Liputan6.com, Paramaribo - Presiden Suriname mengumumkan program "royalti untuk semua" seiring dengan rencana negara Amerika Selatan ini untuk memanfaatkan keuntungan dari cadangan minyak dan gas yang baru ditemukan.
Suriname dan tetangganya Guyana, keduanya bekas koloni Belanda, diperkirakan akan meraup miliaran dolar di masa depan dari cadangan minyak lepas pantai yang melimpah. Awal bulan ini, Guyana mengumumkan bahwa semua warga negara dewasa, baik yang tinggal di dalam negeri maupun di luar negeri, akan menerima sekitar 370 poundsterling atau sekitar Rp7,4 juta sebagai bagian dari upaya redistribusi kekayaan minyak negara tersebut.
Para ahli mengatakan bahwa Suriname – dengan populasi sekitar 600.000 orang – diperkirakan akan memperoleh sekitar USD 10 miliar dalam 10 hingga 20 tahun ke depan.
Advertisement
Menurut data Bank Dunia, hampir satu dari lima orang Suriname saat ini hidup dalam kemiskinan. Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan negara ini sekitar USD 3,4 miliar. Demikian seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (27/11/2024).
Bulan lalu, grup minyak Prancis, Total, mengumumkan proyek senilai USD 10,5 miliar untuk mengeksploitasi ladang minyak di lepas pantai Suriname dengan kapasitas produksi 220.000 barel per hari.
Produksi diperkirakan akan dimulai pada tahun 2028.
Pada hari Senin (25/11), Presiden Chan Santokhi menyatakan bahwa royalti akan dibayarkan agar setiap warga Suriname bisa mendapatkan manfaat dan keuntungan dari minyak dan gas.
"Setiap warga negara akan menerima USD 750 (sekitar Rp11,9 juta) yang disimpan dalam rekening tabungan, dengan bunga tahunan sebesar tujuh persen," ungkapnya dalam pidato peringatan Hari Kemerdekaan.
"Semua orang akan mendapatkan manfaat dari kesempatan ini dan tidak ada yang akan tertinggal. Kalian adalah pemilik bersama dari pendapatan minyak ini."
Santokhi sebelumnya menyatakan kepada AFP bahwa negaranya "sangat menyadari adanya kutukan minyak", yang sering disebut "penyakit Belanda", sebuah masalah yang juga dialami oleh negara-negara kaya sumber daya alam lainnya, seperti Venezuela, Angola, dan Aljazair, yang gagal mengubah kekayaan minyak mereka menjadi kemakmuran ekonomi.
Namun, Norwegia berhasil menghindari "kutukan minyak" dengan membangun Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Dana Kekayaan Negara yang sukses, yang memungkinkan mereka mengelola pendapatan minyak secara berkelanjutan dan mengubahnya menjadi kemakmuran jangka panjang.
Sebagai langkah antisipasi, Suriname pun telah mendirikan lembaga serupa, dengan harapan dapat memanfaatkan potensi besar dari aliran dana minyak yang akan datang.
Sovereign Wealth Fund adalah lembaga atau dana yang dikelola oleh pemerintah suatu negara untuk mengelola surplus keuangan, biasanya yang berasal dari pendapatan negara yang lebih besar dari kebutuhan belanja negara tersebut.