17 Februari 2016: Ledakan Bom Mobil di Jantung Ibu Kota Turki Targetkan Anggota Militer, 28 Orang Tewas

Wakil perdana menteri Turki saat itu, Numan Kurtulmus, mengonfirmasi bahwa serangan itu dilakukan dengan bom mobil, tetapi menambahkan bahwa pelakunya belum teridentifikasi.

oleh Tanti Yulianingsih Diperbarui 17 Feb 2025, 06:00 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2025, 06:00 WIB
Ilustrasi bendera Turki (pixabay)
Ilustrasi bendera Turki (pixabay)... Selengkapnya

Liputan6.com, Ankara - Sebuah insiden ledakan yang merenggut banyak nyawa tercatat dalam sejarah Turki hari ini sembilan tahun yang lalu. 

Setidaknya 28 orang tewas dan setidaknya 60 orang terluka dalam sebuah bom mobil pada jam sibuk yang menargetkan personel militer di jantung ibu kota Turki pada 17 Februari 2016. Mehmet Kiliçer, gubernur Ankara kala itu, mengatakan ledakan ditujukan pada konvoi kendaraan militer saat melewati pusat administrasi negara Turki, dekat dengan parlemen, gedung-gedung pemerintah, dan markas besar militer Turki.

Wakil perdana menteri Turki saat itu, Numan Kurtulmus, mengonfirmasi bahwa serangan itu dilakukan dengan bom mobil, tetapi menambahkan bahwa pelakunya belum teridentifikasi.

"Kami belum mengetahui pelakunya," katan Numan Kurtulmus, kepada wartawan seperti dikutip dari The Guardian.

"Serangan ini tidak hanya menargetkan personel militer kami di angkutan itu. Serangan ini secara terbuka menargetkan seluruh bangsa kami. Kami mengutuk mereka yang melakukannya, mereka yang memanfaatkan para pelaku, dan mereka yang memberikan dukungan logistik, intelijen, dan bahkan politik untuk serangan semacam itu."

Seorang pejabat di staf umum angkatan bersenjata mengonfirmasi bahwa bus militer telah menjadi target, ditabrak oleh mobil bermuatan bahan peledak saat mereka menunggu di lampu lalu lintas. Presiden negara itu, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan bahwa serangan itu hanya akan memperkuat tekad Turki melawan pemberontak.

Kepulan asap terlihat mengepul di atas area tersebut dan ledakan dahsyat terdengar di seluruh kota, membuat penduduk berlarian ke balkon mereka dengan panik. Rekaman televisi menunjukkan kebakaran hebat di sekitar bus yang terbakar dan kendaraan darurat bergegas ke tempat kejadian. Seorang juru bicara partai berkuasa, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), Ömer Çelik, mengatakan bahwa ia mengutuk keras serangan itu sebagai "tindakan terorisme yang keji".

Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoğlu, membatalkan perjalanan ke Brussels untuk menghadiri pengarahan keamanan. Ia mengatakan bahwa pihak berwenang sedang menyelidiki informasi yang mereka terima tentang ledakan itu pada Rabu (17/2) malam.

Presiden Erdogan mengeluarkan pernyataan yang mengatakan: "Kami akan melanjutkan perjuangan kami melawan pion-pion yang melakukan serangan seperti itu, yang tidak mengenal batasan moral atau kemanusiaan, dan kekuatan di belakang mereka dengan tekad yang semakin kuat setiap hari."

Siapa Pelakunya?

Dukungan Warga Turki untuk Tentaranya yang Perangi Kurdi di Suriah
Ilustrasi Turki. (AP Photo/Lefteris Pitarakis)... Selengkapnya

Saat itu, tak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab. Sumber keamanan mengatakan kepada Reuters bahwa "tanda-tanda awal [menunjukkan] bahwa militan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang di Turki berada di balik pengeboman Ankara pada hari Rabu itu". Kendati demikian hal ini belum dikonfirmasi.

Turki telah mengalami serangkaian serangan teroris berdarah di wilayahnya dalam 18 bulan terakhir, yang sebagian besar disalahkan pada militan ISIS. Sumber keamanan lainnya mengatakan kepada kantor berita tersebut bahwa ISIS berada di balik serangan terhadap konvoi militer di Ankara.

Polisi Turki menutup area tersebut dan badan penyiaran Turki, RTÜK, mengeluarkan larangan untuk menayangkan rekaman atau gambar grafis dari korban tewas dan luka-luka.

 

Ada Paket Mencurigakan

Ilustrasi paket
Ilustrasi paket. Sumber foto: unsplash.com/RoseBox.... Selengkapnya

Ledakan itu terjadi di pusat kota Ankara, dekat dengan gedung perdana menteri, kepala staf umum, parlemen Turki, dan kementerian pertahanan. Menurut kementerian kesehatan, 20 ambulans datang ke lokasi kejadian.

Media Turki melaporkan bahwa "paket mencurigakan" kedua yang ditemukan di depan kementerian dalam negeri telah dihancurkan. "Saya mendengar ledakan besar. Ada asap dan bau yang sangat menyengat meskipun kami berada beberapa blok jauhnya,” kata seorang saksi mata kepada Reuters. “Kami dapat segera mendengar sirene ambulans dan mobil polisi bergegas ke tempat kejadian.”

Menteri Kehutanan Veysel Eroğlu mengatakan di TV Turki bahwa ada spekulasi bahwa serangan itu dilakukan oleh “organisasi teroris”, tetapi ia tidak menyebutkan nama tersangka.

Pemberontak Kurdi, ISIS, dan kelompok ekstremis kiri telah melakukan serangan di negara itu sebelumnya.

Ankara sudah waspada setelah 103 orang tewas sebelum pemilihan umum pada bulan Oktober dalam serangan bunuh diri pada rapat umum pro-Kurdi, yang oleh pemerintah disalahkan pada ISIS. Sebuah bom bunuh diri yang disalahkan pada ISIS menewaskan 11 wisatawan Jerman dan satu warga Peru di Istanbul pada bulan Januari.

Serangan terbaru itu terjadi pada saat yang menegangkan ketika pemerintah Turki menghadapi serangkaian tantangan keamanan. Mereka melancarkan serangan habis-habisan terhadap PKK di tenggara dan menembaki pejuang Kurdi Suriah, sementara juga membantu upaya yang dipimpin AS untuk memerangi ISIS. Kekerasan antara PKK dan pemerintah Turki berkobar setelah gagalnya gencatan senjata antara kedua musuh tersebut.

Permusuhan kembali terjadi pada bulan Juli tahun 2015 setelah seorang pembom bunuh diri menewaskan 33 aktivis Kurdi dan Turki di Suruç, sebuah kota kecil di perbatasan Turki-Suriah. Sementara pemerintah Turki menyalahkan ISIS atas serangan tersebut, banyak warga Kurdi di Turki menuding partai AK, yang selama ini dianggap aktif mendukung ISIS dalam melawan otonomi Kurdi yang berkembang di Suriah utara.

Setelah pengeboman di Suruç, militan Kurdi membunuh dua polisi sebagai balasan. Jet tempur Turki dikerahkan untuk menyerang posisi Kurdi di Irak utara, sementara PKK meningkatkan serangan terhadap posisi militer dan polisi di Turki.

Sejak musim panas lalu, ribuan petugas telah dikerahkan dalam operasi keamanan besar-besaran terhadap sayap perkotaan PKK, dan jam malam telah diberlakukan di beberapa kota dan desa yang sebagian besar dihuni suku Kurdi di tenggara negara tersebut. Ratusan orang tewas dalam bentrokan berikutnya, termasuk lebih dari 400 warga sipil, dan organisasi hak asasi manusia telah mengutuk keras kekerasan yang sedang berlangsung.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya