Liputan6.com, Perth - KTT Global ke-24 Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia (World Travel and Tourism Council/WTTC) di Perth, Australia, dimulai hari ini dengan pembaruan data jejak karbon yang menunjukkan tren positif.
Penelitian Lingkungan & Sosial (ESR) terbaru WTTC, yang dibuat bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata Arab Saudi, mengungkapkan bahwa pada tahun 2023, sektor perjalanan dan pariwisata (travel and tourism) menyumbang 6,7 persen dari seluruh emisi global. Angka tersebut turun dari 7,8 persen pada tahun 2019, saat sektor ini berada di puncaknya.
Baca Juga
VIDEO: WTTC Luncurkan ‘Together in Travel’ untuk Dukung UKM Pariwisata Global
Pariwisata Bisa Sumbang Pendapatan Rp1.756 Triliun untuk Oseania pada 2034, Kuncinya di Praktik Pariwisata Berkelanjutan
WTTC Luncurkan Program Together in Travel, Upaya Memberdayakan UKM di Sektor Perjalanan dan Pariwisata
Penelitian menggarisbawahi pencapaian penting, di mana kontribusi ekonomi tumbuh lebih cepat daripada dampak lingkungannya.
Advertisement
Tahun lalu, kontribusi sektor perjalanan dan pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) global hampir mencapai level sebelum pandemi, yakni sebesar USD 9,9 triliun. Pada tahun yang sama, emisi Gas Rumah Kaca global 12 persen di bawah puncak tahun 2019, dengan intensitas (emisi per unit PDB) turun 8,4 persen. Hal tersebut menunjukkan pertumbuhan sektor ini menjadi lebih bersih.
"Ini membuktikan bahwa kami dapat tumbuh secara bertanggung jawab," kata Presiden dan CEO WTTC Julia Simpson dalam pembukaan KTT Global ke-24 WTTC. "Kami memisahkan pertumbuhan dari emisi - sektor travel and tourism berkembang secara ekonomi sambil mengurangi jejak lingkungannya."
Lebih lanjut, Julia menambahkan, "Ini membuktikan inovasi dan keberlanjutan berjalan beriringan dalam membentuk masa depan pariwisata global. Sementara kami memisahkan pertumbuhan sektor kami dari peningkatan Gas Rumah Kaca, tujuan kami adalah pengurangan absolut."
"Kita harus mempercepat kemajuan ini secara signifikan untuk memenuhi target dari target iklim Perjanjian Paris. Kami berada di jalur yang benar, namun kami perlu meningkatkan upaya kami," ujarnya.
Penggerak utama emisi di sektor perjalanan dan pariwisat, sebut Julia, adalah energi yang digunakan untuk menjalankan operasinya.
Pada tahun 2023, ketergantungan sektor ini pada sumber energi bahan bakar fosil (minyak, batu bara, dan gas alam) turun menjadi 88,2 persen dari 90 persen pada tahun 2019.
Pangsa sumber energi rendah karbon (nuklir dan terbarukan) meningkat dari 5,1 persen pada tahun 2019 menjadi 5,9 persen pada tahun 2023, yang mencerminkan upaya berkelanjutan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Kebangkitan kembali sektor perjalanan dan pariwisata global, ungkap Julia, juga tercermin dalam pendapatan pajak yang diperoleh pemerintah dari pajak langsung yang dibayarkan oleh pebisnis.
Pada tahun 2023, total pendapatan pajak perjalanan dan pariwisata berjumlah USD 3,32 triliun. Ini setara dengan 9,6 persen dari total pendapatan pajak global.
"Pemerintah harus menggunakan pendapatan tambahan ini untuk berinvestasi kembali dalam dekarbonisasi infrastruktur, memperluas energi terbarukan, dan mendukung bisnis dalam transisi hijau mereka," imbuh Julia.