Peneliti Temukan Rekahan di Enceladus, Tanda Kehidupan?

Para peneliti mengklaim temuan ini bisa membantu menentukan karakteristik lautan di bawah permukaan Enceladus yang terdiri dari es.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 07 Jun 2024, 05:00 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2024, 05:00 WIB
Enceladus
Enceladus, salah satu bulan yang mengorbit planet Saturnus. (Sumber Jet Propulsion Laboratory NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan menemukan tanda-tanda kehidupan di Enceladus, salah satu satelit Saturnus. Hal ini didasarkan penelitian yang mencermati data yang dikumpulkan wahana antariksa Cassini milik NASA di bulannya Saturnus tersebut.

Baru-baru ini para peneliti menemukan pergerakan geser berdampingan di sepanjang "garis-garis harimau" di permukaan Enceladus. Garis-garis harimau (tiger stripes) di Enceladus, bulan terbesar keenam Saturnus, adalah punggung bukit rendah dengan retakan di tengah.

Garis-garis ini sejajar di garis lintang kutub selatan bulan dan terlihat seperti pola patahan yang bergerigi, sedikit melengkung, dan terus-menerus. Melansir Live Science pada Rabu (05/06/2024), para ahli memperkirakan rekahan ini memiliki hubungan semburan kristal es yang meletus dari cangkang es di Enceladus.

Para peneliti mengklaim temuan ini bisa membantu menentukan karakteristik lautan di bawah permukaan Enceladus yang terdiri dari es. Sekaligus menyelidiki apakah Enceladus mendukung kehidupan atau tidak.

Garis-garis harimau di Enceladus terdiri dari empat rekahan garis paralel di kutub bagian selatan. Menariknya, rekahan ini disebut sebagai Cryovolcanism.

Cryovolcanism adalah letusan cairan atau uap dari air atau elemen lain yang akan membeku. Cryovolcanism di wilayah ini melontarkan kristal-kristal es yang diyakini berasal dari lautan Enceladus yang terkubur.

Hal ini menyebabkan gumpalan material yang luas berkumpul di kutub selatan bulan Saturnus ini. Semburan yang dihasilkan rekahan ini tampaknya bervariasi dalam pola yang sejalan dengan orbit Enceladus selama 33 jam mengelilingi Saturnus.

Hal ini membuat para ilmuwan berteori tentang aktivitas semburan meningkat seiring dengan tekanan pasang surut yang bekerja pada garis-garis harimau tersebut. Namun, teori ini tidak dapat menjelaskan mengapa semburan Enceladus mencapai puncak kecerahannya beberapa jam setelah tekanan pasang surut mencapai maksimum.

Bahkan ada puncak kedua yang lebih kecil yang terlihat tak lama setelah Enceladus mendekati Saturnus. Simulasi numerik tentang tekanan pasang surut Enceladus dan gerakan patahan garis harimau mengidentifikasi fenomena yang mirip dengan yang terlihat di patahan San Andreas.

 

Bukti Kuat Keberadaan Alien

Sebelumnya, tim misi Cassini menemukan bukti bahan utama untuk kehidupan dan sumber energi super untuk bahan bakarnya. Dikutip dari laman Space pada Rabu (05/06/2024), ilmuwan mengetahui gumpalan awan raksasa butiran es dan uap air yang dimuntahkan dari Enceladus kaya akan senyawa organik.

Kini, para ilmuwan yang menganalisis data dari misi Cassini milik NASA yang membawa bukti kelayakhunian. NASA sudah selangkah lebih maju usai menemukan bukti kuat keberadaan hidrogen sianida (HCN), sebuah molekul yang menjadi kunci asal mula kehidupan.

Para peneliti juga menemukan bukti bahwa lautan, yang bersembunyi di bawah lapisan es Enceladus, menyimpan sumber energi kimia yang kuat. Sumber energi yang belum teridentifikasi hingga saat ini itu berupa beberapa senyawa organik, yang beberapa di antaranya berfungsi sebagai bahan bakar bagi organisme.

Sebelumnya, pada 2017, para ilmuwan menemukan bukti di Enceladus tentang materi kimiawi yang dapat membantu mempertahankan kehidupan di lautan. Kombinasi karbon dioksida, metana, dan hidrogen dalam gumpalan awan gas itu menunjukkan adanya metanogenesis, proses metabolisme yang menghasilkan metana.

Metanogenesis tersebar luas di Bumi, dan mungkin sangat penting bagi asal mula kehidupan di planet Bumi.

 

Misi Pencarian Alien

Untuk menemukan bukti kelayakhunian satelit Saturnus ini, National Aeronautics and Space Administration (NASA) atau Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat tengah mengembangkan robot canggih berbentuk ular bernama Exobiology Extant Life Surveyor (EELS). Robot ini dirancang untuk menjelajahi bulan Saturnus, Enceladus yang diyakini memiliki lautan tersembunyi di bawah permukaan esnya.

Misi utama EELS adalah mencari tanda-tanda kehidupan di lautan tersebut. Desain EELS terinspirasi dari ular karena bentuknya yang fleksibel dan mampu bergerak di berbagai medan.

Robot ini terdiri dari beberapa segmen yang terhubung, memungkinkannya untuk melata, menjangkau celah, dan beradaptasi dengan lingkungan yang tidak rata. Kemampuan ini sangat penting untuk menjelajahi medan es Enceladus yang kompleks.

Robot NASA untuk misi Saturnus ini dilengkapi dengan berbagai sensor untuk mendeteksi air, bahan organik, dan tanda-tanda kehidupan lainnya. EELS juga dapat beroperasi secara mandiri dan mengambil keputusan berdasarkan informasi yang dikumpulkannya.

Misi EELS berpotensi untuk merevolusi pemahaman kita tentang kehidupan di luar angkasa. Jika EELS berhasil menemukan tanda-tanda kehidupan di Enceladus, Hal ini akan menjadi bukti kuat bahwa kehidupan dapat eksis di luar planet Bumi.

Penemuan ini akan membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut tentang asal-usul kehidupan dan potensi keberadaan kehidupan di planet lain. EELS dapat digunakan di planet lain, seperti Mars untuk membantu menjelajah di bawah permukaan dan bahkan di seluruh permukaan.

Hal ini bisa membantu pencarian kehidupan di Mars jauh lebih mudah. Terutama mengingat para ilmuwan percaya bukti air di Mars bisa tersembunyi di bawah bukit pasirnya.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya