdogan, yang melakukan genosida terhadap suku Kurdi, yang memegang rekor dunia karena memenjarakan jurnalis yang menentang pemerintahannya, adalah orang terakhir yang bisa memberitakan moralitas kepada kami."


Dermaga Buatan AS Akan Segera Beroperasi

Distribusi Makanan Warga Gaza Palestina
Warga berkerumun menunggu distribusi makanan di Rafah, Jalur Gaza selatan, Palestina, Rabu (8/11/2023). Sejak dimulainya perang Israel-Hamas, Israel membatasi jumlah makanan dan air yang diperbolehkan masuk ke wilayah Jalur Gaza sehingga menyebabkan kelaparan yang meluas di seluruh wilayah tersebut. (AP Photo/Hatem Ali)

Israel semakin mendapat kecaman atas kondisi di Jalur Gaza. Sebuah penilaian yang didukung PBB mengatakan bulan lalu bahwa 1,1 juta orang menghadapi bencana kelaparan di wilayah kantong tersebut.

Pada hari Kamis (2/5), Gedung Putih mengatakan sebuah dermaga yang dibangun oleh militer Amerika Serikat (AS) untuk memfasilitasi aliran bantuan ke wilayah tersebut akan dibuka dalam beberapa hari mendatang.

Israel membantah membatasi pengiriman bantuan dan menyalahkan PBB karena gagal mendistribusikannya kepada mereka yang membutuhkan di Jalur Gaza.

Israel melancarkan kampanye militer ke Jalur Gaza untuk menghancurkan Hamas sebagai respons atas serangan kelompok tersebut ke Israel selatan pada 7 Oktober, yang diklaim Israel menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 253 lainnya.

Otoritas kesehatan Jalur Gaza menyebutkan bahwa lebih dari 34.500 warga Palestina tewas dibunuh Israel di Jalur Gaza sejak hari itu.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya