Laporan PBB: Tingkat Pengangguran Anak Muda di Dunia Capai Tingkat Terendah dalam 15 Tahun

Mayoritas anak muda tidak memiliki pekerjaan yang tetap dan aman. ILO menambahkan bahwa pemulihan pasca-pandemi belum terjadi secara merata di semua wilayah.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 14 Agu 2024, 12:07 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2024, 12:07 WIB
Ilustrasi resign, pindah kerja
Ilustrasi resign, pindah kerja. (Image by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan pada hari Senin (12 Agustus 2024) bahwa tingkat pengangguran pemuda global telah mencapai level terendah dalam 15 tahun terakhir. Ini sebagian besar karena tidak semua wilayah telah pulih sepenuhnya dari dampak pandemi COVID-19.

Laporan Channel News Asia yang dikutip Rabu (13/8/2024) menyebut Organisasi Buruh Internasional (ILO) menyatakan bahwa jumlah pemuda berusia 15 hingga 24 tahun yang tidak bekerja, bersekolah atau menjalani pelatihan (not in employment, education or training/NEET) masih menjadi perhatian utama.

ILO menambahkan bahwa pemulihan pasca-pandemi belum terjadi secara merata di semua wilayah.

"Pemuda di beberapa wilayah dan banyak perempuan muda belum merasakan manfaat dari pemulihan ekonomi," kata ILO.

Pada tahun 2023, total pengangguran pemuda di seluruh dunia sebanyak 64,9 juta orang, yang merupakan angka terendah sejak awal milenium. Tingkat pengangguran pemuda tahun lalu sebesar 13 persen merupakan level terendah dalam 15 tahun dan turun dari tingkat pra-pandemi sebesar 13,8 persen pada tahun 2019.

"Angka ini diperkirakan akan turun lebih lanjut menjadi 12,8 persen tahun ini dan tahun depan," tambah ILO.

"Namun, gambaran ini tidak sama di semua wilayah. Di Negara-negara Arab, Asia Timur, Asia Tenggara dan Pasifik, tingkat pengangguran pemuda pada tahun 2023 lebih tinggi dibandingkan tahun 2019."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pekerjaan Layak Terbatas

Ilustrasi Melamar atau Wawancara Kerja. Foto: Unsplash/Gabrielle Henderson
Ilustrasi Melamar atau Wawancara Kerja. Foto: Unsplash/Gabrielle Henderson

Global Employment Trends for Youth 2024 report atau Laporan Tren Pekerjaan Global untuk Pemuda 2024 ILO memperingatkan tentang semakin banyaknya pekerjaan tidak tetap bagi pemuda, dan semakin lebarnya kesenjangan antara jumlah lulusan muda dan lapangan kerja yang sesuai untuk mereka.

Laporan ini menyatakan bahwa terlalu banyak pemuda yang menjadi tidak bekerja, bersekolah atau menjalani pelatihan (not in employment, education or training/NEET) dan peluang untuk mengakses pekerjaan layak terbatas di negara-negara berkembang dan berkembang pesat.

Tingkat NEET berada pada 20,4 persen pada tahun 2023 - dan dua dari tiga NEET adalah perempuan. Tingkat NEET mencapai 28,1 persen untuk perempuan muda pada tahun 2023, dan 13,1 persen untuk laki-laki muda.

Secara global, lebih dari setengah pekerja muda berada dalam pekerjaan informal. Hanya di negara ekonomi berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas, mayoritas pekerja muda saat ini memiliki pekerjaan tetap dan aman.

"Tidak ada dari kita yang dapat berharap masa depan yang stabil ketika jutaan pemuda di seluruh dunia tidak memiliki pekerjaan layak dan akibatnya merasa tidak aman dan tidak mampu membangun kehidupan yang lebih baik untuk diri mereka sendiri dan keluarga mereka," kata Direktur Jenderal ILO Gilbert F Houngbo.

"Masyarakat yang damai bergantung pada tiga bahan pokok: stabilitas, inklusi, dan keadilan sosial; dan pekerjaan layak bagi kaum muda adalah inti dari semuanya," tambah mantan Perdana Menteri Togo ini.


Kecemasan Terhadap Masa Depan

Ilustrasi interviu, wawancara kerja
Ilustrasi interviu, wawancara kerja. (Image by pressfoto on Freepik)

Laporan tersebut menyatakan bahwa meskipun sinyal ekonomi dan pasar tenaga kerja positif, survei menunjukkan pemuda semakin cemas tentang masa depan.

"Banyak pemuda saat ini merasa stres tentang kehilangan pekerjaan dan stabilitas pekerjaan, keadaan ekonomi, kurangnya mobilitas sosial antargenerasi, dan prospek untuk akhirnya mandiri secara finansial," katanya.

Houngbo mengatakan hal ini mungkin karena sebagian besar pekerjaan yang tersedia "bersifat sementara dan kurang perlindungan sosial".

"Kami telah melihat sangat sedikit kemajuan dalam mendapatkan lebih banyak pemuda memilikik pekerjaan layak, dan ini sebenarnya telah menjadi tren keseluruhan selama 20 tahun terakhir," katanya.

Infografis Journal Santo Suruh 2
Keadaan Proporsi Tenaga Kerja di Indonesia. (Abdillah/Liputan6.com)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya