Liputan6.com, Washington, DC - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Kamis (26/9/2024) berjanji melakukan serangan dengan kekuatan penuh terhadap Hizbullah sampai mereka berhenti menembakkan roket melintasi perbatasan.
Israel melakukan serangan baru ke ibu kota Lebanon, yang menewaskan seorang komandan senior Hizbullah, dan kelompok militan itu meluncurkan puluhan roket ke Israel. Puluhan ribu orang Israel dan Lebanon yang tinggal di dekat perbatasan negara mereka telah mengungsi akibat pertempuran.
Advertisement
Baca Juga
Netanyahu mengungkapkan hal tersebut saat dia mendarat di New York, Amerika Serikat (AS), untuk menghadiri pertemuan tahunan para pemimpin dunia di Sidang Majelis Umum PBB, di mana pejabat AS dan Eropa memberikan tekanan besar pada kedua belah pihak yang berkonflik untuk menerima usulan penghentian pertempuran selama 21 hari demi memberi waktu bagi diplomasi dan mencegah perang habis-habisan.
Advertisement
"Kebijakan Israel jelas," kata Netanyahu, seperti dilansir kantor berita AP, Jumat (27/9). "Kami terus menyerang Hizbullah dengan kekuatan penuh. Dan kami tidak akan berhenti sampai kami mencapai semua tujuan kami, yang terutama adalah mengembalikan penduduk (Israel) utara dengan aman ke rumah mereka."
Tepat sebelum komentar Netanyahu muncul, militer Israel mengatakan telah menewaskan seorang komandan drone Hizbullah, Mohammed Hussein Surour, dalam sebuah serangan udara di pinggiran Kota Beirut. Hizbullah mengonfirmasi kematian Surour.
Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan dua orang tewas dan 15 orang terluka dalam serangan itu.
Hingga baru-baru ini, Israel jarang menargetkan lokasi-lokasi di Beirut selama konflik tingkat rendah dengan Hizbullah yang telah berlangsung sejak Oktober 2023. Namun, dalam sepekan terakhir, Israel telah menyerang pinggiran selatan Beirut beberapa kali, yang menargetkan komandan senior Hizbullah. Satu serangan di Lebanon timur pada hari Kamis, menurut pejabat kesehatan Lebanon menewaskan 20 orang, sebagian besar dari mereka adalah migran Suriah.
Militer Israel mengakui menyerang 75 lokasi pada Kamis dini hari di Lebanon selatan dan timur dan melancarkan gelombang serangan baru di malam hari. Sepanjang hari, ungkap mereka, Hizbullah menembakkan sekitar 175 proyektil ke Israel. Sebagian besar dicegat atau jatuh di area terbuka, memicu beberapa kebakaran hutan, sementara satu roket menghantam jalan.
Israel telah berbicara tentang kemungkinan invasi darat ke Lebanon untuk mengusir Hizbullah - kelompok syiah yang didukung Iran yang merupakan angkatan bersenjata terkuat di Lebanon - menjauh dari perbatasan. Ribuan pasukan Israel telah dipindahkan ke utara sebagai persiapan. Sekitar 100.000 warga Lebanon telah meninggalkan rumah mereka dalam seminggu terakhir, mengalir ke Beirut dan wilayah yang lebih jauh ke utara.
Kendaraan militer Israel mengangkut tank dan kendaraan lapis baja menuju perbatasan utara negara itu dengan Lebanon sehari setelah komandan mengeluarkan panggilan untuk pasukan cadangan. Beberapa tank tiba di Kiryat Shmona, kota yang terdampak parah hanya beberapa mil dari perbatasan.
Mungkinkah Tercapai Gencatan Senjata?
Eskalasi konflik telah menimbulkan kekhawatiran akan terulangnya – atau lebih buruk – perang tahun 2006 antara Israel dan Hizbullah yang menimbulkan kerusakan di seluruh Lebanon selatan dan bagian lain negara itu serta tembakan roket Hizbullah yang hebat di kota-kota Israel.
"Perang skala penuh lainnya dapat menghancurkan Israel dan Lebanon," kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin setelah berunding dengan mitranya dari Inggris dan Australia di London.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken hadir dalam pertemuan PBB dengan pejabat Israel terkait usulan gencatan senjata. Dalam wawancara dengan MSNBC, dia mengatakan negara-negara besar, Eropa, dan negara-negara Arab bersatu, "Semuanya berbicara dengan satu suara yang jelas tentang perlunya gencatan senjata di wilayah utara."
"Saya tidak bisa berbicara atas namanya," kata Blinken tentang Netanyahu.
Hizbullah belum menanggapi usulan tersebut. Namun, perdana menteri sementara Lebanon Najib Mikati menyambut baik usulan itu. Yang perlu diingat adalah pemerintah Lebanon tidak memiliki pengaruh atas kelompok tersebut.
Adapun kantor Netanyahu meremehkan inisiatif tersebut, dengan mengatakan bahwa itu hanyalah usulan.
Salah satu mitra pemerintahan sayap kanan Netanyahu mengancam pada hari Kamis untuk menangguhkan kerja sama dengan pemerintahnya jika menandatangani gencatan senjata sementara dengan Hizbullah – dan akan berhenti sepenuhnya jika kesepakatan permanen tercapai. Itu adalah tanda ketidakpuasan terbaru dari sekutu Netanyahu terhadap upaya gencatan senjata internasional.
"Jika gencatan senjata sementara menjadi permanen, kami akan mengundurkan diri dari pemerintahan," kata Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, yang juga merupakan Ketua partai Jewish Power.
Jika Ben-Gvir meninggalkan koalisi, Netanyahu akan kehilangan mayoritas parlementernya dan pemerintahannya bisa jatuh.
Hizbullah bersikeras akan menghentikan serangannya hanya jika ada gencatan senjata di Jalur Gaza, wilayah di mana Israel telah memerangi Hamas selama hampir setahun. Sejauh ini kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza masih belum menemukan titik terang, bahkan setelah berbulan-bulan negosiasi yang dipimpin oleh AS, Mesir, dan Qatar.
Advertisement