Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti telah berhasil mengungkap misteri mengenai bagaimana waktu berjalan di permukaan Bulan. Dalam sebuah penelitian terbaru, para fisikawan mengonfirmasi bahwa waktu di Bulan bergerak lebih cepat dibandingkan di Bumi.
Melansir laman Live Science pada Kamis (26/12/2024), fenomena ini sesuai dengan teori relativitas umum Albert Einstein, yang menyatakan bahwa gravitasi memengaruhi aliran waktu. Semakin kuat gravitasi di suatu tempat, semakin lambat waktu berjalan.
Fenomena ini dikenal sebagai "dilatasi waktu gravitasi." Karena Bulan memiliki gravitasi yang lebih lemah dibandingkan bumi, sehingga waktu di Bulan bergerak lebih cepat.
Advertisement
Baca Juga
Namun, penelitian yang diterbitkan di Astronomical Journal ini juga menunjukkan bahwa gerakan relatif bulan terhadap bumi memberikan efek tambahan, membuat waktu di Bulan sedikit lebih lambat. Dua efek ini saling berkompetisi, tetapi hasil akhirnya adalah adanya perbedaan waktu sebesar 56 mikrodetik per hari atau 0,000056 detik, di mana waktu di Bulan tetap lebih cepat secara keseluruhan.
Meskipun perbedaan 56 mikrodetik per hari terdengar kecil, dampaknya signifikan, terutama dalam misi luar angkasa yang membutuhkan presisi tinggi. Salah satu contohnya adalah misi Artemis NASA, yang bertujuan untuk menjelajahi Bulan secara lebih intensif.
Dalam konteks komunikasi dan navigasi antara bumi dan bulan, perbedaan waktu ini menjadi faktor krusial. Dengan kecepatan cahaya sebagai dasar penghitungan, selisih waktu 56 mikrodetik dapat menyebabkan kesalahan navigasi hingga 17 kilometer per hari.
Hal ini jauh di luar toleransi dalam misi luar angkasa modern seperti Artemis, yang memerlukan akurasi posisi hingga 10 meter. Selain relevansi teknis, temuan ini juga memiliki implikasi ilmiah yang mendalam.
Penelitian ini membantu para ilmuwan memahami bagaimana relativitas umum memengaruhi lingkungan luar angkasa dan membuka jalan untuk pengembangan teknologi navigasi masa depan yang lebih akurat.
Zona Waktu Bulan
Sebelumnya, badan antariksa dunia tengah berlomba-lomba menciptakan zona waktu Bulan atau Coordinated Lunar Time (LTC). Proyek ini ditargetkan selesai pada akhir 2026.
Coordinated Lunar Time diharapkan dapat membantu menjaga misi antariksa agar tetap terkoordinasi. Pembuatan zona waktu bulan juga bertujuan untuk membuat metode baru dalam melacak waktu, khususnya di Bulan.
NASA bukan satu-satunya yang mencoba mewujudkan waktu Bulan menjadi kenyataan. Badan Antariksa Eropa (ESA) juga telah mengembangkan sistem waktu baru selama beberapa waktu.
Kesepakatan antar negara dan badan koordinasi terpusat saat ini dilakukan oleh Biro Berat dan Ukuran Internasional untuk waktu di Bumi. Saat ini, Waktu Universal Terkoordinasi digunakan karena orbitnya tetap rendah di Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Elemen lain yang harus disepakati oleh negara-negara adalah dari mana kerangka waktu baru ini dimulai dan sampai ke mana kerangka waktu tersebut diperluas.
Zona waktu Bulan atau LTC dipastikan tidak akan sama dengan zona waktu di Bumi. Di Bumi, zona waktu ditetapkan menggunakan Waktu Universal Terkoordinasi atau Coordinated Universal Time (UTC).
UTC menampilkan pengukuran rata-rata gabungan dari ratusan jam atom yang sangat tepat dan ditempatkan di seluruh dunia.
(Tifani)
Advertisement