Liputan6.com, Istanbul - Maskapai Qatar Airways dilaporkan kembali mengalami turbulensi.
"12 orang terluka ketika sebuah pesawat Qatar Airways yang terbang dari Doha ke Dublin pada hari Minggu (26/4) mengalami turbulensi," kata otoritas bandara seperti dikutip dari Associated Press (AP), Senin (27/5/2024).
"Delapan orang yang terluka dirawat di rumah sakit," imbuh pihak bandara.
Advertisement
Bandara Dublin mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penerbangan QR017, sebuah Boeing 787 Dreamliner, mendarat dengan selamat sesuai jadwal sebelum jam 1 siang waktu setempat (12.00 GMT).
Dikatakan bahwa setelah mendarat, pesawat tersebut disambut oleh layanan darurat, termasuk polisi bandara dan departemen pemadam kebakaran dan penyelamatan, “karena enam penumpang dan enam awak … melaporkan cedera setelah pesawat mengalami turbulensi saat mengudara di atas Turki.”
Pihak bandara juga mengatakan semua penumpang diperiksa apakah ada cedera di dalam pesawat, dan delapan orang kemudian dibawa ke rumah sakit.
Penumpang Paul Mocc mengatakan kepada outlet Irlandia RTE bahwa dia melihat “orang-orang menghantam atap” dan makanan serta minuman beterbangan ke mana-mana.
Pelancong lain, Emma Rose Power, mengatakan kepada RTE bahwa setelah turbulensi, “beberapa pramugari yang saya lihat, ada goresan di wajahnya, ada es di wajahnya. Ada seorang gadis yang lengannya digendong.”
Penumpang Terluka Menerima Perawatan Medis
Qatar Airways mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “sejumlah kecil penumpang dan awak pesawat mengalami luka ringan dalam penerbangan dan sekarang menerima perawatan medis.”
“Masalah ini sekarang sedang dalam penyelidikan internal,” kata pihak Qatar Airways.
Insiden ini terjadi lima hari setelah seorang pria Inggris meninggal karena dugaan serangan jantung dan puluhan orang terluka ketika penerbangan Singapore Airlines dari London mengalami turbulensi parah.
Penumpang dan awak pesawat menderita cedera tengkorak, otak, dan tulang belakang ketika mereka terlempar dengan keras di sekitar kabin selama cobaan berat yang mengerikan itu.
Singapore Airlines sejak itu memperketat aturan sabuk pengaman mereka.
Pakar keselamatan udara mengatakan bahwa penumpang sering kali terlalu santai dalam mengenakan sabuk pengaman, sehingga berisiko jika pesawat mengalami turbulensi yang tidak terduga.
Meskipun korban jiwa akibat turbulensi jarang terjadi, namun jumlah korban cedera terus bertambah selama bertahun-tahun.
Beberapa ahli meteorologi dan analis penerbangan mencatat bahwa laporan pertemuan turbulensi juga meningkat dan menunjukkan potensi dampak perubahan iklim terhadap kondisi penerbangan.
Advertisement