Putin Mengaku Belum Bertemu Bashar al-Assad

Assad dievakuasi ke Moskow melalui pangkalan militer Rusia di Hmeimim, Latakia, Suriah.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 20 Des 2024, 08:17 WIB
Diterbitkan 20 Des 2024, 08:16 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Suriah Bashar al-Assad saat bertemu di Kremlin, Moskow, pada Rabu (24/7/2024).
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Suriah Bashar al-Assad saat bertemu di Kremlin, Moskow, pada Rabu (24/7/2024). (Dok. Valery Sharifulin, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku belum bertemu dengan presiden Suriah yang digulingkan Bashar Assad sejak kedatangannya di Moskow. Namun, Putin mengatakan dia berencana untuk melangsungkan pertemuan dengan Assad.

"Saya belum bertemu dengan Presiden Assad sejak dia tiba di Moskow. Namun, saya berencana untuk melakukannya," kata Putin dalam konferensi pers tahunan yang juga diikuti dengan sesi tanya jawab pada Kamis (19/12/2024), seperti dikutip dari kantor berita TASS.

Bashar al-Assad, dalam pernyataan yang dipublikasikan melalui Telegram oleh layanan persnya pada Senin (16/12), menyatakan dia tidak pernah mempertimbangkan untuk mundur atau meninggalkan Suriah hingga pasukan oposisi merebut Damaskus.

Assad mengaku dia mengetahui jatuhnya Damaskus setelah tiba di pangkalan militer Rusia di Hmeimim. Dia mengatakan bahwa situasi di sekitar pangkalan Rusia memburuk setelah mengalami serangan drone besar-besaran.

Menurut Assad, kondisi tersebut membuat Moskow memerintahkan agar dia dievakuasi ke Rusia. Langkah itu diambil pada 8 Desember.

Bagaimana Nasib Pangkalan Rusia di Suriah?

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Suriah Bashar al-Assad saat bertemu di Kremlin, Moskow, pada Rabu (24/7/2024).
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Suriah Bashar al-Assad saat bertemu di Kremlin, Moskow, pada Rabu (24/7/2024). (Dok. Valery Sharifulin, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Dalam kesempatan yang sama, Putin mengaku pula dia belum yakin apakah Rusia akan tetap mempertahankan pangkalan militernya di Suriah. Pasalnya, keputusan tersebut bergantung pada kesepakatan kedua belah pihak, sementara hubungan dengan pemerintah baru Suriah masih belum jelas.

"Mayoritas besar negara-negara di kawasan ini mengatakan kepada kami bahwa mereka ingin pangkalan militer kami tetap ada di Suriah. Namun, saya belum tahu, kita perlu memikirkannya lebih matang," kata Putin.

"Kami perlu memutuskan bagaimana melanjutkan hubungan dengan kekuatan politik yang mengendalikan situasi di Suriah sekarang dan yang akan mengendalikannya di masa depan. Kepentingan kami harus sejalan."

Putin menambahkan, "Jika kami tetap berada di sana, itu berarti kami harus melakukan sesuatu demi kepentingan negara tuan rumah. Apa kepentingan tersebut? Apa yang bisa kami lakukan untuk mereka? Ini adalah pertanyaan yang memerlukan pertimbangan hati-hati dari kedua belah pihak."

Pasca jatuhnya rezim Assad, pada 10 Desember, Mohammed al-Bashir, yang sejak Januari 2024 memimpin Pemerintah Penyelamatan Suriah di Provinsi Idlib, diumumkan sebagai kepala pemerintahan sementara Suriah. Periode pemerintahan sementara ini diperkirakan akan berlangsung hingga 1 Maret 2025.

 

Harapan Putin untuk Suriah

Vladimir Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin (Dok. AFP)

Putin menekankan bahwa Rusia berharap perdamaian dan stabilitas dapat terwujud di Suriah.

"Hari ini, situasi di Suriah tentu sangat sulit. Namun, kami berharap perdamaian dan ketenangan akan segera tercapai di sana," ujar Putin.

Dia menyatakan bahwa Rusia "terus berkomunikasi dengan pihak yang terlibat dan semua negara di kawasan tersebut".

Putin juga menggarisbawahi bahwa mayoritas faksi yang aktif di Suriah mendukung keberadaan pangkalan militer Rusia di negara itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya