Liputan6.com, Gaza - Juru bicara sayap bersenjata Hamas mengatakan pada hari Senin (12/8/2024) bahwa seorang sandera Israel dibunuh oleh anggotanya dan dua tawanan wanita terluka parah dalam dua insiden terpisah di Jalur Gaza.
Abu Obaida, juru bicara resmi Brigade al-Qassam, mengatakan bahwa sebuah komite telah dibentuk untuk menyelidiki insiden tersebut dan rincian penyelidikan akan diumumkan kemudian. Abu Obaida menambahkan bahwa berbagai upaya sedang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa kedua wanita yang terluka parah.
Baca Juga
"Pemerintah musuh (Israel) memikul tanggung jawab penuh atas pembantaian ini dan reaksi yang diakibatkannya yang memengaruhi kehidupan para tahanan Zionis," kata Abu Obaida via Telegram seperti dilansir Middle East Eye, Selasa (13/8).
Advertisement
Pernyataan tersebut tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Ini adalah pertama kalinya Brigade al-Qassam secara terbuka mengatakan bahwa salah satu anggotanya membunuh seorang sandera Israel. Sebelumnya, kelompok tersebut telah mengumumkan kematian beberapa sandera, menyalahkan kematian mereka pada serangan udara Israel di Jalur Gaza.
Seorang juru bicara militer Israel menanggapi berita tersebut, dengan mengatakan bahwa "tidak ada dokumen intelijen yang mengonfirmasi atau membantah pernyataan Hamas".
"Kami terus menyelidiki kredibilitas pernyataan tersebut dan akan memberikan informasi jika kami memilikinya," tulis juru bicara militer Israel Avichay Adraee di platform X.
Kelompok militan Palestina, yang dipimpin Hamas, menyerang Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Israel mengklaim setidaknya 1.200 orang tewas dalam peristiwa itu dan 251 lainnya diculik dan dibawa ke Jalur Gaza.
Dari jumlah sandera tersebut, 105 di antaranya dibebaskan dalam kesepakatan gencatan senjata pada November.
Israel Terus Bombardir Jalur Gaza
Pembunuhan sandera tersebut terjadi setelah serangan udara Israel terhadap sebuah sekolah yang menampung warga Palestina yang mengungsi, menewaskan sekitar 100 orang, pada Sabtu (10/8). Serangan terjadi saat warga Palestina sedang melaksanakan salat subuh.
Seorang pekerja pertahanan sipil Palestina menuturkan kepada Middle East Eye bahwa sebagian besar dari mereka yang tewas adalah anak-anak dan orang tua.
Israel mengklaim tempat salat tersebut berisi "fasilitas militer" dan bahwa 31 dari mereka yang tewas adalah "teroris". Namun, penyelidikan awal oleh Euro-Med Human Rights Monitor menemukan daftar nama yang diklaim sebagai "teroris" oleh Israet tidak akurat.
Serangan juga terjadi beberapa minggu setelah pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh dibunuh di Teheran, tuduhan lantas mengarah pada Israel.
Hamas kemudian memilih Yahya Sinwar, yang telah memimpin Hamas di Jalur Gaza, sebagai pemimpin baru biro politiknya.
Advertisement