Netanyahu Akui Israel Terlibat Perang Multi-Front, AS Pastikan Siap Bela

AS telah mengumumkan penambahan pengerahan sejumlah aset strategisnya di Timur Tengah.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 05 Agu 2024, 08:08 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2024, 08:08 WIB
Benjamin Netanyahu
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. (Dok. AP)

Liputan6.com, Tel Aviv - Israel sudah terlibat dalam "perang multi-front" dengan Iran dan proksi-proksinya. Demikian pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam rapat kabinet pada hari Minggu (4/8/2024).

Netanyahu juga menegaskan bahwa Israel siap untuk skenario apa pun.

Adapun Amerika Serikat (AS) dan sekutu bersiap untuk membela Israel dari serangan balasan yang diperkirakan akan terjadi dan mencegah konflik regional yang lebih merusak.

"Kami melakukan segala yang mungkin untuk memastikan bahwa situasi ini tidak memanas," ujar Wakil Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jon Finer kepada ABC, seperti dilansir AP, Senin (5/8).

Pentagon seperti dikutip dari situs web-nya mengonfirmasi pemindahan aset-aset penting ke Timur Tengah, termasuk Kelompok Kapal Induk Penyerang USS Abraham Lincoln; kapal penjelajah dan kapal perusak tambahan yang mampu menahan rudal balistik ke wilayah Komando Eropa AS dan Komando Pusat AS; rudal balistik darat tambahan; dan skuadron tempur tambahan.

Pada Minggu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin berbicara via telepon dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant untuk menyatakan kembali dukungan kuat AS terhadap keamanan Israel dan hak untuk membela diri terhadap ancaman dari Iran, Hizbullah, Houthi, dan kelompok lain yang didukung Iran.

"Mereka membahas langkah-langkah yang diambil untuk meningkatkan perlindungan bagi pasukan AS, mendukung pertahanan Israel, dan mencegah serta meredakan ketegangan yang lebih luas di kawasan tersebut," ujar Sekretaris Pers Pentagon Pat Ryder.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi melakukan perjalanan langka ke Iran sebagai bagian dari upaya diplomatik.

"Kami ingin eskalasi berakhir," kata Safadi.

Ketegangan meningkat dengan cepat pekan lalu menyusul serangkaian pembunuhan terhadap pemimpin senior Hizbullah dan Hamas. Iran dan sekutunya menyalahkan Israel dan mengancam akan membalas.

Di lain sisi, Hamas mengatakan telah memulai diskusi untuk memilih pemimpin baru.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pembunuhan Warga Palestina oleh Israel Terus Berlanjut

Operasi Darat Israel di Jalur Gaza
Pasukan darat Israel memasuki Gaza pada akhir Oktober dan dengan cepat mengepung Kota Gaza, pemukiman utama di utara. (AP Photo/Victor R. Caivano)

Dalam perkembangan terpisah, serangan penusukan pada hari Minggu di dekat Tel Aviv menewaskan seorang wanita berusia 70-an dan seorang pria berusia 80 tahun, menurut layanan penyelamatan Magen David Adom Israel, sementara dua orang lainnya terluka. Polisi mengatakan serangan itu dilakukan oleh seorang militan Palestina, yang "dinetralkan."

Di Jalur Gaza, otoritas kesehatan mengonfirmasi sedikitnya 25 orang tewas dan 19 lainnya terluka ketika Israel menyerang dua sekolah di Kota Gaza. Militer Israel mengklaim serangan itu mengenai pusat komando Hamas.

"Seperti yang Anda lihat, tidak ada peralatan untuk menyelamatkan yang terluka. Tim penyelamat menggali dengan tangan mereka," kata seorang pria, Yusuf Al-Mashharawi.

Sebelumnya, serangan Israel menewaskan sedikitnya 18 orang. Satu serangan menghantam kamp tenda bagi ribuan warga Palestina yang mengungsi di halaman Rumah Sakit Al-Aqsa Martyrs, menewaskan empat orang, termasuk seorang wanita.

Militer Israel mengaku pihaknya menargetkan seorang militan Palestina dalam serangan itu, yang menurut mereka menyebabkan ledakan sekunder, menunjukkan adanya persenjataan di daerah tersebut.

Rumah sakit di Deir al-Balah adalah fasilitas medis utama yang beroperasi di Gaza tengah.


Eskalasi Konflik

Potret Anak-anak dan Perempuan di Gaza
Seorang wanita Palestina bersama seorang anak berdiri di depan puing-puing rumah yang hancur akibat pengeboman Israel di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 6 Maret 2024. (Foto oleh AFP)

Perang di Jalur Gaza diawali oleh serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023 ke Israel selatan, yang diklaim Israel menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan sekitar 250 orang disandera. Per 24 Juli, 116 sandera telah dibebaskan dalam kondisi hidup, di mana 105 dirilis via kesepakatan pertukaran, empat dirilis oleh Hamas secara sepihak, dan tujuh diselamatkan oleh pasukan Israel.

Serangan balasan Israel ke Jalur Gaza telah menewaskan sedikitnya 39.580 warga Palestina. Tidak hanya itu, serangan brutal Israel juga menyebabkan kerusakan yang meluas serta membuat sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Jalur Gaza mengungsi hingga beberapa kali.

Hizbullah dan Israel terus saling tembak di sepanjang perbatasan Lebanon sejak perang dimulai, dengan tingkat keparahan yang meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Hizbullah mengatakan serangan itu ditujukan untuk meredakan tekanan terhadap Hamas.

Kini, semakin banyak negara, termasuk AS, mendorong warga negaranya untuk meninggalkan Lebanon setelah pembunuhan seorang komandan senior Hizbullah Fuad Shukr pekan lalu.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya