Liputan6.com, Beirut - Lebanon belum lama ini diguncang dua ledakan perangkat komunikasi dari pager dan walkie talkie. Jumlah korban dari kedua insiden itu bahkan mencapai puluhan jiwa. Israel disebut berada di balik serangan tersebut.
Ledakan pager dan walkie talkie menewaskan sedikitnya 37 orang dan melukai hampir 3.000 orang, terjadi selama dua hari berturut-turut, yaitu pada Selasa (17/9) dan Rabu (18/9).
Baca Juga
Ledakan tersebut menargetkan perangkat komunikasi yang digunakan oleh kelompok Hizbullah yang didukung Iran.
Advertisement
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan pada Jumat (20/9/2024) bahwa peledakan perangkat komunikasi genggam massal di Lebanon bisa dikategorikan sebagai kejahatan perang. Pernyataan itu muncul setelah diplomat tinggi Beirut menuding Israel merencanakan serangan "teroris" itu.
"Hukum humaniter internasional melarang penggunaan perangkat jebakan yang berupa benda portabel yang tampak tidak berbahaya," kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, kepada Dewan Keamanan dalam sesi darurat mengenai Lebanon yang diminta oleh Aljazair seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (22/9)
"Itu merupakan kejahatan perang ketika kekerasan dilakukan dengan tujuan menyebarkan teror di antara warga sipil," tambahnya. Turk juga mengulangi imbauannya agar PBB melakukan investigasi yang "independen, teliti, dan transparan."
Pihak berwenang Lebanon menuding Israel sebagai dalang di balik serangan itu. Beirut mengatakan bahwa perangkat yang menjadi sasaran sudah dipasangi bom terlebih dahulu sebelum memasuki negara itu.
Hizbullah bertekad untuk membalas dendam dan melakukan investigasi internal terkait ledakan tersebut.
Serangan Israel ke Lebanon Langgar Hukum Humaniter Internasional
Serangan-serangan yang terjadi di Lebanon, membuat banyak pihak terkejut.
"Saya terkejut dengan luas dan dampak serangan itu," kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, kepada Dewan Keamanan dalam sesi darurat mengenai Lebanon yang diminta oleh Aljazair
"Serangan-serangan tersebut merupakan perkembangan baru dalam peperangan, di mana alat komunikasi menjadi senjata," tambah Turk.
"Ini tidak bisa menjadi hal yang biasa."
Diplomat utama Lebanon Abdallah Bou Habib saat berbicara di Dewan Keamanan PBB menyebut serangan itu sebagai "metode peperangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam kebrutalan dan terornya."
"Israel, melalui agresi teroris ini telah melanggar prinsip-prinsip dasar hukum humaniter internasional," kata Habib, menyebut Israel sebagai "negara jahat."
Advertisement
Upaya Diplomatik
Sejauh ini pihak Israel belum mengomentari ledakan kedua jenis perangkat itu --pager dan walkie talkie, tetapi mengatakan akan memperluas cakupan perangnya di Gaza hingga mencakup garis depan Lebanon.
"Saya dapat memberi tahu Anda bahwa kami akan melakukan segala yang mungkin untuk menargetkan para teroris itu," kata Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, kepada wartawan pada Jumat saat ditanya tentang ledakan bom tersebut.
Ia berbicara setelah Israel mengumumkan berhasil menewaskan komandan unit elite Hizbullah, Ibrahim Aqil, dalam sebuah serangan di Beirut pada Jumat.
"Kami tidak memiliki niat untuk terlibat dalam perang dengan Hizbullah di Lebanon, tetapi kami tidak bisa melanjutkan seperti ini," kata Danon.
Berbicara di Dewan Keamanan, Danon mengatakan Israel akan melakukan "apa pun yang diperlukan" untuk memulihkan keamanan di wilayah utara.
"Jika Hizbullah tidak mundur dari perbatasan kami... melalui upaya diplomatik, Israel tidak akan punya pilihan selain menggunakan cara apa pun yang sesuai dengan hak kami," katanya.
Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, mengatakan badan tersebut "sangat prihatin dengan meningkatnya eskalasi" di perbatasan Lebanon-Israel setelah serangan Israel pada Jumat di Beirut.
Ia menyerukan semua pihak untuk "menahan diri semaksimal mungkin."
Hizbullah yang didukung Iran merupakan sekutu kelompok militan Palestina Hamas, yang telah berperang di Gaza sejak serangan yang dilancarkannya terhadap Israel pada 7 Oktober.
Selama hampir setahun, fokus kekuatan Israel tertuju pada Gaza. Namun, pasukannya juga terlibat dalam bentrokan hampir setiap hari dengan militan Hizbullah di sepanjang perbatasan utara.