China: Sulit Menghadiri KTT Perdamaian Ukraina

KTT Perdamaian Ukraina dijadwalkan digelar pada 15-16 Juni di Swiss.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 01 Jun 2024, 10:04 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2024, 10:04 WIB
Ilustrasi perang.
Ilustrasi perang. (Dok. Unsplash/Ahmed Zalabany @zalab8)

Liputan6.com, Beijing - China pada hari Jumat (31/5/2024) mengatakan bahwa akan sulit untuk ambil bagian dalam KTT Perdamaian Ukraina jika Rusia tidak hadir. 

Meskipun China mengatakan bahwa mereka adalah pihak netral dalam konflik Ukraina, China telah dikritik karena menolak mengutuk Rusia atas serangan mereka.

Ukraina sedang berusaha untuk meningkatkan kehadiran partisipan pada KTT perdamaian, di mana mereka berharap mendapatkan dukungan internasional yang luas atas visinya mengenai syarat-syarat yang diperlukan untuk mengakhiri perang dengan Rusia.

Presiden Volodymyr Zelenskyy pun mendesak China untuk ambil bagian. Pada hari Jumat, Beijing bersikeras bahwa pertemuan puncak semacam itu memerlukan partisipasi Rusia, yang mana gagasan itu ditolak oleh Ukraina.

"China selalu menegaskan bahwa KTT Perdamaian Internasional harus mendapat pengakuan dari Rusia dan Ukraina, partisipasi yang setara dari semua pihak dan diskusi yang adil mengenai semua rencana perdamaian," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning, seperti dilansir CNA, Sabtu (1/6).

"Jika tidak, sulit bagi konferensi ini untuk memainkan peran substantif dalam memulihkan perdamaian. Pengaturan pertemuan tersebut masih belum memenuhi persyaratan China dan harapan masyarakat internasional, sehingga menyulitkan China untuk hadir."

Peran Konstruktif

Perang Rusia - Ukraina
Dalam foto yang disediakan oleh Layanan Darurat Ukraina, petugas pemadam kebakaran memeriksa lokasi serangan rudal Rusia yang menghantam sebuah hotel di Kharkiv, Ukraina, Rabu (10/1/2024). Dua rudal Rusia menghantam hotel tersebut dan melukai 11 orang. (Ukrainian Emergency Service via AP)

Rusia menolak gagasan KTT Perdamaian tanpa kehadirannya dan menyebutnya sebagai hal yang tidak masuk akal.

Di sela-sela Dialog Shangri-La di Singapura pada hari Jumat, pejabat tinggi pertahanan China menegaskan kembali posisi objektif dan tidak memihak Beijing dalam perang Ukraina.

"Kami menghormati komitmen kami untuk tidak memberikan senjata kepada kedua pihak yang berkonflik," kata juru bicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian, setelah pertemuan yang jarang terjadi antara Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin dan Menteri Pertahanan China Dong Jun.

"Kami telah menerapkan kontrol ketat terhadap ekspor barang-barang militer."

Wu Qian menambahkan, "China akan terus mendorong perundingan perdamaian dan memainkan peran konstruktif, namun kami dengan tegas menentang AS yang mengalihkan kesalahan kepada kami."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya